Chapter 2

9 0 0
                                    

"Mas!"
.
Seseorang menepuk bahu Dul. Untuk kedua kalinya lamunan Dul buyar, tapi kali ini bukan Emak melainkan seorang laki-laki berkulit coklat, pawakan badan mirip Dul, hanya warna kulitnya yang berbeda, dimana Dul sedikit lebih putih darinya.
.
Ya, dia adik sepupu Dul alias anak dari adik laki-lakinya Emak, Lik Madwi.
.
"Astaghfirulloh ... Dasmaaad, kaget aku" ucap Dul kesal.
.
"Ah mas Dul ini, sudah berapa kali aku minta jangan panggil Dasmad, namaku Aidas Ahmad mas? Panggil Ai mas?" Tukas Dasmad, laki-laki yang 2 tahun lebih muda dari Dul ini juga kesal.
.
"Lah bener kan? Aidas Ahmad, di singkat Dasmad,hahaha wis ora usah ribut kamu Mad." Ledek Dul.
.
"Ya Allaah ... Mas, Ai mas namaku ... Aiii ..." Dasmad.
.
"Ai Ai opo? Ai lop yu?" Dul.
.
"Ah ... Ora mas, Ai het yu!" Dasmad mendengus kesal.
.
"Mad ... Mad? Liat Mad, sebentar lagi bakal ada bidadari lewat mad" Dul menepuk-nepuk paha Dasmad yang duduk sila di samping kanannya.
.
"Hah? Bidadari? Sampean kenapa mas? Tadi nglamun sekarang mengkhayal ada bidadari lewat." Dasmad geleng-geleng, melirik sinis.
.
"Eh ... Kamu tuh, liat dulu tuh" Dul menunjuk-nunjuk jalan aspal yang di apit persawahan. Jalan penghubung antara warga blok wetan dan kulon.
.
"Gadis-gadis bersepeda itu mas? Lah kan tiap sore juga lewat, kamu gak komentar apa-apa. Mas Dul aneh." Pandangan Dasmad masih berlalu
.
"Biasanya berapa gadis yang lewat coba di inget Mad?" Tanya Dul.
.
"Berapa yah, seingatku, 1 ... 2 ... Mmm ... 3 orang mas" jawab Dasmad sambil memainkan jarinya menghitung-hitung.
.
"Nah! 3 kan? Saiki deleng Mad! Lihat Mad yang dibelakang itu, dia gadis ke 4 Mad!" Dul menunjuk semangat ke jalan di depannya itu. Yang jaraknya lebih kurang 10 m dari mata Dul memandang.
.
"Mana mas?" Dasmad mengucek-ucek mata, memastikan dia bisa melihat dengan jelas.
.
"Ah ... Pintu syurga ada yang lupa gak di gembok apa yah, sampai-sampai ada bidadari yang kabur" Dul terbuai. Semua tangan menyangga kedua pipinya. Ia tersenyum-senyum. Pandangannya fokus pada Bidadari yang katanya kabur dari syurga.
.
Tiupan angin menerpa jilbab para gadis itu. Mereka mengayuh sepeda dengan santai, sedikit obrolan dan tawa menemani perjalan mereka.
.
"Sebentar mas, bukannya itu Mba Caca yah? Anaknya Kiyai Warzud?" Dasmad masih mengucek-ucek matanya.
.
"Iya Mad, itu caca. Cantik sekali dia Mad. Memandang dia seakan putaran bumi bergerak lambat. MasyaAllaah. Sepertinya masmu ini sudah jatuh cinta padanya Mad" Jawab Dul. Masih terbuai.
.
"Apah? Jatuh cinta?" Dasmad mangap. Kaget seperti Emak.
.
"He em Mad. Aku pengin nikah Mad. Nikahin dia" Dul semakin terbuai.
.
"Apa mas??? Kamu pengin nikah?? Trus nikahin dia??" Bertambahlah kekagetan Dasmad, kemudian, "Hahahaha ... Ngimpiii kamu mas,hahahaha" Dasmad tertawa terbahak terpingkal-pingkal. Merasa lucu.
.
"Eh!! Kok kamu malah ngetawain!!?" Dul seketika kesal. Kedua tangannya dia lipat didepan dadanya.
.
"Lah sampean waras mas? Hahaha" Dasmad masih tertawa memegang perutnya yang mulai kaku.
.
"Emang salah kalo aku jatuh cinta? Emang salah kalo aku pengin nikah? Salah juga ya aku pengin nikahin si Caca?" Dul bertambah kesal melihat Dasmad menertawakannya.
.
Plakk!!!
Satu keplakan mendarat ke kepala Dasmad.
.
"Diem kamu! Jangan ketawa!" Tegas Dul.
.
"Aduh ... Iyah mas maaf, hihihi" Dasmad berusaha menahan tawanya. "Gak salah kok mas, tapi ya mbok lihat, dia siapa kamu siapa." Lanjut Dasmad.
.
"Hemm... iya paham ... Dia keluarga kaya, aku miskin" Dul memalingkan wajahnya.
.
"Bukan gitu mas, kaya miskin gak bisa jadi ukuran. Gini mas, setahu aku, mba Caca itu gadis Sholihah. Dia dikirim Pak Kiyai ke kota buat mondok juga melanjutkan study nya. Jadi, selain sholihah dia juga pinter mas. Masa depannya cerah" Dasmad berhenti sejenak.
.
"Saiki, sekarang lihat diri kamu mas Dul? Lebih suka nganggur sama ngelamun. Ingat gak? Setahun yang lalu Emak ngirim kamu buat mondok, tapi baru tiga hari kamu kabur. Emak sebenarnya bisa usaha buat biayain kamu lanjut kuliah ke kota, tapi kamu malah lebih seneng mancing ke kali. Hidup kamu gak ada tujuannya. Masa depanmu peteng mas, gelap gelappp" lanjut Dasmad sambil memperagakan mata yang ditutup kedua tangan. Gelap.
.
"Lah kok kamu ngomongnya sama kaya Emak?" Nada suara Dul lemas.
.
"Mas? Allaah itu menjanjikan orang yang baik-baik berjodoh dengan yang baik, dan sebaliknya. Kamu pengin dijodohin sama yang baik ya kamunya perbaiki diri dulu mas?" Ucap Dasmad penuh nasihat.
.
"Busett ... Pinter amat kamu Mad ngomongnya? Gak percaya kalo itu omonganmu?" Dul heran.
.
"Hehehe itu kata Pak Ustadz. Tadi pagi sempat denger ceramahnya di mushola deket rumah,hehe" Dasmad cengar-cengir.
.
"Mushola deket rumah? Tadi pagi? Kok aku gak denger Mad?" Dul mengingat-ingat.
.
"Jelas gak denger kamu mas Dulll. Emang sejak kapan kamu bangun shubuh tepat waktu? Ah ... Kebiasaanmu itu, bangun shubuh telat, abis shubuhan molor lagi sampe matahari mau dzuhur,ckckck mana bisa dengerrr" kata Dasmad ketus.
.
"Hehehe iyah iyah. Hummm" Dul garuk-garuk kepala. Kemudian semangat melemas. Untuk kedua kalinya dia merasa tertampar. Betapa benar hidup yang dia jalani sungguh berantakan, tak tahu arah tujuan.
.
#Bersambung

KISAHNYA SI DULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang