Happy reading
-------------------
'Uhh, mimpi itu lagi. Kenapa aku selalu terbangun tengah malam begini.'
Author POV.
Setelah melihat jam, Novy berjalan menuju jendela kamarnya. Suasana ketenangan begitu terasa meskipun hanya kegelapan yang dilihat.
"Ouchh" ucapnya meringis sambil mengusap dahinya.
Dicarinya sesuatu yang seperti sudah menabraknya. Tak ada. Hingga akhirnya dia memutuskan kembali kekamar. Langkahnya terhenti ketika kakinya menginjak sesuatu.
Sebuah surat.
Novy POV.
'Apa itu?? Apa ada orang yang mengirim surat malam malam begini. Dan lagi pula, surat siapa itu?? Kenapa bisa ada dikamarku.' pikirku.
Karena penasaran jadi aku ambil aja itu surat.
'LAVEN School Academy'
Ehh, bukankah itu sekolah sihir terhebat??
Kenapa bisa ada disini??Kulihat nama yang tertera dibawah nama sekolah itu.
Dan itu adalah...., namaku.Isi surat itu seperti ini...
LAVEN School Academy.
Untuk yang terhormat
'Riana Novyta Azella'Keputusan saya untuk menerima anda sebagai siswi baru di sekolah ini. Anda tak dapat menolaknya karena ini sudah 'mutlak'.
Diharap anda segera berbenah, karena para patner para guru akan segera menjemput anda.
Anda berada di kamar no 125 asrama Lavender. Untuk kelas anda, silahkan bertanya kepada kepala sekolah tersebut.
Kepala sekolah LAVEN SA.
Anderson mickylo.-------------------
'Kenapa bisa?? Bukankah aku tak memiliki sihir?? Kenapa tidak kakakku saja?? Kenapa bis- '. Pikirku terpotong oleh sebuah suara.
"Kau lama. Cepatlah".
"Siapa?? " tanyaku dengan datar.
Ku tengokkan kepalaku mencari asal suara itu. Kosong. Tak ada siapapun di kamarku. Ya, kecuali aku sih.
"Aku diatas sini bodoh"
Oh diatas...
Tunggu. Diatas??"Ka- kau he- hewan?? D- dan, bisa bi- bicara?? " tanyaku dengan shock. Tentu saja aku kaget, bagaimana bisa seekor burung bisa bicara.
"Hah... Kau tak usah seperti orang bodoh. Cepatlah bersiap, kita akan berangkat " ucapnya maas sambil memutar bola matanya.
"Baiklah". Jawabku datar.
Segera aku menyiapkan barang barangku kedalam koper. Baju, celana, rok, dan pakaian lainnya kumasukkan terlebih dahulu. Lalu buku bukuku dan barang barang kesayanganku. Tak lupa aku membawa selembar foto keluargaku yang berukuran kecil.
"Sudah" ucapku kepada burung itu.
"Naiklah ke punggungku, namaku Rey. Kemarikan kopermu, aku akan mengirimnya terlebih dahulu" ucap burung itu, ah- maksudku Rey.
Setelah aku memberikan koperku padanya, ia seperti mengucapkan sebuah emmm- mantra. Sesudahnya aku menaiki punggungnya, dan wushhh.. kita terbang keluar dari kamar melalui jendelaku.
'Tap...'
"Turunlah" ucap Rey padaku.
'Ah, aku tahu tempat ini. Ini taman yang dulu kukunjungi. Tapi kenapa kita kesini, bukankah kita akan ke acadwmy?? ' pikirku sembari turun dari punggung Rey.
"Aku tahu kau bingung. Disinilah jalan pintas ke academy. Sekarang masuklah ke antara pohon itu" ucap Rey, lagi dan menyuruhku masuk ke antara pohon didepanku.
Tanpa menunggu lagi aku melaksanakan perintahnya.
'Uhh, kepalaku pusing. Apa yang ter- tunggu. INI DIMANA?? '
"I- ini hutan?? " ucapku entah pada siapa, mungkin diriku sendiri lebih tepatnya.
"Ya, ini memang hutan " sebuah suara mengagetkanku dari belakang.
"REY?? " teriakku padanya.
"Kau membuatku terkejut Rey." lanjutku padanya.
"Hahhh, maaf. Tapi kita sudah sampai" ucapnya padaku.
"Hm, apa dibalik pohon ini?? " tanyaku penasaran karena pohon itu terlihat agak..., aneh.
"ba- bagaimana kau tahu" tanyanya kaget dan melotot padaku.
"Hanya menebak" ucapku acuh dan datar.
Tanpa menunggu jawabannya kulangkahkan kakiku menuju pohon itu. Aku tak tahu, tapi aku ingin menyentuhnya. Jadi kusentuh saja pohon itu, hingga cahaya terang tiba tiba datang membuatku menutup mata. Sungguh iti sangat menyilaukan.
--------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVEN School Academy
FantasíaAku tak mau berharap. Tapi sungguh aku ingin sekali berharap, jika harapan ku dapat terkabul. Hingga suatu kejutan datang satu persatu menghampiriku. Aku menerimanya, akan kuasah semua ini. Akan kulatih hal hal ini. Aku, Riana Novyta Azella, aka...