Esok hari diwarnai sinar matahari yang menembus celah jendelaku. Ku membuka mataku dan bersiap mandi lalu berangkat sekolah. Ku berjalan sesekali berlari untuk mengejar waktu yang tetap berputar agar ku tidak ketinggalan bus.
Sampainya di sekolah, Ku memberikan senyum hangatku kepada teman – teman ku. Salah satunya Tari yang sedang menyapu lantai depan kelasku. Dia murid terpandai dan lemah lembut.
"Wah Anna yang Syantik dah datang.. tumben biasanya kamu jadi pahlawan kesiangan." katanya yang mengejekku. Memang akhir – akhir ini aku sering bangun kesiangan karena tidurku yang terlalu larut malam untuk membalas seribu chat baik itu teman, kerabat, dan keluarga.
Bahkan sering kali ku kena marah oleh ibu dengan berbagai ancaman yang dilontarkannya untuk menghentikan ku bermain handphone.
"Aku datang terlambat salah..Aku datang pagi – pagi dibilang tumben.. Gimana nihh mau nya?" sahut ku kesal. Dia membalasnya dengan tertawa kecil. Ku langsung memasuki ruang kelas dan aku mencari bangku yang masih kosong. Aku memilih bangku yang berada di tengah dan deretan ke dua dari depan.

YOU ARE READING
Firasat
Roman pour AdolescentsFirasat itu pasti ada. Mungkin kalian sering merasakannya pula. Hanya kita tak menyadari ada keterkaitan antara nyata atau palsu. Apakah kalian yakin "Firasat" itu? Coba baca deh dan Jangan lupa vote (jika ikhlas) serta Commentnya (jika mau).