Chapter 4

2 0 0
                                    

"Pak Ustadz, boleh saya bertanya dan berbicara beberapa hal?" Tanya Dul kepada Ustadz Fatah Al'alim. Seorang ustadz yang memang 'alim di lingkungan setempat dan biasa mengisi pengajian di Mushola dekat rumah Dul.

"Iya Dul, monggo, boleh sekali. Memang ada masalah apa Dul?" Jawab Ustadz Fatah yang sedari tadi duduk sila berhadapan dengan Dul.

"Ustadz, jika saya berubah menjadi lebih baik karena seseorang, apa itu salah?" Wajah Dul terlihat serius.

"Karena sesorang?"

"Iya ustadz" Dul mengangguk, "Ustadz mungkin sudah melihat sendiri perubahan saya akhir-akhir ini, rajin ke Mesjid dan sesekali ikut pengaosan di Mushola" lanjutnya.

"Jadi semua itu kamu lakukan karena seseorang Dul?" Ustadz Fatah kembali bertanya. Dul mengangguk pelan.

"Mmm ... Perubahanmu menjadi baik tidak salah, tapi 'karena' nya yang mungkin harus diperbaiki. Lah emang opo niatmu Dul? Opo tujuanmu?"

"Lelaki yang baik untuk wanita yang baik, dan sebaliknya. Kata Dasmad itu nasihat Ustadz, betul kan?"

"Bukan, bukan saya yang ngomong Dul" jawab Ustadz Fatah santai.

"Loh? Kata Dasmad Ustadz Fatah yang ngomong begitu? Dia sendiri denger dari corong Mushola sehabis shubuh?" Dul beremosi.

"Saya hanya menyampaikan surat cintanya Allah Dul, itu Allah sendiri yang berbicara, pada surah An Nur ayat 26. Dan sungguh apa yang Allah firmankan dalam Al Qur'an itu hak" Terang Ustadz Fatah

"Jadi, karena seorang perempuan kamu berubah Dul?"

"Karena Caca Ustadz" Dul menunduk.

Ustadz Fatah menghela napas dan menepuk-nepuk punggung Dul.

"Begini Dul. Rosul pernah menyampaikan, bahwa segala amalan bergantung pada apa yang diniatkan dan apa yang dia dapat ya sesuai yang ia niatkan. Jika kebaikanmu itu hanya untuk mendapatkan hati seseorang, maka saat kau sudah mendapatkan hatinya ya sudah, pun kalau sampai berhasil mendapatkan hatinya"

"Tidaklah Allah menciptakan manusia dan jin adalah untuk beribadah kepadaNya. Begitu firman Allah, jadi saat semua ibadah yang kamu lakukan tidak karena Allah dan kepada Allah, maka semuanya akan sia-sia dan tidak memberikan ketenangan dalam hidupmu."

"Luruskan niat, jadikan Allah itu tujuanmu. Lakukan segala hal baik bukan karena perempuan, tapi karena Allah. Dan soal perasaan cinta mbok ya jangan terlalu ngoyo seperti itu. Lebih baik serahkan sama Allah. Kalo jodoh ya gak bakal ketuker ko Dul"

Dul diam. Mencoba mencerna semua perkataan Ustadz Fatah.

***

"Assalamu'alaikum ..." Seorang lelaki yang usianya sebaya dengan Kyai Warzud mengucapkan salam. Dia tidak datang sendirian, tetapi bersama istri dan seorang pemuda tampan yang tentunya putra lelaki itu.

"Wa'alaikumsalam warohmatulloh ... Ahlan wasahlan Tarjo sedulurku. MasyaAllah ... suwe rak ketemu. Sehat awakmu?" Jawab Kyai Warzud dengan ramah. Mereka berpelukan, saling melepas rindu antar sahabat lama yang sekian waktu tak jumpa.

"Sehat, sehat ... Alhamdulillaah kami sehat. Oh iyah, kenalke ini istriku Siti dan ini anakku Koko, lengkapnya Janoko"

"Wah ... Janoko, pantes gagah koyok raden Janoko kamu nang" Kyai Warzud memuji.

"Ah ... Bisa aja Pak Kyai" ucap Janoko tersenyum malu.

Sementara di dalam kamar, Caca gelisah. Entah kenapa perasaannya jauh dari rasa tenang. Tak nyaman dengan kehadiran keluarga sahabat ayahnya itu. "Perjodohan" pikirannya terus memutar kata tersebut.

#Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAHNYA SI DULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang