1. Salah

1.4K 75 47
                                    

Hembusan angin malam terasa seperti menusuk tulang, dingin tetapi membuat nyaman. Seorang anak kecil memakai sarung yang ia selempangkan di bahunya sedang bersiap-siap melakukan aktivitas yang hanya dilakukan sebulan dalam setahun. Kopiah hitam terpampang jelas diatas kepalanya, walaupun sebenarnya itu hanya menjadi pemanis saja. Kentongan yang digantung di pos kamling dibawanya keliling kampung.

Ya.

Anak kecil itu berniat untuk membangunkan orang-orang untuk sahur. Namanya Chinen Yuri umurnya 24 tahun. Ah, dia sudah bukan anak kecil lagi. Wajah imutnya kadang menjadi korban cubitan ibu-ibu kampung ataupun dedek-dedek gemes yang menggoyahkan iman. Tingginya 'hanya' 158 cm. Kata Chinen jadi pendek itu ada enaknya ada gaknya. Nggak enaknya kalau mau naik wahana yang bikin jantung hampir copot itu enggak boleh. Dan enaknya kalau naik angkot bayarnya seharga anak sekolah juga enggak akan dicurigai dan diteriakin mamang angkot karena kurang, apalagi didukung muka imutnya.

Chinen sudah bekerja, mencari nafkah untuk keluarga-
ralat untuk dirinya sendiri. Pekerjaannya adalah menjadi sales obat peninggi badan. Setiap hari ia keliling tetapi tidak ada yang beli. Karena yang jualnya saja tidak tumbuh-tumbuh, ya gimana orang mau percaya kan zaman sekarang no bukti= hoax.

Hampir setiap hari ia kena omelan dari bosnya. Tapi bos sama karyawan sama-sama enggak bisa dipercaya, bosnya bernama Arioka Daiki umurnya lebih tua tiga tahun dari Chinen.
Tingginya hanya delapan centimeter lebih tinggi dari Chinen. Lihat kan? Sepertinya mereka harus beralih bisnis yang cocok untuk mereka, obat agar wajah selalu awet seperti anak PAUD misalnya.

Kembali lagi, Chinen yang sedang bersemangat memukul kentongan milik kampung itu masih berkeliling tanpa lelah.
Seorang pria tinggi besar keluar dari rumah dengan nuansa penuh pink. Rambutnya gondrong seperti artis iklan shampoo. Ia memeluk guling kesayangannya yang bermotif hello kitty. Chinen melihat ke arah pria tersebut, raut wajahnya bingung, ia tidak tahu kalau ada preman berhati hello kitty tinggal di kampungnya. Dipandangnya wajah tampan dari pria tersebut. Ah, Chinen ingat. Itu adalah Takaki Yuya si penjual sayur yang menjadi bahan pembicaraan ibu-ibu kampung karena ke- cool annya. Dari sisi mana mereka melihatnya,apakah sekarang sedang trend ibu-ibu menyukai pria penyuka hello kitty?

"Aduh ada apa sih ribut-ribut? Ayam pak RT bertelor lagi?" Tanya Yuya dalam keadaan masih setengah sadar.

"Anu mas Yuya saya teh mau ngebangunin orang buat sahur." Celetuk Chinen dengan logat Sundanya yang kental.

Yuya yang masih ingin kembali ke alam mimpinya itu pun hanya mengangguk dan kembali memasuki rumahnya tak lupa memeluk guling hello kitty nya yang selalu setia menemani Yuya saat terlelap.

Chinen hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali melaksanakan aktivitasnya. Baru beberapa langkah berjalan terdengar suara aneh. Chinen yang notabenenya tidak takut dengan hantu malah mencari-cari sumber suara tersebut. Aneh, suaranya dekat tapi tidak ada orang ataupun binatang di sekitarnya.

"Kruyuk..."

Chinen lupa dari tadi ia membangunkan orang sahur tapi dirinya sendiri belum makan apapun dari kemarin sore. Cacing di perutnya sudah demo agar diberi makan. Chinen pun berjalan menuju warung Mas Inoo di perempatan jalan berharap warungnya sudah buka mengingat banyak orang yang tidak masak saat sahur.

Lampu warung nyala, kain besar bertuliskan warung Mas Inoo terpampang di depan, menandakan warung sudah buka. Terlihat dua pria sedang melahap makanannya. Sebuah senyuman terukir di wajah Chinen. Tanpa basa-basi ia langsung berjalan cepat ke warung langganannya itu.

"Mbak, eh Mas Inoo saya mau nasi, tempe orek, sama telor ceplok nya ya!" Seru Chinen sembari menunjuk makanan pilihannya.

"Sekali lagi kamu manggil saya Mbak Inoo, kamu enggak boleh ngutang lagi di sini!" Pak Inoo yang kesal,mengambilkan makanan yang dipilih Chinen tadi.

Kampung Berkah;hsjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang