1

142 10 16
                                    

"Masya Allah, Mas! Inget umur! Istighfar, Mas," wanita paruh baya itu geleng-geleng tidak percaya. Dirinya antara takjub dan menyesal telah menikahi pria yang saat ini berdiri di depannya.

Bukan menyesal karena pria di depannya ini ternyata adalah seorang trangender. Lagian wanita itu sudah mengecek dengan data valid kalau suaminya adalah pria tulen. Sudah tersertifikasi dengan hasil satu anak dari hubungan keduanya.

Tapi, wanita itu benar-benar harus terbiasa oleh tingkah nyeleneh suaminya itu. Di usia hampir menginjak tiga puluh tahun, pria itu malah menggunakan celana pensil khas kalangan muda. Mungkin sah-sah saja kalau berbahan jeans. Akan tetapi, faktanya yang dikenakan malah bermotif bunga.

Warna Pink.

Latar hitam.

Dan sedang bermekaran.

"Lepas nggak, Mas?!" Wanita itu memelotot garang. Ia bersidekap di dekat sang suami yang malah berpose depan cermin.

"Kenapa sih, Yang? Bagus gini. Cocok kan buat dipake reuni nanti malem?" ucap pria itu sambil terus memerhatikan penampilan di depan kaca.

"Nggak!" tukas wanita itu. "Kalo kamu nggak lepas, awas aja ya nanti malam kamu tidur di luar."

Pria tersebut sontak berbalik menatap istrinya dengan tatapan tak terima. "Nggak bisa gitu dong, Yang! Zaman SMA aja waktu aku pake celana pensil gini kamu bisa klepek-klepek sama aku."

"ITU DULU! SEBELUM AKU TAHU KAMU SEBEJAT SEKARANG!"

**

"Assalamualaikum, Ya Ahli Kubur!" sapa seorang cowok di ambang pintu. Orang-orang yang sudah berpencar membentuk beberapa komplotan melihatnya. Ada yang langsung tidak peduli dan ada juga yang menghujat. Buat anak-anak Rohis, sapaan itu dijawab halus, "waalaikumsalam ya ahli jahanam."

Disebut penguasa neraka, si cowok malah terkikik. "Sa ae lo, Pak Haji."

Cowok yang disebut Pak Haji itu malah menggeleng dan kembali berkutat dengan ponselnya.

"Lo niat sekolah nggak? Jam sepuluh baru masuk," giliran seorang cewek yang mencibir kesal sambil membuka absen yang kebetulan masih di atas meja.

"Gue kangen sama Pak Rohman. Jadi, tadi ngapel dulu," jawab cowok bangga seolah dapet lotre. Terus ia berjalan masuk ke barisan paling belakang.

"Heh, mau apaan lo?!" teriak cewek yang duduk paling belakang dan melihat cowok yang datang kesiangan itu langsung membuka celana tepat di samping meja.

Cowok itu menyeringai. "Mau yang ena-ena nggak?"

"Anjing!"

"Eh cewek nggak boleh ngomong kasar," ucap cowok itu memainkan jari telunjuk seperti menasehati anak kecil.

"Gue ngomong anjing, buka ngomong kasar, bego," bantah cewek tersebut nggak mau kalah.

"Udahlah. Gue mau buka celana ini," cowok itu dengan seenak jidat menurunkan celananya dan membuat cewek di depannya hampir berteriak kesetanan. Tapi, langsung tertahan begitu saja. Saat tahu ada celana abu lagi ketika celana itu diperosotkan.

"Lo pake celana rangkep?" tanya cewek itu nggak percaya.

"Iyalah. Nanti si Om ngehukum gue sampe pulang."

"Niat banget lo," sahut cewek yang namanya Tari itu saat melihat salah satu teman absurdnya tersebut berhasil melepas celana abu hingga terlihat celana pensil ketat mencengkram kaki panjang cowok itu.

"Lo nggak takut sobek, celana lo ngetat gitu, Fi?" Tari meringis. Agak khawatir kalau tiba-tiba Rafi bertingkah lebay dan berimbas celananya yang lepas karena terlalu dipaksa untuk dipakai.

Reuni 18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang