Part 3

282 38 77
                                    

Boram memandang pantulan dirinya pada cermin. Ia sudah selesai bersiap-siap. Jaket putih tebal yang tidak ditutup dipadukan dengan jeans dan sepatu boots coklat berbulunya. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai ke belakang. Gadis mungil itu tampak cantik.

Myungsoo dan Sungyeol pun mengenakan baju berlapis yang terlihat hangat. Pada musim dingin di Korea Utara saat ini, suhu di kota Pyeongyang terhitung cukup dingin. Mereka mengenakan semua itu hanya agar tampak normal. Vampir bahkan sama sekali tidak merasa kedinginan. Suhu rendah tidak akan berpengaruh apa pun pada mereka.

"Boram! Hyomin!" panggil Sungyeol dengan teriakan sebal. Ia sangat kesal setiap kali harus menunggu para wanita berdandan. Lama, ribet, dan membosankan.

Myungsoo terkekeh dan menggelengkan kepalanya melihat polah sang adik. Batas kesabaran seorang Kim Sungyeol memang jauh di bawah rata-rata.

Boram turun dengan gaya andalannya, melompat anggun dari lantai dua bersama tas coklat berukuran sedang dalam genggamannya. Sementara itu, Hyomin menuruni tangga dengan perlahan karena koper yang dibawanya. Di antara mereka berempat, Hyomin lah yang paling terlihat repot. Myungsoo dan Sungyeol bahkan hanya membawa ransel untuk menyimpan barang-barang mereka.

"Kita hanya akan pergi beberapa hari, bukan satu bulan," sindir Sungyeol yang dibalas dengan tatapan tak peduli oleh Hyomin. "Seharusnya kau ikut ke Voltress saja."

Hyomin tersenyum masam. "Setelah hidup dua abad, kebodohanmu belum berkurang juga, ya? Bekas luka di leherku bahkan belum hilang, sungguh mustahil jika Voltress tidak menyadarinya. Mereka akan menggantungku hidup-hidup!"

Kini, giliran Sungyeol yang melirik malas mendapat balasan sindiran itu.

"Boram ah, jangan melompat seperti itu di sana, arasseo?" Sunggyu mengingatkan.

"Akan kucoba," jawab Boram dengan kerlingan.

"Kami siap!" seru Hyomin bersemangat.

Eunjung menghembuskan napas dengan berat. "Kalian sudah membawanya?"

Myungsoo mengangguk. "Ada di dalam tas kami masing-masing. Nanti, aku juga akan memberikannya pada Jiyeon."

Eunjung lantas memeluk mereka satu-persatu dengan erat. "Sebisa mungkin bersikaplah..."

"Normal!" sahut keempat anaknya serempak.

Mereka pun tertawa. Eunjung mengelus rambut Boram dengan sayang. "Jaga diri kalian."

"Tenang saja, Eunjung. Aku akan memastikan mereka semua pulang dengan utuh," ujar Sungyeol.

"Jangan membuat ulah, eoh?" Sunggyu menepuk pundak Sungyeol.

"Kapan aku membuat ulah? Aku kan anak teladan," sanggah namja jangkung itu.

Hyomin langsung memutar bola matanya.

"Pulanglah secepat mungkin begitu kalian menemukan Jiyeon," pesan Sunggyu.

"Berapa lama kau dan Eunjung akan pergi?" tanya Myungsoo.

"Aku tidak tahu. Mungkin beberapa hari, urusan dengan Voltress tidak pernah bisa hanya sebentar. Tapi paling lambat kami akan pulang minggu depan," jawab Sunggyu.

"Hati-hati," ucap Eunjung dengan nada cemas yang begitu kentara. "Jika ada sesuatu yang mencurigakan, segera hubungi kami."

Mereka mengangguk paham.

"Bawalah Park Jiyeon kembali dengan selamat."

+++

Pukul tiga sore itu, mereka telah sampai di Pyeongyang. Dengan semangat yang menggebu-gebu, menemukan Jiyeon menjadi prioritas dalam jadwal Myungsoo hari ini. Namun, Sungyeol tidak setuju. Menurutnya, mereka harus check in dulu di hotel, berkunjung ke rumah keluarga Jang, lalu mencari Jiyeon keesokan harinya.

I RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang