Prolog

31.3K 2.8K 217
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Allah SWT berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗ وَسَآءَ سَبِيْلًا
wa laa taqrobuz-zinaaa innahuu kaana faahisyah, wa saaa'a sabiilaa

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 32)

Secret Admirer

Shareen mengigit bibir dalamnya, kertas putih yang masih berada di tangannya begitu menampar. Kalau sudah membahas soal zina, Shareen rasanya ingin lebih dulu memasuki neraka. Sebab, hanya orang bodoh yang bangga pernah mempunyai mahluk masa lalu yang bukan mahramnya. Lalu, siapa pengirim surat berisi ayat-ayat Al-Quran ini? Nyaris setiap pagi Shareen menemukannya di meja kelas, tepat di kursi yang sering ia duduki. Kelas masih tampak sepi, belum ada teman-teman Shareen yang datang lebih pagi darinya. Jujur saja, Shareen penasaran.

"Assalamualaikum Shareen," sapaan Mahda sedikit menarik Shareen ke dunia nyata.

Menoleh, ia tersenyum pada Mahda. " Walaikumsalam. Oh, ya Mahda. Kamu pernah lihat orang yang naruh kertas ini di mejaku?" Mahda menggeleng. Seingatnya, Shareen selalu datang lebih awal dan ia selalu tertinggal bahkan beberapa kali telat saat matahari bergeser semakin tinggi.

"Sha, kamu tahukan? Aku ini perempuan bersuami yang juga masih kuliah. Sejak kapan aku datang lebih awal dari kamu?" Ya, Shareen juga tahu soal itu. Masalahnya, Shareen benar-benar penasaran. Kalau dia seorang ikhwan bagaimana, apa maksudnya mengirimi ini semua. Untuk mentransfer rasa melalui kode, mungkin saja.

Setahu Shareen tidak ada yang meliriknya saat ini, semenjak ia pindah haluan. Terakhir, yang Shareen tangkap, laki-laki yang berada di kampusnya mulai menjaga jarak. Shareen paham tidak semua orang menyukai keputusannya. Berada di lingkungan yang rata-rata memprioritasikan dunia, Shareen sadar tidak semudah itu ia bergaul. Surat yang dibacanya tadi adalah surat ke lima semenjak Shareen paham bahwa zina adalah perbuatan yang dilarang.

Sampai hari ini Shareen belum bertindak lebih jauh, mengawasi pengagum rahasianya yang sulit ditebak. Lagipula Shareen kurang peduli, toh kalau dia memang beritikad baik ingin mengenal Shareen lebih jauh, pasti ia akan memperkenalkan diri secara langsung. Shareen merasa hanya perlu menunggu moment, di mana ia keluar menunjukkan siapa dirinya, tanpa perlu repot-repot mencari tahu.

Tetapi sampai seminggu kemudian, surat-surat itu masih tergeletak malas di sudut meja. Menambah gejolak penasaran Shareen. Ia mulai berpikir apa orang ini kurang kerjaan, kenapa ia begitu rajin menitipi surat di meja Shareen. Anehnya tidak meninggalkan bekas nama pun di dalam kertasnya. Menanyakan perihal ini ke seisi kelas dirasa percuma, tidak ada yang akan tahu, jika rekor datang paling pagi masih dipegang oleh Shareen. Wallahi, Shareen penasaran. Ia merasa besok pagi perlu menjadi detektif dadakan. Jangan sampai ia kecolongan lagi untuk ke sekian kali. Ia harus mengungkap tebak-tebakan ini, Shareen sudah lelah dikode dengan berbagai kalimat pujangga. Ia ingin tahu siapa dalang dibalik surat-surat yang membuatnya diambung syahdu.

Subuh masih malas beranjak pagi, tapi Shareen sudah datang ke kampus dan memilih salat subuh di sana. Ia yakin, orang itu pasti masuk ke dalam kelasnya sekitaran pukul setengah tujuh pagi, saat pagi baru mulai merangkak muda. Bersembunyi di balik tembok, Shareen melihat ada seseorang datang dari sisi kanan tempatnya berdiri. Seseorang dengan jaket tebal berwarna biru dengan kepala yang ditutupi topi. Dari jarak yang lumayan jauh seperti ini tentu Shareen tidak jelas melihatnya. Matanya terus berfokus pada ikhwan itu, ketika topinya mulai dibuka, Shareen menutup mulut, ia menghirup oksigen sebanyak mungkin. Matanya ia kerjapkan berkali-kali, Shareen takut ia salah melihat. Tetapi wajah laki-laki itu terbingkai jelas memantul ke kaca ruangan kelas Shareen. Dan dia bukan laki-laki asing yang Shareen temui, melainkan--- dia adalah orang yang sering Shareen jumpai sehari-hari.

"Dia kan?" Shareen seolah bertanya pada diri sendiri.

Mengendap masuk ke ruangannya saat laki-laki itu sudah pergi, Shareen dengan cepat merebut surat pagi ini lengkap dengan sebuah tasbih yang terselip di dalamnya.

Shareen Nafisha. Jika Allah berkenan menyatukan kita dalam sebuah ikatan yang tidak melanggar syar'iat islam. Maka tasbih itu aku berikan untukmu agar kita bisa bertasbih bersama di sepertiga malam untuk sama-sama bersujud pada-Nya.

Secret Admirer.

Shareen (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang