Sudah empat hari berlalu sejak hari itu.
Tapi tuan Sangpotirat belum juga menghubungi Singto seperti yang sudah beliau katakan padanya sebelumnya.
Sedikitnya Singto berharap tuan Sangpotirat segera menghubungi dirinya agar urusan mereka dapat segera clear. Juga agar dirinya dapat segera melaksanakan kewajibannya.
Ia sudah dibayar di muka dengan jumlah yang bukan main banyaknya by the way.
...
Hari ini Singto sudah memiliki rencana mengunjungi rumah keluarga Wichitrat untuk menemui Tawan vihokratana, anak lelaki keluarga itu yang baru kembali dari traveling.. menjelajahi eropa demi memuaskan hasrat akan hoby jalan-jalan dan memotretnya.Sekaligus mengambil barang yang sudah ia pesan pada lelaki itu sebelum lelaki itu pergi sebulan yang lalu.
**
Sedikit cerita tentang Singto dan Tawan, kedua lelaki muda yang memiliki warna kulit hampir sama ini bertemu di sebuah club fotografi dan kebetulan Tawan adalah 'teman dekat' salah satu kakak sepupu Singto yang bernama Thitipoom.Tawan adalah seorang senior.
Baik dalam hal fotografi maupun dalam hal pendidikan formal.
Singto merasa sangat beruntung karena dipertemukan dan akhirnya menjadi teman dari seseorang seperti Tawan vihokratana....
Nah, sesuai rencana yang sudah disepakati,
nanti sore seusai kelas terakhirnya, Singto dan kakak sepupunya itu akan menindak lanjuti rencana yang sudah mereka atur dua hari yang lalu.
Rasa bahagia terpancar jelas di wajah pemuda Ruangroj itu hari ini.
Ia akan segera melihat 'pujaannya' yang ia pesan pada orang yang akan ia temui..---
Namun, rupanya 'alam' berkata lain.
Pada sore itu ketika Mr. Panichraksapong baru dua detik meninggalkan kelasnya, pandangan Singto tanpa sengaja menemukan sosok yang belum lama ini melakukan 'perkenalan' dengannya, tengah berdiri di luar kelasnya..
Sedang menunggu dirinya..☁☁☁☁☁☁☁☁
Singto menghela nafas, sementara tatapannya lurus ke seseorang dihadapannya..
"Aku sudah mencari kakak sejak siang, dan baru menemukan kelas kakak 10 menit yang lalu.. apakah kakak akan sampai hati menolak meeting denganku sekarang?"
Melihat wajah orang yang beberapa hari lalu baru ia ketahui adalah adik tingkatnya di sini, Singto secara perlahan merasa tidak tega untuk mengatakan "iya aku menolak.. karena aku sudah ada rencana lain"
Tidak, Singto tidak bisa melakukan itu."Aku sudah duduk dihadapanmu saat ini. Apa kau masih perlu bertanya?"
"Tapi aku merasa kakak sebenarnya nggak rela duduk disini denganku. Nadamu bicara juga terkesan.. dingin"
Singto menghela nafasnya yang kedua kali. Mencoba cooling down.
Ia tak memungkiri bahwa dirinya memang merasa bahwa waktunya yang tidak pas.
Karena sebelumnya Singto sudah begitu bersemangat untuk pergi menjemput barang pesanannya yang sudah sangat ia idam-idamkan cukup lama,,, tapi nyatanya, kini ia malah 'harus' duduk bersama anak kedua tuan Sangpotirat untuk membicarakan sesuatu hal yang berhubungan dengan keduanya di kemudian hari..
Yang katanya penting."Baiklah. Beri aku beberapa menit.. aku perlu menghubungi seseorang untuk..."
Singto tiba-tiba terdiam. Ia mempertimbangkan untuk tidak mengatakan tentang hal-hal kepada anak baru dalam kehidupannya itu.."Tunggu sebentar ya"
Singto meletakkan tas-nya di atas kursi tempatnya duduk setelah beranjak, lalu berjalan menjauh sambil merogoh kantong celananya..
^
^
^
^
^
^
^
^
^"Tolong ya phí.. katakan pada p'Tawan aku akan segera menyerahkan uangnya... atau jika tidak sempat, akan kutitipkan uangnya padamu.. tapi please, bawakan aku kamera lensanya.."
Singto memohon pada seseorang yang ia hubungi via telpon beberapa saat lalu
KAMU SEDANG MEMBACA
another story (Random)
Fanfiction"kak" Seorang gadis cantik dengan rambut panjang memasuki kamar kakaknya. kakak sepupu tepatnya. "kakak sedang butuh tambahan uang saku kan?" seorang laki-laki muda yang diajak bicara oleh si gadis cantik itu mengangguk "kenapa? kamu mau membagi...