Jakarta megacity, 4 Januari 2080
Stasiun LRT Blok M tampak padat sore ini, para polisi humanoid berjaga-jaga di tiap sudut stasiun memastikan keamanan para penumpang. Polisi humanoid tersebut memiliki tinggi 175 cm, wajah Mereka identik, kulit Mereka seperti kulit manusia namun gestur mereka lebih kaku, mereka dilengkapi senjata laras panjang yang diisi amunisi berupa peluru bius, mampu membuat seseorang tertidur selama 1 jam jika tertembak bius tersebut. Para humanoid tersebut juga dilatih untuk bela diri, Mereka mampu berlari sejauh 80 kilometer perjam, lebih cepat 30 % dari kemampuan lari manusia pada umumnya. Cara membedakan polisi humanoid tersebut adalah lewat nomor punggung seragam yang Mereka gunakan. di kota Jakarta megacity terdapat kurang lebih 3,000 personel polisi humanoid yang bertugas.
Seorang wanita setengah baya memegang kantung belanjaan tiba-tiba menyadari bahwa dompet dalam tas sandangnya baru saja dicopet oleh seseorang, wanita berambut keemasan dan bermata sipit itu kemudian menghampiri salah satu polisi humanoid yang berdiri didekatnya.
" Saya baru saja dicopet..", ujarnya panik.
" anda berjalan dari arah mana ? ", Tanya Humanoid tersebut sembari tersenyum.
" dari peron seberang, saya baru turun dari kereta itu..", ujar perempuan itu menunjuk peron seberang. Humanoid tersebut kemudian mengontak rekan-rekannya lewat panel telepon di telinganya, kemudian kacamatanya memutar siaran cctv di stasiun tersebut, memutar adegan beberapa menit lalu di peron seberang.
" unit 238 Romeo, Saya melihat orang mencurigakan di gerbong 3, pria, berumur 48 tahun, Ryan Bramasta..", ujar salah satu polisi humanoid di peron seberang.
" amankan Dia..", ujar kapten polisi manusia yang bertugas di pos polisi stasiun.
Polisi humanoid yang berdiri didalam gerbong 4 kemudian menghampiri pria bernama Ryan tersebut. Ryan tampak canggung, Dia kemudian mundur beberapa langkah.
" maaf, bisa periksa isi tas anda ? ", Tanya polisi humanoid tersebut. Ryan kemudian berlari menuju gerbong depan, kemudian keluar kereta dan berlari menuju tangga keluar, para polisi humanoid dan polisi manusia mengejarnya, saat di Eskalator, Ryan bertabrakan dengan Erica, robot humanoid wanita yang berprofesi sebagai resepsionis kantor.
" aww...", Erica dan Ryan terjatuh. Menyadari Ryan dikejar oleh polisi humanoid, Erica kemudian melumpuhkan Ryan dengan memiting lehernya, sebagai 'robot sipil' Erica memang tidak dilengkapi dengan senjata.
" lepaskan Aku...Aku tidak bersalah..bukan aku pelakunya...tapi temanku..", racau Ryan kesakitan. Erica kemudian melonggarkan pitingan tangannya, para polisi humanoid kemudian mengamankan Ryan.
" terimakasih unit Erica..", ujar 3 polisi humanoid berbarengan sembari tersenyum.
Erica Cuma tersenyum simpul kemudian berjalan menuju taman, menyusul Anindya, rekan kerjanya yang seorang manusia.
*****
Anindya sedang menikmati bekal sandwichnya di bangku taman ketika Erica datang. Taman tersebut terletak diantara barisan gedung pencakar langit di kawasan senayan. Sebagai pekerja kantoran Anindya kerap menghampiri taman buatan tersebut setiap siang, matanya dimanjakan oleh aneka rupa tanaman hijau dan bunga warna-warni, sesuatu yang sangat langka di tengah Jakarta tahun 2080 yang penuh sesak oleh bangunan ratusan lantai dan polusi dimana-mana.
" hai, Anindya, makananmu tampak enak..", sapa Erica sambil duduk disebelahnya.
" hai Erica, lama sekali..", ujar Anindya sambil meneguk orange juice miliknya.
" ya, tadi saya tabrakan sama copet..", ujar Erica.
" apa ? tapi kamu nggak apa-apa kan ? ", Tanya Anindya khawatir. Erica menggeleng sambil tersenyum.
" isilah tenagamu, jam istirahat masih tersisa 20 menit 30 detik lagi..", ujar Anindya sambil memandang panel jam bercahaya di salah satu dinding perkantoran.
Erica kemudian meraih kabel charger di samping bangku taman kemudian mencolokkannya ke panel di tangan kirinya. Mata Erica kemudian terpejam sementara kabel charger tersebut bercahaya kekuningan, sebagai humanoid Erica memang memerlukan pasokan listrik untuk tetap 'hidup'. Dalam sehari Humanoid perlu waktu 5 jam untuk mencharger penuh dirinya, pasokan baterai tersebut tersebut tersedia di hampir semua tempat umum. Apabila seorang robot humanoid kehabisan energi baterai maka Mereka akan 'mati'.
Tiba-tiba ponsel Anindya berdering, Anindya kemudian meraih ponselnya, panggilan video call dari temannya Rangga, seorang pekerja lab.
" Anin, kamu dimana ? "
" di taman nih, istirahat sore...", ujar Anindya seraya mengarahkan layar ponselnya ke arah Erica yang sedang 'tertidur'.
" oh..by the way, malam ini kamu ada acara nggak ? "
" ehm, abis ini Aku ada meeting sama Pak Bos, selepas itu Aku free..."
" ketemuan yuk.."
" dimana ? "
" Sky Café.."
" jam 8 ya ? "
" oke, dengan senang hati..", jawab Anindya sembari mengulas senyum.
" oke, bye ..", Rangga kemudian mematikan layar video ponselnya dan melangkah menuju meja kerjanya untuk mengemasi dokumen dan bersiap pulang. Di jendela besar depan ruang kerjanya terlihat Para pekerja di ruang lab, tampak sebuah mesin besar berbentuk cakram raksasa yang sedang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Mereka. Profesor Dadang menyebutnya : mesin waktu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMANOID 2080
Science FictionDi tahun 2080, Indonesia telah menjadi negara maju, Jakarta telah berubah menjadi kota Cosmopolitan, pekerjaan manusia terbantukan dengan adanya robot Humanoid, yang dipekerjakan untuk bidang keamanan hingga layanan hiburan, salah satunya Kevin, rob...