2.

54 8 0
                                    

Happy reading

-----------------------------

"...kak"

'Siapa? '

"...kakak "

'Rania? '

"BANGUN KAK..!!! " teriakan yang cukup hebat hingga dapat membuat kepalaku sakit.

Karena terkejut aku langsung berdiri hingga akhirnya kepalaku pusing dan badanku terjatuh ketanah.

"Ah, apa kakak tak apa apa?? " ucapnya khawatir. Dia adikku satu satunya, Rania Avhica Putri.

Hanya dengan anggukan kepala dariku, kulihat ia mulai tenang tak seperti tadi. Sebelah alisku kuangkat sambil menatapnya.

"Ah, kakak dicari kak Rain di kamarnya" ucapnya dengan malas.

Tanpa menjawabnya aku langsung pergi ke kamar Rain.
Pintu berwarna coklat itu seperti menunggu untuk dimasuki. Ku ketuk pintunya sebanyak tiga kali.

'Tok tok tok.. '

"Masuk". Sahut seseorang dari dalam yang sangat kuyakini itu suara kakak keduaku, Raina Alicha Putri.

Dengan pelan aku melangkah masuk, hingga...

'PRANKK...!!'

Aku benar benar tak sengaja. Piala pertama kakakku, aku tak sengaja menyenggolnya hingga terjatuh. Dan, BOOMM.. Pecah dengan suara yang sangat keras.

"APA YANG KAU LAKUKAN NOVY!!!. KAU.., TAK BISAKAH KAU TAK MELAKUKAN KESALAHAN SEKALIPUN. APA KAU TAHU.. ITU PIALA PERTAMA PEMBUKTIAN SIHIRKU.!! " Teriaknya dengan marah.

"A- aku tak sengaja kak" ucapku dengan pelan. 'Aku takut..'.
Entah kenapa aku merasa takut.

"Ada apa Rain?? " tanya seseorang dari belakangku, Reno -kakak pertamaku.

"Dia memecahkan bukti pertama sihirku Ren. Kau tahukan, piala itu sangat berarti bagiku" ucap kak Rain dengan pandangan penuh benci padaku.

"A- aku tak sengaja kak. Ma- maaf, tolong maafkan a- aku. "
Ucapku dengan pelan, lagi.

"Kau sungguh keterlaluan Novy. Cihh, aku tak sudi menganggapmu sebagai adikku"
Ucap kak Reno dengan menatapku tajam.

...

Mataku sembab, hidungku merah. Aku menangis, ya menangis. Karena kejadian tadi, mama memarahiku habis habisan bahkan tak segan segan menamparku.

Sedangkan papa, ia memukuliku dengan tongkat baseball milik Rania, adikku.

'Aku tak tahu apa salahku. Tak adakah salah satu memberitahuku agar dapat kuperbaiki. Ketakutanku menjadi nyata, tak ada salah satu dari kalian yang menyanyangiku. Semua membenciku "

Kurasakan air mataku mengalir dengan deras sekali lagi. Hari ini aku tak bisa berhenti menangis. Rasanya ingin menyerah saja dan menghilang selamanya.

---------

LAVEN School AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang