Kembali

129 15 10
                                    

Hai, hai! Ku aku balik... Kalian kangen ya sama kelanjutan ff ini. Mian ya... Nggak bisa janji buat berapa lama bisa ngelanjutin ni ff. Ku juga lagi pusing, nggak dapet ide buat nulis, ditambah mood yang jelek menghalangi buat nulis.

Ohh ya, hari ini puasa ramadhan! Masih pada semangat puasa kan! Ku mau ucapin selamat puasa ramadhan bagi yang menjalankan! Dan tetep semangat ya puasanya sambil baca kelanjutan ff ini. Happy reading!!

Salam manis
Honey_cece

°°MA°°

Flashback End
"Hi, cousin. I'm back," sapa seseorang yang langsung membuat Minho mendongakkan kepalanya. Ia sudah tahu darimana suara itu berasal.

Dengan malas, ia menatap sepupu perempuannya. Dari atas sampai bawah semuanya dipenuhi oleh barang branded. Celana jeans Dior, jaket kulit warna hitam Chanel, black boot Catenzo, dan brown glasses Gucci, jangan lupakan tas mahal dari kulit ular milik Lady Gaga.

"What your problems?" Tanyanya malas. Krystal hanya tersenyum bodoh, "Well, tidak usah berbelit. Aku kesini untuk-" "You need money," potong Minho. Krystal mendengus, "Kau pikir Kai tidak bisa membelikanku barang branded, oh Minho kau tidak sengaja untuk menghinaku secara halus kan," ucap Krystal sinis.

"So! Apa masalahmu?" Tanya Minho lagi. "Ya..bisakah kau bangun dari situ dan keluarlah hangout atau apapun itu. Karyawanmu bahkan sudah muak melihatmu duduk disitu dengan setumpuk berkas tak penting itu," jawab Krystal

"Kalau aku pergi, siapa yang akan mengurus semua berkas tak penting tapi menghasilkan jutaan dollar ini bodoh?!!" balas Minho ketus. "Ayolah dude, kau ini terlalu bodoh. Hanya karena berkas itu kau bahkan masih menjadi bujangan sampai sekarang,"

Krystal menggeleng.
Sepupunya sudah terlalu gila, gila kerja. Hell! Ya walaupun begitu tidak seharusnya iya terus bekerja tanpa memikirkan masa depannya. "Uncle should take care you more, ia harusnya membawamu ke dokter agar syndrome gila kerjamu itu hilang," ejeknya.

Minho menatapnya tajam. Tapi Krystal tidak merasa takut. Ya! Ia sudah terbiasa dengan sifat Minho. Arogan dan dungu. "Ya, aku punya beberapa teman wanita yang mau ku kenalkan padamu," ucap Krystal.

"Lalu?" Minho mengrenyitkan alisnya. "Hell! Jangan berlagak bodoh Minho! Semua pria tahu untuk apa mereka berkenalan dengan seorang wanita, mengajak mereka untuk kencan buta. Dan siapa tahu kau mungkin akan tertarik dari salah satu diantara mereka. Sejujurnya Minho, aku sedih melihatmu. Duduk dibalik tumpukan berkas itu dengan kerutan di dahimu yang membuat dirimu terlihat sedikit tua," sahutnya.

"Aku tidak peduli apa yang kau katakan, Krys. Kalau kau tidak ada urusan selain ini, bisakah kau keluar? Aku mulai pusing melihat wajahmu disini," mohon Minho. "Baiklah, aku pergi. Tapi setidaknya pikirkan tawaranku tadi Minho, anggap ini bantuan dariku," Krystal melangkah keluar ruangan.

Minho memijat dahinya. Satu masalah timbul lagi. Dan sekarang hanya ada satu orang yang dirindukannya selama hampir lima tahun ini. "How are you, my love? Do you miss me?" Gumamnya sedih.

°° MA°°

"Bagaimana pekerjaanmu, sayang?" Tanya pria yang berumur sekitar enam puluh tahunan. "Baik kakek, ya...walau sebenarnya sedikit lelah," jawab Sulli. Sulli meletakkan slimbag miliknya lalu menuju counter dapur, ia mengambil segelas air lalu meneguknya sampai tandas.

"Kakek sudah makan?" Tanyanya berjalan menuju kakeknya yang sedang duduk di depan perapian. Hangat. Sulli berjongkok, menggenggam tangan rapuh kakeknya. "Aku tebak. Kakek belum makan? Ya ampun kakek, sudah berapa kali aku bilang, kakek harus makan setelah itu minum obat dan istirahat kakek,"

"Tapi kakek bosan, Honey. Kakek ingin keluar jalan-jalan," Sulli menghela napas, lalu tersenyum sambil mengangguk. "Sulli janji! Saat musim semi, Sulli akan mengajak kakek keluar, ke tempat yang kakek mau. Bagaimana?" Bujuk Sulli

"Kakek terserah padamu sayang. Tapi berjanjilah!" Sulli mengangkat tangannya, mengepalkan tangannya menyisakan jari kelingkingnya membentuk sebuah janji. "Ya Sulli janji," tawanya meledak. Ia sangat, sangat sangat bahagia. Semua beban yang ditanggungnya selama ini seakan sirna.

Mulaikah ia mencoba melupakan masa lalunya yang gelap dan menyakitinya?

°°MA°°

STARLIGHT Ent.
Suara debuman drum, petikan gitar, dan tuts piano bercampur mengikuti partitutur lagu yang menciptakan melodi yang mengalun menjadi sebuah maha karya. "Oke! Latihan hari ini cukup. Semuanya selamat istirahat," suara mengintruksi mereka. Mereka mulai menghentikan aktivitas mereka.

"Yonghwa kudengar, presdir mengangkat assisten baru. Dia perempuan atau laki-laki jadian?" Tanya Zero, gitaris sekaligus ketua dari D'Stars. Yonghwa yang sedari tadi sibuk menulis not lagu, terpengaruh oleh ucapan ketua.

"Dia perempuan," balasnya. "Cantikkah?" Tanya Zero lagi. "Lead, bisakah kau berhenti merecoki ku terus. Kalau kau ingin tahu, kau temui saja dia besok. Okay sekarang get out, aku harus menyelesaikan lagu untuk album baru kita," sahut Yonghwa kesal.

"Dasar bocah sialan! Apa kau mencoba menyembunyikannya dari kami semua, dasar pelit!!" Yonghwa menggeleng. "Dasar Lead player," gumamnya.

"Tapi tunggu, siapa tadi nama gadis itu? Sulli? Choi Sulli? Kenapa aku merasa tidak asing mendengar nama itu?" Batin Yonghwa. Sekelibat bayangan muncul dibenaknya. Seorang gadis dengan keranjang penuh dengan kelopak bunga, datang ke sebuah pohon yang tumbuh di atas bukit. Dengan riang ia menghampiri pohon itu. Diletakkannya keranjang tadi, dan ia mulai menghampiri ayunan yang tergantung di salah satu dahan pohon yang kokoh.

Gadis kecil itu tak tahu, jika di balik pohon ada seorang anak laki-laki yang beberapa hari ini penasaran akan dirinya. Bocah lelaki itu selalu mengamati gerak gerik gadis kecil itu. Sampai tidak sengaja, ia melihat seekor ulat bulu menggeliat di dekat tangannya. Bocah lelaki itu menjerit kaget. Dan itu juga membuat gadis kecil itu terkejut, ia segera menghentikan laju ayunan, kemudian mendekati suara itu berasal.

Di balik pohon ini, ia melihat anak laki-laki tengah meringkuk sambil tersengguk. Ia menepuk pelan pundak bocah lelaki itu. "Hei kamu baik-baik saja?" Tanyanya. Tapi, bocah lelaki itu hanya mendongakkan kepalanya tanpa menjawab apa-apa. Seketika mata cokelat gelap itu membulat. Di depannya, ada seorang bidadari kecil. Dengan rambut hitamnya yang panjang dan dikepang sebagian. Jepit bunga terjepit di rambut kepangnya. Kulit yang putih bersih. Pipi yang sedikit berisi. Semuanya indah. Terutama mata bulatnya yang berwarna cokelat terang, itu menatapnya bingung.

"Hei!! Kamu baik-baik saja kan?" Tanya gadis kecil itu lagi. Ia hanya bisa mengangguk. Lalu tangan kecilnya menunjuk ke arah ulat bulu itu berada. Gadis kecil itu melihat ke arah yang ditunjuk bocah itu. Seketika suara tertawa meledak. "Ha..ha..ha..kau takut pada ulat bulu ya?" Bocah lelaki itu mengangguk lagi. "Tidak apa-apa, ia tidak akan menggigit," lalu tangan putih itu mengambil ulat bulu itu, "Lihat! Tidak apa-apa kan," katanya meyakinkan bocah lelaki itu.

"Oh ya! Namamu siapa? Kamu baru tinggal disini? Perkenalkan namaku Choi Sulli," ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Bocah lelaki itu mengambil tangannya. Membalas uluran tangan gadis kecil tadi. Senyuman mereka merekah, senyuman termanis di musim gugur. Angin mulai berhembus menerbangkan kelopak bunga yang berada di keranjang. Bersamaan kedua tangan yang masih saling berjabat dan senyum manis dua anak manusia yang saling berkenalan.

"Aku ingat! Sulli! Gadis kecilku dulu! Tapi, benarkah itu kamu?" Gumam Yonghwa bertanya pada dirinya sendiri. "Gadis kecilku benarkah itu kamu? Aku rindu,"

°°TBC°°

Mantan atau...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang