"Hadiah tidak selalu terbungkus dengan indah, terkadang Allah membungkus hadiah itu dengan masalah namun di dalamnya terdapat berbagai berkah"
~° Bahagia bukan milik dia yang hebat segalanya, namun dia yang mampu menemukan hal yang sederhana dalam hidupnya dan dia yang bersyukur °~
* * *
Hari ini adalah hari ulang tahunnya, kami pun berjanji akan bertemu di taman tempat biasa kami berjumpa dan rencananya akan ku ungkap perasaan ku sore ini, karna aku tau pasti sabrina akan datang ketaman ini. Aku tidak perduli jika ini terlalu cepat, yang jelas aku tidak bisa memendamnya terus menerus.
1 jam kemudia, aku melihat sabrina berjalan ke arah ku dan kemudian ia duduk di hadapan ku. Ada rasa canggung diantara kami tetapi, aku memberanikan diri untuk mengutarakan perasaan ku terhadapnya. Perasaan yang hampir 2 bulan ini seperti buah di blender.
"Sabrina, trima kasih untuk beberapa waktu ini yang selalu ada di samping ku dan yang telah membuat diri ku menjadi lebih baik. Kalau boleh jujur, ada rasa lebih yang muncul sejak beberapa waktu lalu entah itu di namakan cinta tetapi entah lah aku pun tidak bisa menjelaskan dengan pasti. Aku pengen kita lebih dari sekedar teman.... Dan asal kamu tahu ini pertama kalinya aku merasakan hal yang lebih dari seorang perempuan karna aku belum pernah dekat dengan perempuan sebelumnya."Sabrina hanya terdiam menatap ku dengan tatapan yang tidak dapat ku artikan. Aku berharap sabrina mengangguk memberi jawaban. Namun sabrina malah menundukkan wajahnya kebawah dan aku melihat air yang mengalir di ujung matanya. Aku merasa sangat bingung, aku tidak suka melihat perempuan menangis. Aku pun memberanikan diri untuk mencoba menenangkan dirinya.
Setelah ku rasa sabrina sudah cukup tenang, aku mencoba untuk berbicara
"Gak apa-apa kok kalau kamu gak bisa, aku bisa mengerti. Kamu jangan menangis lagi ya...
Kita akan tetap seperti ini kok. Aku akan tetap menjadi teman dekat mu."
Setelah itu kami pun pulang dan kembali kerumah masing-masing. Ada rasa kecewa di hati ku. Tetapi, aku tak terlalu menghiraukannya.
.
.
.
.