1

19 5 0
                                    

12 juli tahun 2XXX

Suara ketikkan keyboard terdengar cepat. Beriringan. Susul menyusul. Terdengar seperti rintikan hujan yang membentur tanah di ruangan kecil yang gelap itu.

Cahaya redup dari layar laptop, hiasan pola LED pada Headphone, keyboard, mouse, dan wifi menyala dengan berbagai warna neon. Menghiasi dan menjadi penerang samar di ruangan itu.

Seorang gadis tampak duduk di depan layar itu sedari tadi. Dialah yang membuat suara rentetan detak Keyboard yang mengisi sepi di ruangan ini. Jari jarinya tak berhenti menekan tombol keybord walau  semenit. Konsentrasi penuh pada layar komputer yang bercahaya hijau minim.

Ribuan huruf acak membentuk serangkaian kode rumit terbentuk dari ketukan jarinya. Terlihat panjang dan rumit. Gadis dengan Headphone terpasang lengkap di telinganya itu menyeringai tajam. Layaknya seorang pencuri yang berhasil membuka brangkas, wajahnya tak jauh berbeda dari itu.

Gadis itu bergumam perlahan. Memuji dirinya sendiri atas apa yang sudah berhasil ia lakukan barusan. Tiba tiba saja sebuah situs terbuka dari layar komputernya itu.

Gadis itu kembali tertawa ringan. Kembali memuji dirinya sendiri.
Segurat lambang nama suatu penjara di negri sebrang terpampang di layar komputernya.

"mari kita lihat daftar tawanan di sini" gumamnya sembari kembali mengetik. Seulas senyum kemenangan kembali terlampir di wajahnya.

"wah wah. Bocah empat belas tahun ini di penjara karena memperkosa seorang gadis tujuh belas tahun huh ? Well, dunia semakin gila sekarang" gumamnya sambil kembali memutar daftar kejahatan lainya.

Sesekali bercetus "amatir" jika melihat pelaku kasus peretasan yang tertangkap. Kadang bergumam tak jelas dambil terus menatap layar komputer.

Setelah beberapa menit ia menatap layar komputer di ruang gelap dan ter isolasi itu, gadis itu akhirnya menyerah. Ia menekan tanda silang di  ujung halaman komputer yang ia gunakan. Seketika seluruh kode rumit tadi hilang dan terganti dengan beranda komputer berwarna hitam dengan tulisan HACKER berwarna tosca di tengah tengah.

Gerakan anak panah putih di layar komputer perlahan mengarah ke ujung sisi layar. Dan setelah beberapa ketukan ringan, komputer itu mati dan menyisakan cahaya remang dari LED hiasan dari perangkat perangkat komputer yang lain.

Gadis itu kemudian memundurkan kursi beroda yang terlihat seperti kursi kantoran miliknya sedikit. Lantas menekan tombol saklar induk yang terhubung ke beberapa perangkat komputer. Detik berikutnya, seluruh penerangan kecil di ruangan itu mati digantikan kegelapan yang menyelimuti.

Segaris cahaya menyeruak dari sela antar tirai jendela. Menandaka jika matahari telah terbit. Gadis itu berjalan ke arah tirai itu dan menyibaknya sedikit. Hanya mengintip keadaan luar, namun segera refleks merapatkannya kembali karena sinar luar menyakiti matanya.

Tapi tepat setelah itu iakembali menyibak sebelah tirai jendela dan membiarkan sedikit cahaya membuat ruangan kecil gelap itu menjadi remang. Pemandangan kamar segera terlihat. Berbagai bungkus makanan dan minuman dari yang cepat saji hingga yang ringan bertebaran di berbagai sisi ruangan.

Gadis itu bergumam mengumpat. Mengeluh atas perbuatanya sendiri. Lalu dengan langkah gontai segera mengeliminasi sampah-sampah itu.

Tak berhenti disana. Gadis itu mulai melanjutkan dengan membersihkan dam merapihkan rauanganya. Dan setelah semua terasa sudah bersih, ia beranjak membersihkan dirinya.

"kenapa harus ada banyak hal yang dilakukan diluar ?"gumamnya.
.
.
.
.
.
.

Piip piip piip wrrr

"bagus"
Mesin laudry umum itu mulai mengerjakan tugasnya. Gadis penyendiri tadi duduk di kursi kosong di depan mesin itu. Menunggunya selesai mengerjakan tugasnya.

Di tengah kegiatan membosankan itu suara notifikasi pada ponsel menarik perhatianya. Terlihat beberapa pesan terkirim dari groupchat. Gadis itu segera mengetuk layar ponselnya terlihat obrolan tentang rencana reuni akademi akan di selenggarakan.

Panitia bertanya siapa yang tidak hadir dan dengan mantap gadis itu mengajukan dirinya. Hampir setiap kali ada pertemuan -entah apapun itu- gadis itu akan konsisten mengajukan diri untuk tidak hadir. Tanpa alasan apapun.

Tapi bukan masalah besar. Nyatanya banyak orang yang tidak mengingatnya. Gadis itu hidup dalam bayangan. Tidak tertarik dengan cahaya sedikitpun.

Kembali ke kenyataan. Setelah menyatakan absen dan mematikan ponselnya, ia mengalihkan pandanganya ke mesin laudry di depanya.

"masih lama paling." ucapnya sembari melenggang pergi ke luar ruangan. Ia langsung berbaur di antara penjalan kaki lain tepat setelah keluar dari toko itu, dan berjalan santai tanpa peduli sekitar.

Ia berhenti tepat di ujung jalan. Di samping sebuah tiang. Gadis itu mengeluarkan sebuah kartu dari kantong jaketnya dan lantas menempelkanya pada sebuah mesin kotak kecil yang ada di tiang itu. Menit berikutnya lampu lalulintas mengambang di tengah jalan itu berubah warna menjadi merah. Menghetikan laju segala macam kendaraan yang begitu padat. Beberapa menit setelah kendaraan berhenti, sisi lain lampu yang mengarah pada tempat si gadis itu berdiri berubah hijau. Tanda bahwa si gadis boleh berjalan.

Tentu saja tanpa membuang waktu gadis itu segera melangkah cepat ke sebrang jalan di ikuti beberapa orang di belakangnya yang juga telah menempelkan kartu pengenalnya. Waktu menyebrang terus bertambah setiap seorang menempelkan kartu pengenal miliknya, lalu berakhir tepat setelah penempel kartu terakhir menyebrang.

Beruntung gadis itu adalah si penempel pertama, Jadi dia tak perlu menunggu antrian panjang dan mendengar klakson mobil yang berbunyi marah karena banyaknya penyebrang. Gadis itu berjalan dan masuk pada sebuah kafe. Di dalam kafe itu ia melangkah ke depan meja pelayanan dan tak lama sebuah android pelayan wanita segera melayaninya.

Setelah selesai memesan makanan dan menyantapnya di salah satu kursi kosong, gadis itu terdiam. Melihat ke luar jendela dan menyaksikan lalu lalang orang di jalan.

Di luar sana terdapat banyak orang yang berbeda. Beberapa anak muda terlihat tengah asyik berbincang, beberapa lagi seorang yang terlihat sibuk berjalan bersama asisten android mereka, lalu beberapa wanita terlihat asyik berbelanja, anak akademi yang tengah berbincang sambil berangkat, juga anak anak yang tengah asyik bermain dengan teman ataupun hewan peliharaan di taman.

"sekarang semua terkait dengan teknologi ya ?" terdengar percakapan seorang pria lanjut dengan rekanya di meja lain di kafe itu.

"kau benar. Walaupun dulu negara ini terbelakang, siapa sangka sekarang sudah berkembang begini pesat." ucap rekanya.

"aku setuju dengan itu."

"ah, aku ingat di jaman ku dulu banyak sekali anak anak muda yang tidak memanfaatkan otaknya. Padahal aku yakin mereka pasti bisa memajukan bangsa"

Rekanya tertawa lalu melanjutkan "aku juga ingat jaman itu. Tapi beruntung masih ada sebagian kecil yang dapat melihat peluang itu. Seperti pemilik perusahaan Techno Dreamy contohnya. Dia salah satu dari para pemuda itu dan sekarang dialah yang masuk dalam empat perushaan terbesar."

"iya. Terknologi memang mengagumkan" ucap pria itu menanggapi. Dan setelah itu mereka mulai membicarakan hal hal kecil.

Mendengar kata terakhir itu gadis itu mendengus pelan. Dan bergumam sendiri

"katakan lah ternologi mengagumkan sesukamu. Nyatanya itu bahkan lebih menyeramkan dari yang kau tau"

GLICH: Techno CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang