Dengan demikian, selesailah sudah. Bukan aku yang memutuskan, tetapi dia yang melakukan. Bukan benci yang kupendam, tetapi sakit hati yang mendalam. Memang menyakitkan ketika sesuatu hal melekat kuat terobek begitu saja tanpa ampun, hanya menyisakan perih yang menusuk. Haruskah aku meneriaki "BAJINGAN" terhadapnya agar terobati lukaku dengan sempurna? Atau kutendang saja bokongnya agar dia merasakan kesakitan yang sebenarnya tak separah apa yang kurasakan?
Silet, kata orang. Pernahkah kau merasakan sayat-sayat silet yang mendalam? Yang meluncurkan kentalnya merah darah yang amis? Katakan padaku apa rasanya! Ceritakan bagaimana proses dan metode apa yang layak untuk kulakukan! Taukah kau kalau aku benar-benar ingin merasakan sensasi bunuh diri karena kamu, kamu yang menyakiti luar dalam diriku yang polos? Apa yang harus kulakukan?
Terkadang aku merasa hampir tak mampu menghadapi kamu dan semua siksa kuburmu. Apa aku berlebihan? Iya, memang iya, kalau boleh jujur. Aku menyesal untuk mengenalmu. Aku menyesal berbicara kepadamu. Aku menyesal melakukan kegiatan bersamamu. Aku menyesal menjadi 'SAHABAT'mu. Aku sungguh menyesal. Lagi, aku sungguh menyesal. Sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi
PoetryHanya puisi gadungan tanpa makna yang dibuat menggunakan ketikan laptop jadul.