CHAPTER 10 : Keping-Keping Misteri (2)

30 4 0
                                    

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh."

"Waalaikummussalam warahmatullahi wabarokatuh," sahut murid-murid menjawab salam Bu Ani, guru bahasa Indonesia mereka.

"Anak-anak, sesuai kesepakatan kita minggu lalu, hari ini agenda kita adalah membaca puisi yang telah kalian buat."

Mendengar ucapan sang guru, beberapa anak tampak gelisah, tak terkecuali Ainun. Saking gelisahnya, meja Nina dan Ainun sampai bergetar karena ulah kaki Ainun. Nina yang sedang stalking fanbase Jong Suk merasa terganggu.

"Nun! Bisa diem nggak sih?!" seru Nina.

"Nina! Kamu kenapa teriak-teriak? Sekarang kamu maju, bacakan puisi yang sudah kamu buat." Perintah Bu Ani yang tak dapat terbantahkan.

"Ish lo sih Nun," Nina mendengus kesal.

Ia tampak kebingungan mencari sehelai kertas yang ia selipkan di buku diarynya.

"Nun, lihat puisi gue nggak?" tanya Nina.

"Ini bukan?"

"Iya, Nun. Lo emang penyelamat gue. Thanks."

Nina berjalan ke depan dengan langkah mantap. Ia menyelesaikan pembacaan puisi itu dengan baik.

Andra bergeming setelah Nina selesai membaca puisi.

"Kayak pernah denger."

Andra mencoba mengingat sesuatu. Namun, ia memilih tidak memikirnya karena ia tidak ingin peduli dengan cewek aneh itu.

"Beri tepuk tangan untuk Nina."

Prok prok prok!

"Terima kasih, terima kasih." Nina membungkukkan badannya ke beberapa arah.

"Alay," gumam semua orang, kecuali Andra, yang lagi-lagi tidak peduli.

Nina pun kembali duduk.

"Baiklah. Sekarang, tunjuk teman kamu," suruh Bu Ani.

"E...Vina, Bu."

"Vina, silahkan maju."

"Baik, Bu."

***

Seluruh pelajaran hari ini telah usai. Nina tak mau terlalu lama berberes karena janjinya dengan Samudra terus berputar di kepalanya.

"Nun, ayo!"

"Iyaa sabar!"

Ainun berjalan santai mengikuti Nina.

"Cepet, Nun."

Sebelum menampakkan diri di tepi lapangan, Nina lebih dulu menunggu Ainun yang sangat lamban.

Setelah Ainun menyamai langkahnya, barulah mereka menuju tepi lapangan.

"Itu Kak Sam, Nun!" ucap Nina sambil menggoyangkan bahu Ainun.

"Iya iya, gue lihat. Katanya lo disuruh nunggu. Terus, mau nunggu di sini?"

"Mm...kita duduk di sana aja!" seru Nina sambil menunjuk sebuah bangku.

"Wifi nyampek nggak?"

"Nyampek-lah, pasti."

Nina menggeret tangan Ainun untuk mengajaknya menuju sebuah bangku dan duduk di sana sambil menunggu Samudra istirahat.

"Wah, asek ini,"gumam Ainun mendapati jaringan wifi yang begitu lancar.

Di saat Ainun sibuk menonton bias-biasnya, Nina hanya celingak-celinguk melihat Samudra yang tampak lebih tampan saat memainkan bola. Sesekali Nina teriak-teriak saat Samudra hampir memasukkan bola ke gawang walaupun belum juga berhasil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fight For My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang