Happy Reading!
■
■
■
■Naya sedang bersandar di dalam kelas saat tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Naya hanya memutar matanya jengah. Orang di sampingnya membuka suara,
"Ice cream buat Lo." Orang itu mengulurkan tangan menyerahkan ice cream ditangannya.
"Gak usah." Naya menolak dengan halus.
"Terima aja, gue tahu kok, Lo belum makan, kan?"
"Sok tau," jawab Naya sambil mengambil ice cream dari tangan Daffa.
"Lo ngapain di kelas sendirian, dek?"
"Gak ngapa-ngapain."
"Nggak ke kantin? Perpustakaan?"
"Malas,"
"Lo gak kepo gitu alasan gue kesini, ke kelas, Lo?" Tanya Daffa lagi.
"Gak,"
"Lo beda ya," Daffa tersenyum, mengapa mendekati perempuan ini susah, bahkan sangat susah. Jika yang lain malah mengejar Daffa, berbeda dengan Naya. Ia sangat cuek. Bahkan untuk mengobrol dengan perempuan ini seakan harus merasakan dinginnya antartika.
"Lo punya hubungan apa sama Anza?" Tanya Daffa lebih berhati-hati.
Naya menoleh, sekarang ia menghadap ke Daffa. Seakan tertarik dengan obrolan ini, mulut Naya langsung mengeluarkan kata, lebih tepatnya pertanyaan.
"Anza?"
"Iya, seangkatan sama gue."
"Kelas?" Naya masih belum mengerti orang yang dimaksud.
"12 IPS 2."
Raut wajah Naya langsung berubah menjadi datar. Ice cream yang tadi ia pegang jatuh begitu saja. Ia terdiam hampir satu menit.
"Gak ada." Jawab Naya dingin.
Daffa hanya mengangguk. Ia tidak ingin melanjutkan karena obrolan tadi akan mematikan Daffa sendiri.
"Ikut gue, yuk!"
"Ogah, kemana?" Naya menolak ajakan dari Daffa.
"Udah, ikut aja." Daffa tersenyum hangat, ia menarik tangan Naya tanpa menunggu jawaban dari pemilik tangan yang ia tarik.
Mereka tampak bergandengan, semua mata di koridor kelas 11 bahkan anak kelas 10 dan 12 yang sedang berada di area ini menatap mereka dengan pandangan yang susah diartikan. Terdengar riuh suara disertai pekikan tidak jelas yang mayoritas berasal dari anak perempuan.
'Baru kemarin gue patah hati, sekarang patah hati lagi?'
'Kak Daffa ngapain sama antartika?'
'Ganteng banget, anjir.'
'Daffa kok mau ya, jalan sama nerd.'
'Daffa pacar gue, dek! Jangan songong, Lo!'
'Ngimpi, Lo! Daffa gak bakalan mau sama Lo!'
'Paling cuma dijadiin mainan.'
"Udah, gak usah didengerin. Anggap aja mereka pohon yang buat Lo jadi sejuk." Daffa menghadap kearah Naya. Perempuan itu sejak tadi hanya menunduk.
"Males gue ndengerin sampah."
"Lo unik ya," Daffa terkagum lagi untuk empat kalimat yang diucapkan tadi.
"Saat yang lain dicemooh, mungkin mereka bakal nangis, bahkan mereka nggak bakal masuk sekolah untuk beberapa hari. Tapi Lo, Lo cuma dingin aja nanggapi itu semua." Lanjut Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionTuhan terkadang menciptakan seseorang untuk membuat kita berubah. Seseorang yang membuat kita mengerti tentang jalannya perasaan. "Untuk apa semua itu?"