"Maaf menunggu—"
Natsume melangkah memasuki kelas, iris cokelatnya terpaku pada gadis yang duduk di kursi sambil menyorot keluar jendela. Gadis itu diam, tidak mendengar atau tidak menyadari Natsume sudah tiba. Natsume melangkah mendekat, dan menepuk pelan pundak Taki.
Taki tersentak, ia menoleh. "Natsume–kun kau sudah disini"
"Kau melamun Taki" terka Natsume membuat Taki hanya memasang senyum bersalah.
Natsume tersenyum dan meraih tasnya. "Ayo—"
Taki melangkah cepat, menahan tangan Natsume hingga pria itu menghentikan langkahnya. Natsume menoleh, keningnya mengkerut. "Ada apa Taki?"
"Kita batalkan saja" sanggahnya.
"Eh?" Natsume membulatkan matanya.
"M–maksudku kita tunda, nanti malam pukul tujuh. Di festival taman kota, datanglah"
"Baiklah, tapi kenapa tiba-tiba—" belum selesai Natsume berbicara, Taki sudah mengambil tasnya terburu-buru dan berlari keluar kelas.
Langkahnya cepat, nafasnya memburu. Pipinya memerah dan hangat. Ia bukan sakit, bukan demam maupun flu. Perkataan Nishimura setengah jam lalu mempengaruhinya, terngiang membuat otaknya tak bisa berpikir jernih. Jantungnya sudah kehilangan ritmenya sejak tadi. Gadis itu berlari menuju stasiun dan segera memasuki kereta dengan jalur menuju rumahnya.
Ia duduk di kursi panjang, meme—gangi dadanya yang terasa tak nyaman. Jantungnya berdetak dengan tempo cepat. Ia meraih cermin lipat di tasnya, menyorot pantulan wajahnya di kaca cermin. Pipinya masih tersipu, memerah layaknya tomat.
"Natsume juga menyukaimu Taki—chan"
"Uso"
"Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi kau mengenalku sejak dulu. Dan aku bukan orang yang suka berbohong tentang perasaan. "
Taki meremas rambutnya frustasi, tak peduli tatapan beberapa orang dikereta yang memandangnya aneh. Ia tak bisa tenang gara-gara perkataan Nishimura tadi. Gadis itu menyorot pemandangan di luar kaca dengan tatapan kosong, isi kepalanya berputar. Antara takut dan ragu. Dalam hatinya paling dalam, ia ingin memastikan perasaan Natsume padanya, namun disisi lain. Ia takut melakukannya.
******************
"Kau mau kemana Natsume?" tanya Natori sambil sesekali menyeruput kopinya.
Natsume menoleh sekilas lalu melanjutkan mengikat tali sepatunya, "Festival kembang api" jawabnya.
"Sendirian?"
"Tidak, bersama Taki" Natsume beranjak dan melangkah menuju pintu, namun langkahnya segera terhenti begitu tangan Natori mencengkram pundaknya.
"Jangan bilang kau mau pergi kencan bersama seorang gadis dengan penampilan seperti ini?" Natori menatap tajam Natsume membuat pria itu bergidik seketika. "Ikut aku!" Natori menarik lengan Natsume paksa membuat pria itu terkesiap dan terpaksa mengekor dibelakang Natori.
"Kami bahkan tak sedang pergi berkencan!" pekik Natsume begitu berada di dalam kamar Natori. Natori tidak menanggapi, ia sibuk membongkar isi lemari pakaiannya terlihat mencari sesuatu, "Apa yang kau cari, Natori–san?"
Senyum Natori merekah begitu melihat box persegi panjang berisi yukata pria polos berwarna navy dengan obi berwarna hijau tua. "Ini milikku, aku memakai ini saat SMA. Aku sudah tak memakainya lagi, pakailah ini" Natori menyerahkan kotak berisi yukata itu pada Natsume.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach the Sun (Fanfiction)
Teen Fiction[Wattys 'Long List 2018] [Complete] Taki Tooru, gadis cantik yang selalu dijuluki Himawari hime karena kepribadiannya yang ceria dan wajahnya yang cantik harus mengalami hari pertama masuk SMA yang jauh dari kata menyenangkan karena ia lupa menyetel...