Chapter : 3 -Target-

257 34 3
                                    

Sooyeong tengah berjalan ke arah kamar di apartemennya. Mulutnya tak berhenti untuk merutuki Yoongi yang seenaknya saja memerintahnya untuk bekerja jadi bartender itu. Tidak ada penolakan, itulah kata yang selalu jadi andalan Yoongi.

Sooyeong menutup pintu kamar keras saking kesalnya pada sifat Yoongi. Untuk apa ia harus bekerja disana? Jadi bartender lagi? Ia bahkan belum pernah meracik minuman alkohol. Sooyeong pun merebahkan dirinya di kasur king sized miliknya. Ia menatap langit-langit kamar yang berwarna putih bersih itu. Tak lama matanya pun terpejam, ia menjelajahi dunia mimpi yang ia buat sendiri.

***

Alarm dari ponsel milik Sooyeong terus berbunyi nyaring. Entah sudah berapa kalinya alarm itu berputar kembali selang sepuluh menit. Sooyeong menggeliat di bawah selimut tebalnya. Tangannya keluar dari selimut mencari-cari keberadaan ponselnya. Setelah ketemu ia mengambilnya dan menyingkap selimut sebatas dada. Ia mematikan alarm itu.

"Whoaaamm!" Sooyeong menguap lebar.

Setelahnya ia beranjak menuju kamar mandi. Tak lama Sooyeong pun keluar dengan wajah yang sudah segar. Ia menatap ke arah sweater over sized dan skinny jeans yang tergantung di salah satu tembok kamar. Bibirnya tertarik ke atas. Ia tersenyum. "Jika saja sikapmu selembut sweater itu," gumannya.

Sooyeong pun langsung berniat menuju dapur untuk sarapan, namun saat ia melewati ruang tengah dirinya segera berhenti. Ia mengerutkan keningnya bingung. Apa ia baru saja berhalusinasi? Sepintas ia seperti melihat siluet orang sedang duduk di salah satu sofa di ruangan itu. Sooyeong pun melangkah mundur dan kembali menengok ke arah sofa guna menyakinkan jika matanya tadi hanya salah lihat.

"Apa kamu pikir aku hanya patung."

"Yaak! Bagaimana kamu bisa disitu? Apa kamu berniat menjadi penyusup huh?" kaget Sooyeong. Tentang siluet orang duduk di sofa memang benar adanya. Ya, mata Sooyeong tak salah lihat. Yoongi lah yang sedang duduk di sofa itu.

"Apa kamu tidak tahu kelas sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu?" tanya Yoongi.

"Mwo? Bukannya sekarang kosong?" tanya balik Sooyeong.

"Kamu memang bodoh, menulis jadwal kelas saja tidak bisa." cibir Yoongi.

Sooyeong memutar bola matanya malas. See? Ia selalu di posisikan di jurang terdalam oleh Yoongi. Sooyeong menghembuskan nafasnya kasar ketika dirinya menyadari bahwa Yoongi tahu password apartemennya. Mungkin itu alasan Yoongi dapat masuk ke apartemennya dan duduk di sofa itu. Sooyeong pun memilih untuk meninggalkan Yoongi dan menuju dapur kembali ke niat awalnya. Sarapan.

Sooyeong membuka kulkas dan mengambil bahan untuk membuat pancake serta buah strawberry. Ia kemudian mulai memasak tanpa menghiraukan Yoongi yang sedang duduk di sofanya disana. Tak berapa lama pancake pun jadi dan ia menghiasnya sedemikian rupa dengan buah strawberry menjadi begitu menggiurkan. Ia menaruhnya di meja makan. Tak lupa ia juga mengambil segelas susu.

Sooyeong membuang nafasnya pelan dan menatap Yoongi yang tengah duduk. Ingin rasanya ia memanggil Yoongi juga untuk ikut makan namun kembali pada fakta bahwa Yoongi menyebalkan baginya. Akhirnya ia memutuskan untuk makan sendiri. Dan sampai tiba-tiba sebuah tangan mendarat di ujung meja.

Sooyeong pun menatap pemilik tangan itu yang dapat ia tebak pasti Yoongi. "Ada apa?" tanyanya.

"Aku lapar." jawab Yoongi singkat sembari berjalan menuju kulkas.

Sooyeong sempat berhenti mengunyah mendengarnya. Sebenarnya ia tak tega melihat Yoongi yang kelaparan sementara di depannya tersedia pancake hangat. Ia pun merutuki sifatnya yang egois itu. Namun ia kembali tak menghiraukan keinginnanya untuk menawari Yoongi pancake miliknya.

I Deal ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang