01 - Daddy's here

2K 192 33
                                    

Gevan: Sayang, vote dulu dong 😗😙😘

---

Herin mendesah pelan setelah meminum air mineral pemberian Gevan tadi. Saat ini, ia dan teman sekelasnya itu telah terbebas dari hukuman Pak Salim.

Setelah Pak Salim menyatakan kebebasan mereka, Herin dan teman sekelasnya yang ternyata bernama Hana itu langsung meneduh di pinggir lapangan.

Tiba-tiba Herin teringat dompet Gevan, langsung saja ia merogoh saku roknya untuk mengambil dompet itu. Herin menatap penasaran dompet Gevan, ia juga penasaran apa isinya.

Boleh buka gak ya?

"Woi, Rin!"

Herin yang masih menatap dompet hitam milik Gevan itu pun kaget dengan seruan Hana yang tiba-tiba. Ia pun langsung menoleh kearah Hana dan menaikkan alisnya, seolah ingin berkata 'apaan sih ngagetin aja lu botol bedak.'

"Gue minta dong minum lo. Tapi itu bukan punya lo sih, punya Gevan tapi dikasih ke lo."

"Ini?" Tanya Herin sambil menunjuk botol minuman yang dipegangnya.

Hana langsung menyambar botol itu dan meminumnya. Membuat Herin lagi-lagi kaget dibuatnya.

"Lain kali jangan gitu, kan gak sopan."

"Emang lo gak mau ngebagi minum?" Tanya Hana lalu mengembalikan botol minum itu pada Herin.

"Ya bukan gitu. Lagian kan lo udah dikasih duit."

"Lo juga dapat lebih tuh dikasih dompetnya sekalian. Ah udahlah, kantin kuy, lo yang traktir." Ucap Hana kemudian berdiri.

"Hah?" Herin menatap Hana bingung.

"Maksud gue Gevan yang traktir. Cepetan gue laper." Hana kemudian melangkahkan kakinya.

"Kok jadi Gevan yang traktir kan dia gak ada di sini. Hana aneh."

---

"Gue gak mau tau ya, pokoknya lo yang traktir gue somay sama jus jeruk. Gara-gara lo, gue hampir mati kehausan di kelas."

Yang barusan berbicara adalah Aron, korban dari kebucinan Gevan terhadap Herin beberapa saat yang lalu. Tadi sebelum Gevan meminta izin untuk ke toilet -yang sebenarnya ke kantin- Aron menitip minuman dan permen. Tetapi Gevan malah memberikan minuman yang tadinya untuk Aron para Herin.

Gevan menoyor kepala Aron, "Santuy, lagian tadi belinya pake duit gue. Lo kan nitip gak pernah ngasih duit, ngembaliin pun kaga pernah."

"Eh beneran emang cewek tadi itu cantik banget?" Daripada Gevan mengungkit-ungkit utangnya, Aron berpikir sebaiknya ia mengalihkan pembicaraan.

Gevan menoyor lagi kepala Aron, "Yee ngalihin aja lo."

Aron menyengir pelan, "Ya udah gih sana lo cari tempat duduk, biar gue yang pesan. Kayak biasa kan?"

Gevan mengangguk kemudian langsung meninggalkan Aron yang sedang mengelus dadanya, "Aman gue aman."

Gevan celingukan mencari meja kosong, dan tampaknya tidak ada sama sekali. Setelah menoleh ke sana-sini, akhirnya Gevan menemukan sosok Herin dan perempuan yang dihukum bersama dengannya tadi. Tetapi ada satu hal yang mengganggu dirinya. Ada lelaki lain yang sedang mengelus rambut pacarnya, tidak bisa dibiarkan.

Gevan pun tersenyum puas kemudian menyeringai.

"Babe, daddy's here."

---

Herin menatap ngeri ke arah Hana yang sedang memakan makanannya dengan rakus, "Lo kayak belum makan berbulan-bulan aja, Han."

"Si Hana emang cara makannya gitu Rin, jadi lo gak usah kaget." Timpal Rian.

Setelah bel istrirahat tadi, Rian langsung beranjak ke kantin untuk menemui Herin.

Hana menoleh ke Rian, "Sok tau lo bege." Dan kembali pada makanannya yang masih tersisa.

Rian mencibir pelan, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Herin yang berada di sebelah kirinya, "Lain kali tugasnya lo bawa, biar gak gini lagi."

Herin langsung menoleh ke Rian, "Gue lupa, Yan. Padahal udah gue kerjain."

"Udah lo kerjain?" Tanya Rian.

"Iya, baru nomor satu doang sih." Jawab Herin sambil menggaruk puncak kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Ahelah, itu mah sama aja belum." Ucap Hana yang ternyata sudah selesai dengan makanannya.

"Lo gak boleh gitu lagi ya? Lo juga sok-sokan gak mau gue kasih contekan, padahal lo sendiri juga gak ngerjain. Jangan dihukum lagi, gue gak tega lihat lo." Ucap Rian sambil mengelus pelan rambut Herin.

Hana yang melihat kelakuan Rian pun terkekeh, "Perhatian amat lo kayak pacarnya aja."

Rian menatap Hana sengit sambil menurunkan tangannya dari kepala Herin.

"Hai, sayang."

Tiba-tiba Gevan datang dengan mengejutkan dengan langsung duduk di sebelah kanan Herin. Gevan mengelus rambut Herin tepat dimana Rian mengelusnya.

"Kamu udah habis makannya?"

"Belom lah, lo bisa lihat sendiri dia lagi makan." Gevan mengalihkan pandangannya ke arah Rian yang berada di lain sisi Herin.

"Saingan, masih gantengan gue." Batin Gevan.

Gevan tidak mengubris Rian sama sekali, kemudian kembali beralih pada Herin.

"Nanti pulangnya sama aku ya?"

"Gak bisa, dia udah biasa pulangnya bareng gue." Ucap Rian.

Gevan merasa sedikit emosi, "Nyaut mulu lo, gue nanya Herin ya gak nanya ke lo." Ucap Gevan sambil menunjuk-nunjuk Rian.

Sedangkan Herin malah kebingungan dengan kedua lelaki itu, "Ini berdua bukannya pesan makan malah ngobrol." Gumamnya pelan.

"Udahlah, Herin gak mau sama lo. Minggir lo." Balas Rian juga menunjuk-nunjuk Gevan.

"Lo siapanya sih bangsat?" Sudah tidak dapat ditahan, Gevan mengebrak meja dan hampir saja berdiri jika suara Hana tidak menyela.

"Woi woi kalem elah! Kasian dikit kek ke gue sama Herin yang butuh ketenangan. Lo berdua pikir dijemur itu gak capek apa? Capek woi! Gak percaya? Gih sono ke lapangan coba sendiri, sekalian gelut lo berdua." Ucap Hana yang tidak kalah emosi.

Sedangkan Herin yang masih bingung hanya menonton mereka saja tanpa ikut menimpali.

Rian dan Gevan juga Herin tidak membalas seruan Hana. Herin hanya sesekali menoleh pada mereka. Sedangkan kedua lelaki itu saling melempar tatapan sinis.

"Gevan bangke gue cariin lo kemana-mana anjeng. Nih punya lo, ntar lo yang bayar ya, lo udah janji tadi."

Aron datang kemudian menaruh dua piring somay di atas meja, lalu duduk di sebelah Hana, "Jusnya ntar dianterin, tangan gue cuma dua."

Merasa tidak ada yang menyauti, Aron menatap mereka satu-persatu yang sedang menatap ke arahnya, "Oke, salah gue apa?"

"Lo ngagegetin bangsat!" Ucap Hana kemudian memukul lengan Aron dengan keras.

"Sakit woi, lo siapa sih main mukul aja."

Herin sama sekali tidak mempedulikan dua manusia yang sedang beradu mulut di depannya. Tatapannya terarah ke somay yang dibawa oleh Aron. Kemudian Herin menoleh ke arah Gevan yang ternyata kembali beradu tatap dengan Rian. Herin jadi curiga mereka sedang main game adu tatap.

"Van, ini punya lo kan? Gue rasa dikit dong. Dikit aja."

---

Udah sampe setahun belum nih? Hehe :')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang