Prolog

72 13 14
                                    

__

Jatuh cinta memanglah fitrah bagi setiap manusia.
Tapi, apakah benar ini cinta? Atau hanya nafsu belaka?

__

Alunan suara azan subuh berhasil membangunkan Balqis dari tidur panjangnya. Sudah beberapa hari ini ia tidak mengerjakan salat tahajud. Sepertinya keimanan Balqis sedang down.  Ia berjalan menuju kamar mandi dan mengambil wudu. Sesegera mungkin ia menuju masjid di dekat rumahnya.

Setelah melaksanakan kewajibannya, ia langsung pulang ke rumah untuk mengerjakan tugas rumah seperti biasanya. Ya, seperti anak perempuan pada umumnya.

"Balqis, kamu nanti bawa bekal atau tidak?" Ibu bertanya sembari menghampiri Balqis.

"Bawa, bu."

"Yasudah, nanti ibu siapkan."

"Iya, bu."

Itulah ibu, chef terbaik dalam hidupku. Apapun yang ibu masak, aku selalu menyukainya. Tak hanya aku; kakak, adik, dan ayahku mengakui bahwa masakan ibu memanglah enak. Sayang sekali, ibu belum percaya diri untuk memperkenalkan masakannya.

Pekerjaan rumah sudah selesai, segera Balqis mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Tak lupa ia sarapan terlebih dahulu.

"Bu, Balqis berangkat dulu. Assalamualaikum," ucapnya sambil mencium punggung tangan ibu.

"Waalaikumussalam."

Aku berangkat sekolah tidak sendiri, melainkan ditemani oleh teman sejatiku yang tak akan menusukku dari belakang, dan tidak akan berpaling dariku. Mari aku perkenalkan dengannya. Dia adalah sepedaku. Dia sudah menjadi temanku sejak 6 tahun yang lalu. Kurang setia apa dia?

Tiba di sekolah, aku tidak langsung masuk ke dalam kelas, melainkan aku singgah terlebih dahulu ke kelas Arum untuk berbagi cerita. Biasanya aku akan bertemu Arum saat berangkat sekolah jika aku tidak kesiangan. Akan tetapi, kali ini aku berangkat lebih lambat dari biasanya. Kami berdua pun bercerita tentang hal-hal kecil dan tak terasa bel masuk sudah berbunyi. Mau tak mau aku harus kembali ke kelasku.

Saat menuju kelas, aku tak sengaja berpapasan dengan seseorang yang tak kutahu namanya. Aku kurang suka dengan penampilannya yang kurang rapi, mungkin dia lupa tidak menyetrika bajunya.

Ternyata kelas masih sepi, padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Aku heran dengan mereka yang suka datang terlambat dengan alasan bangun kesiangan. Tapi ada juga alasan temanku yang luar biasa, yaitu tidak masuk sekolah karena kucingnya melahirkan. Ada juga yang setiap hari Kamis tidak masuk sekolah karena menghindari salah satu pelajaran. Haduh, ada-ada saja.

Aku memasuki kelas dengan santai karena memang guru belum datang dan yang hadir hanya segelintir orang. Padahal, kelasku kelas IPA, tapi sebenarnya memang tidak ada bedanya anak kelas IPA atau IPS. Hanya beda jurusannya, tetapi muridnya toh sama saja. Sama-sama manusia.

Kutengok bangku di sebelahku juga masih kosong. Aku segera duduk dan mengeluarkan ponselku dari dalam tas. Ternyata ada pesan dari Niken. Aku memang tidak begitu akrab dengan teman sekelas. Mungkin aku sedikit introvert, ah bukan sedikit tapi mungkin memang introvert.

Aku tak pandai bergaul, aku tak suka pura-pura baik di depan orang yang sebenarnya tidak aku sukai, aku cenderung cuek dengan keadaan, aku tak suka tebar pesona. Aku memang tidak seperti mereka, dan aku tidak akan seperti mereka yang pandai mencari muka.

Terkadang aku berpikir, apakah aku harus berubah. Tapi tidaklah mudah untuk berubah. Aku merasa nyaman dengan diriku sekarang. Entah esok.

Aku sebenarnya pendengar yang baik, aku suka mendengarkan cerita teman-temanku. Hanya saja mungkin orang yang tidak mengenalku akan berpikir bahwa aku tidak bersahabat, tidak asik, dan tidak-tidak yang lain.

Mereka mengira aku pendiam, sebenarnya aku tidaklah pendiam. Aku bisa tertawa lepas dengan teman-teman dekatku serta dengan keluargaku.

Setiap orang pasti pernah punya masalah, lebih tepatnya masalah tentang pertemanan. Ya, itulah yang membuatku lebih tertutup sekarang. Aku pernah kecewa karenanya, karena berpacaran bisa merubah seseorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang