3

35 12 6
                                    

*
*
*
*
*
*

Pasar, kata yang tepat untuk mewakili suasana kantin saat ini. Banyak siswa yang mengantri kesana-kemari untuk makan, mencari tempat duduk, guling-guling dilantai, bahkan berenang pun juga ada.

"Bos! Ngelamun aja," 

Dimas mengageti Daffa, tapi yang dikageti hanya memutar mata jengah.

"Lo ngapa sih, Daf?"

Tak ada jawaban.

"Patah hati, Lo?" Tanya Dimas dengan nada mengejek.

"Atau Lo lagi nahan boker?"

Daffa masih tidak menjawab. Ia menutup wajahnya dengan tangan.

"Lo laper?"

"Haus?"

"Mau bolos?"

"Galau?"

"Berisik." Daffa akhirnya membuka suara, dan menatap kearah Dimas.

"Sensi amat, Daf. PMS ya, Lo?"

"Sekali lagi Lo ngomong, gue timpuk pake gelas," Ancam Daffa dengan mengangkat gelas minumnya.

"Beneran PMS ni anak ." Gerutu Dimas.

"Lo bilang apa?" Tanya Daffa garang.

"Emang gue bilang apaan?" Balik Dimas dengan wajah polos.

"Lupain,"

Daffa melirik kearah Dimas, seakan ingin bertanya sesuatu, tapi ia urungkan.

"Lo napa sih, Daf? Gue bingung lihatin Lo dari tadi." Dimas menghela nafas lelah, sahabatnya ini susah ditebak.

"Gapapa." Jawab Daffa singkat.

"Em, Dim,"

"Apaan?!" Balas Dimas sewot.

"Lo kenal Naya?"

"Naya siapa? Banyak kali yang namanya Naya."

"Gue serius ini, Fanaya Deralin, temen sekelas Lo." Tegas Daffa.

"Of course. Gue kenal. Kenapa?"
"Lo suka sama Naya, ya?" Tuduh Dimas.

"Kagak lah, Gue cum-"

"Daffa," Tiba-tiba ada yang memanggil Daffa, membuat Daffa menghentikan ucapannya.

"Ada apa, An?" Anza, nama perempuan itu. Satu angkatan dengan Daffa.

"Haloooo! Kakak cantik." Sapa Dimas gatel. Anza hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Lo udah pikirin apa yang gue omongin tempo hari? Tolongin gue Daf, cuma ini caranya." Mohon Anza pada Daffa.

"Gue pikirin dulu An, gue gak tega."

"Kalau lo setuju, langsung bilang sama gue, Fa."

"Ok, nanti gue pertimbangin lagi."

Anza pergi. Setelah itu Dimas membuka suara,
"Lo gak tega sama apaan?"

"Lo manggil Anza aja kak, Lo manggil gue nama. Dasar adik kelas biadab." Protes Daffa.

"Serius, Lo gak tega sama apa?" Tanya Dimas lagi.

"Bukan urusan Lo, gak penting juga." Daffa menjawab dengan dingin.

"Ada hubungannya sama Naya? Please Fa, jangan dia."

"Apaan sih, Lo? Gaje, gak ada kali."

"Lo bener Dim, Naya. Gue gak tau apa yang harus gue lakuin, satu sisi gue pengen ngebantu, satu sisi lagi gak bisa dijelasin." Batin Daffa.

"Itu Naya, Daf," Tunjuk Dimas kearah meja tengah, berjarak 2 meja darinya.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang