PDKT 2

26 5 3
                                    

"Riani, temen gue suka sama lo nih." ceplos Fano dgn muka tidak sabar.

"Lahhh kok lo sih yg ngomong, kan ga gentle jadinya." Rino dgn muka kesal.

"Lo sih lama banget, yaudah gue aja yg bilang. " Jawab Fano dgn nada tidak peduli.

Kan bener ga enak, yaudah deh gue pulang jalan aja. Riani dalam hati

Tanpa sepatah kata dan menjawab kata-kata Fano, ia pun pulang jalan kaki, lalu berjalan dgn cepat agar cepat sampai dirumah.

"Nah kan dia malah pergi, lo mah Fan, bikin hilang kesempatan gue dah." kesal Rino kepada Fano.

Kemudian, cuacanya berubah, langit mendung, angin berhembus kencang, lalu hujan turun dgn derasnya.

Riani bimbang, apakah ia harus kembali ke halte dan terjebak dgn kakak kelasnya tadi atau tetap pulang tetapi basah kuyup karena kehujanan? Kebetulan ia tidak memakai jaket hari ini.

Kemudian, Ia pun memutuskan untuk tetap pulang berjalan kaki. 

Lalu ia dipanggil Rino, "Riani! Hujan loh, kamu mau kemana?"

"Pulang." singkat Riani lalu berjalan lebih cepat meninggalkan halte.

Di saat ia berjalan, ia merasa ada yg mengikutinya, ya ternyata Rino berjalan dibelakangnya,

"Riani, tunggu, pulang bareng aja." pinta Rino.

Ihh nih org malah ngikutin lagi, kan gue mau ngehindarin dia, eh malah ikutan jalan juga. Kesal Riani dlam hati.

"Ga usah kak, aku bisa pulang sendiri, kakak nunggu dihalte aja" tolak Riani lalu mempercepat jalannya.

Rino malah mengejarnya lalu berjalan disamping Riani sambil menutupi kepala mereka dgn jaketnya.

"Gak papa, kakak temenin ya, itung-itung hujan-hujanan." kata Rino sambil tersenyum lebar.

Riani menoleh, lalu karena wajah mereka yg sangat dekat, sontak ia kaget dan membuat ia hampir terjatuh. Dan kaki kanannya malah masuk keselokan, ia pun hampir terjatuh. Dgn sigap Rino memegang tangan Riani agar Riani tidak jatuh. Mereka malah bertatap-tatapan.

Lahh gue mau ngehindarin, eh malah kejadian. Pikir Riani.

"Kalo jalan liat-liat, bahaya kan klo jatuh." kata Rino sambil menarik tangan Riani untuk berdiri dgn benar.

Lalu Riani merintih kesakitan, ternyata setelah dilihat kakinya terdapat luka lecet yg cukup besar.

"Aawww" rintih Riani sambil melihat ke arah kakinya.

"Kenapa?? Keseleo? Luka? Sini coba lihat." tanya Rino dgn nada khawatir.

"Hah? Gak usah kak. Mungkin cuma luka lecet." jwab Riani.

"Nah kan malah luka, trus gmana masih bisa jalan? Atau mau digendong?." tanya Rino.

"Eh gak perlu kak, aku masih bisa jalan kok. Gak usah digendong segala." jwabnya.

"Oh yaudah, syukur deh klo masih bisa jalan." Rino dgn muka lega.

Rino pun memakaikan jaketnya ke Riani agar ia tidak kedinginan lalu mereka berjalan beriringan. Riani kaget, tpi ia memilih diam agar kejadian tadi tidak terjadi lagi.

Mereka pun melanjutkan perjalanan, tetapi ditengah perjalanan kaki Riani makin sakit, ia pun sedikit goyah saat berjalan, kakinya ternyata sedikit keseleo.

Rino yg menyadari hal itupun langsung membantu Riani untuk berjalan sambil merangkulkan tangan Riani ke pundaknya.

Awalnya Riani tidak mau, tetapi jika ia menolak pasti ia tidak akan bisa berjalan dan cepat sampai dirumah. Lalu ia hanya diam dan menerima bantuan Rino. Tanpa perbincangan mereka trus melanjutkan perjalanan.

👓👓

Beberapa saat kemudian, Riani memecah keheningan di antara suara hujan yg msih membasahi badan mereka.

Lalu bertanya, "Kak, rumah kakak dimana?"

"Rumah kakak ada di Komplek perumahan depan sana. Kalo kamu?" Rino dgn muka penasaran.

"Oohh, rumah aku dikomplek ini gang pertama. Trus kakak gak langsung pulang aja? Aku tinggal lurus aja kok." tnya Riani.

"Gak papa, kakak nganter kamu sampe rumah aja nanggung, biar sekalian tau rumah kamu." Jwab Rino sambil tersenyum jahil.

Nih anak masih sempet-sempetnya bercanda ya. Heran Riani dlm hati.

Setelah sampai dirumah Riani, ia menyuruh Rino untuk masuk kedalam walaupun hanya untuk sekedar minum teh atau menghangatkan badan serta menunggu hujan reda. Karena ia tak enak telah merepotkan Rino walaupun itu bukan keinginannya.

"Masuk dlu kak." pinta Riani sopan.

"Assalamualaikum." salam Riani dan Rino serempak.

"Waalaikumsalam, non Ria." jwab bibi dari dalam rumah sambil membukakan pintu.

"Silahkan duduk kak. Bentar ya." pinta Riani.

"Ini temennya ya non?" tanya bibi.

"Iya bi, bikinin teh hangat 2 ya bi." pinta Riani.

Lalu Rino duduk di ruang tamu. Dan Riani pergi masuk ke dlam Kamarnya mengambil jaket dan baju serta mengganti seragamnya.

Ia pun mengganti jaket yg diberikan Rino dgn jaket yg ia miliki dilemari. Agar saat Rino pulang nanti ia tidak kedinginan.

"Jaketnya kita tukeran sebentar, bsok kembaliin ya. Btw makasih dh dianterin." Riani dgn muka datar sambil memberi jaketnya.

"Iya, makasih. Btw ortu kamu dimana?" tnya Rino lalu mengambil jaket Riani.

"Masih kerja keknya. Bentar lagi pulang kok." jwab Riani santai lalu mengambil pakaian

Ia meminjamkan baju 1 sweater dan celana training kedodoran yg ia miliki untuk Rino agar tidak masuk angin, Rino pun menggantinya dikamar mandi, sambil Riani mengobati lukanya diruang tamu.

"Nih kak, ganti gih, kamar mandinya ada di ujung ya." perintah Riani

"Ok, bentar ya." tanpa menolak, Rino pun langsung mengganti seragamnya yg basah dgn baju Riani yg kedodoran.

Wahh, awal yg baik nih. Terimakasih ya Allah, kau sudah memberikan ku kesempatan. Pikir Rino dgn senyum bahagia

Setelah Rino keluar kamar mandi, ia dengan riang berjalan ke arah ruang tamu.

"Pas? Gak kesempitan? Itu baju paling longgar yg aku punya." tnya Riani.

"Enggak, muat aja kok. Btw makasih ya bajunya." Rino dgn muka tersenyum.

"Hmm." jwab Riani singkat.

Lalu teh hangatnya datang, mereka pun meminumnya.

"Nih non, den, tehnya, silahkan dinikmati." ucap bibi.

"Makasih, bi." jawab Rino dan Riani serempak.

Rino meminumnya dgn suasana hati yg sangat senang sambil senyam-senyum sendiri.

Mereka hanya berdiam, tak ada yg memulai percakapan. Walaupun begitu, Rino sudah sangat senang.

Tidak terasa setengah jam sudah berlalu, hujan reda, Rino pun pamit pulang, dgn senyum paling bahagianya.

"Aku pulang dlu ya, Assalamualaikum." salam Rino.

"Waalaikumsalam." jwab Riani dgn senyum yg terselip melihat tingkah Rino.

Bersambung...

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang