Hari ini adalah hari yang tidak menyenangkan bagi Davian, karena harus bertemu orang yang tidak ia kenali.
Reza melihat sekelilingnya sudah banyak anak yang kerja bakti, termasuk Clarista. "Hai, Rez" sapa Clarista sambil menyapu sampah yang ada di depan kelasnya "Hai, Clara".
Reza masuk ke dalam kelasnya dan melihat seorang yang hanya duduk terdiam. dan dilihatnya lagi orang itu adalah Davian.
"Hai, Dav" Suara itu sontak membuat Davian terkejut. Reza segera menaruh tasnya di bangku. "Ini nomorku, kalau ada yang mau dibiacarakan, tapi kita gak bisa ketemuan, kamu chat aku aja." kata Reza sembari memberi sebuah kertas yang bertuliskan sebuah nomor telepon kepada Davian.
sebenarnya Reza tau, kalau seorang introvert cenderung lebih suka mengirim pesan dibanding dengan bertemu secara langsung dengan orang yang ingin diajak bicara.
"Ayo Dav, kita keluar" kata Reza sesopan mungkin dan segera pergi keluar kelasnya. Melihat Reza, Davian segera keluar kelasnya.
Dilihatnya Clarista dan anak anak lainnya yang sudah ada di luar untuk bekerja bakti. "Hai, Dav" sapa Clarista, dan dijawab oleh davian dengan anggukan.
"Ayo, Dav" Reza segera menarik tangan Davian dan memberikan pel kepada Davian. "Kamu ngepel aja, ya, Dav. Saya mau motong tanaman di kebun dulu, nanti saya liatin dari sana"
Davian berdehem lalu mengangguk pelan membalas kata Reza.Reza segera menuju ke kebun di depan sekolahnya dan mulai memotong tanaman. Sementara Davian tetap berada di depan sekolahnya dan mulai mengepel.
"Rez!" Suara itu sentak membuat Reza kaget dan menoleh ke belakang. Dia melihat seseorang yang agak tinggi berada di belakangnya, Dia adalah Noval.
"Rez, bisa ke situ dulu gak, ada yang mau saya omongin" Noval menunjuk sebuah kebun di kelas B yang tempatnya agak jauh dari kebun kelasnya.
Reza segera menuju ke kebun itu menuruti perintah Noval.
"Ada apa nov?"
"Kamu temenan sama dia?" Noval menunjuk ke arah Davian dengan dagunya.
"Iya, dia temanku" Reza melihat Davian yang mulai berhenti mengepel dan melihatnya
"Kenapa?" Reza bertanya-tanya.
"Ya, saya lihat dia itu pendiam loh, Rez"
"Kenapa emang kalau pendiam?"
"Kamu itu keren, Rez, kamu juga harus bergaul dengan orang yang keren, jangan yang pendiam seperti ini"
"Ya, kan, terserah aku mau temenan sama siapa."
"Tapi, ya, jangan sama dia dong"
"Kenapa emang, kamu kok jadi egois gitu sih? aku kira kamu sahabatku" Reza mendadak menjadi sensitif ketika mengetahui sahabatnya sendiri mengatai temannya
"Justru itu Rez, karena saya sahabatmu, saya ingin menyelamatkanmu, kamu tau tidak, kalau orang pendiam itu bisa menusukmu dari belakang secara diam-diam"
Reza meneguk ludah dan menatap Noval dengan agak takut
"K--kamu tau apa alasanku bergaul dengan anak yang pendiam?"
Noval menatap Reza dengan bingung
"Karena aku dulu pernah merasakan menjadi pendiam"
Reza menjawab pertanyaannya sendiri
"Diam, sendiri, hanya merenung, dan kadang dibully"
Reza melirihkan suaranya hingga seakan-akan Noval juga ikut merasakan hal itu.
"Aku cuma ingin hal yang dulu kurasakan tidak dialami orang lain--"
BRAK!!!
Suara itu sentak memotong pembicaraan Reza dan Noval.
Reza melihat seorang kakak kelas terjatuh di lantai depan kelas Reza.
"Woi! kamu! kamu yang ngepel disini kan?!" Seorang kakak kelas itu membentak Davian yang sedang memengang pel.
Davian terlihat takut melihat kakak kelas itu.
"S--Say--a" Suara Davian terdengar gemetar begitu juga dengan kakinya.
Kakak kelas itu mendongak ke belakang dan melihat teman-temannya yang sedang berlari ke arahnya
"Woi! sini kamu!" Teriak teman-teman kakak kelas itu
"Kamu! jika bukan gara-gara kamu, saya pasti sudah berhasil kabur!" Kakak kelas itu menunjuk Davian menggunakan dagunya.
Tangan kakak kelas yang semula memegang punggungnya itu mulai terkepal. Kemudian ia mendaratkan tinjuan tepat di rahang Davian hingga Davian terjatuh.
"Davian!" Reza yang melihat Davian terjatuh itu segera berlari menuju Davian tanpa memedulikan Noval.
"Dia gak salah tau! kamu kali yang salah! jalan gak liat-liat apa, udah tau ada orang ngepel disini main lari aja!" Reza yang tersentak melihat Davian dihajar sedemikian rupa pun tanpa sadar malah membentak kakak kelas itu.
"Woi! kamu pikir kamu siapa! main perintah-perintah aja! gak usah ikut campur! ini bukan urusanmu!" Tangan kakak kelas itu mulai terkepal lagi "Hei! kamu!" Suara itu sentak membuat kakak kelas itu mengurungkan niat untuk mendaratkan tinjuan ke arah Reza. Dilihatnya seorang guru yang terlihat tidak bisa menahan amarahnya "Eh, Bu Endang, kenapa bu? saya cuman main-main sama adik kelas ini kok bu" Kakak kelas itu mendadak menjadi ramah melihat guru itu berada di depannya.
Teman-teman kakak kelas itu pun mengurungkan niatnya untuk berlari dan berhenti seketika melihat Bu Endang berada di depan temannya.
"Kamu pikir ibu tidak lihat kelakuan kamu!" Bu Endang meninggikan suaranya.
"Sudah! kalian semua pergi ke ruang BK!" Teriak Bu Endang sembari menunjuk mereka dengan telunjuknya.
Mereka segera berlari tidak ingin mendengar kemarahan guru itu lagi.
Bu Endang mendekati Reza dan Davian. "Kamu tidak apa-apa kan?" Bu Endang menepuk pundak Reza
"I--iya bu" jawab Reza dengan suaranya yang gemetar masih syok dengan peristiwa yang baru saja ia alami.
"Waduh, kayaknya dia pingsan, cepat panggil PMR untuk dibawa ke UKS"
"B--Baik bu"
Reza pun membawa Davian yang terbaring lemas itu ke ruang UKS untuk pemulihan."Dav, sadarlah" kata Reza sembari memegang punggung tangan Davian
Beberapa menit pun berlalu,
Reza masih setia menemani teman sebangkunya itu yang terbaring lemas di ranjang UKS itu dia memandangi temannya itu dan kemudian memandangi jam dinding yang tergantung di dinding.Reza mendengar suara langkah kaki mendekati mereka, begitu Reza menoleh Reza melihat Noval berdiri di depannya.
"Rez, maaf soal yang tadi, saya tidak bermaksud-"
"Sudah terlambat, lihat sekarang dia bagaimana"
Noval hanya terdiam, kemudian ia duduk di samping Reza dan menepuk pundak Reza.
"Iya Rez, saya benar benar tidak bermaksud-"
"Tidak, dia hampir terbunuh tadi, dan ini karnamu"
"Hmm, Baiklah, mungkin kau masih butuh waktu, aku pergi dulu, Rez"
Noval kembali menepuk punggung Reza lalu berbalik dan meninggalkan ruang UKS.
"R-R-Reza?" Davian membuka matanya secara perlahan dan melihat Reza yang sudah menunggunya sejak tadi. Reza terkejut mendengar suara davian "Davian? syukurlah kamu sudah siuman." Reza benar-benar lega tatkala melihat teman pendiamnya itu sudah bangun dari pingsannya.***
Kring... kring...
Suara bel sekolah yang menandakan waktu pulang itu sontak membuat seisi kelas cepat" berkemas dan berdoa.
Seusai doa, para murid menyalimi guru pengajar lalu meninggalkan kelasnya masing-masing."Woy kamu!"
Suara itu sontak membuat Reza dan Davian yang tengah berjalan melalui kantin menoleh ke sumber suara itu.
"Kamu yang membikin kami masuk ruang BK!"
"Dan kamu harus terima akibatnya!"Sumber suara itu rupanya kakak kelas yang tadi.
Reza terkejut dan diam mematung.
Tidak tahu apa yang akan ia perbuat. Karena kantin sudah tutup dan Reza tahu takkan ada yang bisa menolongnya saat ituKarena ia yakin, ia tidak mungkin bisa melawan 3 kakak kelas yang badannya lebih besar daripada Reza.
Tangan kakak-kakak kelas itu mulai terkepal, dan siap untuk mendaratkan tinjuan ke arah Reza.
Reza memejamkan matanya, tak sanggup melihat kakak kelas itu.
Kakak-kakak kelas itu mulai mendekati Reza dan segera mendaratkan tinjuan ke arah Reza.
Brakkk!!!
Suara itu membuat Reza membuka matanya, dilihatnya ketiga kakak kelas itu terpental dan jatuh begitu saja. Reza kaget setengah bingung melihat kejadian itu. Reza pun menoleh ke belakang, dilihatnya Davian yang terlihat takut, terkejut, dan terlihat ada sedikit linangan air mata di matanya. Kemudian ia lari meninggalkan Reza dan ketiga kakak kelas itu.
"Tunggu aku Dav" kata Reza sembari berlari mengikuti langkah kaki Davian.
***
Pukul tujuh malam. Sebagai pelajar, seharusnya waktu ini dimanfaatkan Reza sebagai waktu belajarnya. Akan tetapi, Reza tidak demikian hari ini. Ia tengah memikirkan bagaimana bisa peristiwa yang aneh tadi siang terjadi. Tiba-tiba HandPhone Reza bergetar. Dilihatnya ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Ia menekan layar Handphonenya untuk membuka pesan itu.
"Halo Rez, ini aku Davian. kamu bisa nggak menemuiku di dekat lapangan basket besok? Ada yang ingin aku bicarakan."
Hai manteman, terimakasih buat yang udah mbaca ceritaku sampai ke bagian ini <3
lama ya gak apdet? Maaf ya, soalnya saya masih mengumpulkan niat untuk membuat cerita ini :v
Silahkan memberi kritik dan saran untuk ceritaku, soalnya saya baru belajar nih manteman. Terimakasih <3
