Singto kembali ke rumahnya saat hari sudah gelap. Saat malam sudah berangkat setengah perjalanan.
------------------------------------------------------------------------
Karena sebelumnya ayah Krist, tuan Sangpotirat mengajak dirinya ikut dengan beliau dan kedua anak laki-lakinya melihat condominium yang nantinya akan ditinggali oleh Krist. Singto jadi harus menunda untuk langsung pulang setelah 'perkenalan' tanpa maknanya dengan anak tengah tuan Sangpotirat itu.
Yeah,
Krist akan mulai tinggal terpisah dengan orang tuanya tidak lama lagi.
Menunggu beberapa urusan dibereskan terlebih dulu."Ini juga akan jadi bagian dari kerjamu nanti, Singto.."
Begitu tuan sangpotirat mengatakan keikut sertaan dirinya ini adalah bagian dari tugas dalam pekerjaannya nanti, maka Singto merasa tidak layak untuk menolak ikut.Beberapa saat dalam perjalanan, suasana di dalam mobil yang dikemudikan oleh anak laki-laki pertama tuan Sangpotirat itu hanya diisi oleh keheningan panjang sebelum tuan Sangpotirat mulai membuka suara..
"Jadi Singto, apa kau sudah punya pacar?"
Ayah Krist yang duduk di sisi sang pengemudi melirik ke rear-view miror, sesaat kemudian anak laki-laki pertama tuan Sangpotirat ikut melihat ke arah yang sama lalu berdecak karena tak sengaja malah melihat wajah adiknya yang duduk di sebelah tempat Singto duduk.."Belum, tuan"
Krist yang tampak menyibukkan diri dengan ponselnya hanya diam-diam membuka lebar telinganya."Wah itu bagus, Singto. Kalau bisa selesaikan dulu study-mu baru memikirkan yang lain"
Ujar tuan Sangpotirat yang kembali melirik ke rear-view miror dan mendapati anak laki-laki kecilnya mulai menekuk wajah dan mengkeritingkan bibirnya. Merasa tersindir mungkin."Itu benar, Singto. Jangan seperti anak kecil yang duduk di sebelahmu itu.. Masih ingusan saja sudah bertingkah pacar-pacaran"
Nada menyindirnya sangat jelas tidak ditutupi."Aku bukan anak kecil. Dan jatuh cinta itu enggak mengenal usia"
"Huwek. Aku mau muntah mendengarnya. Anak kecil bicara jatuh cinta? Cinta monyet"
Ujar anak pertama tuan Sangpotirat dengan penuh ejekan.Singto melirik bergantian antara wajah tertekuk Krist yang menatap ke layar ponselnya lalu ke kepala kakak Krist yang hanya tampak belakang itu
"Kakak yang monyet"
Krist menyahuti dengan masih menatap layar ponselnya. Dan langsung mendapat teguran dari ayahnya."Jaga sikapmu anak muda, kalau tidak ingin kupukul kepalamu"
Kakak Krist menambahi peringatan yang diberikan oleh tuan Sangpotirat pertama. Agak geram kiranya pada sang adik."Coba saja, aku enggak takut. Kakak yang mulai duluan"
"Yang seperti ini yang mau tinggal sendiri jauh dari orang tuanya? Lihatlah tingkahnya itu. Dasar anak kecil"
"Aku masih tidak habis pikir... dengan tingkah seperti itu berani juga memacari anak gadis orang"
kakaknya mengejek lagi. Singto melirik lagi ke wajah Krist yang sudah sangat cemberut. Kesal tapi tak ada yang bisa dia perbuat."Aku sudah kuliah aku sudah bisa dapat uang jajanku sendiri aku bukan anak kecil lagi"
Ujar Krist sengit. Akhirnya mengeluarkan perasaan tidak terimanya karena ucapan 'jahat' kakaknya"Oh ya?? Dapat uang sendiri di jaman sekarang balita juga bisa"
Kakaknya masih belum berniat menyudahi mengejek si chubby cheeks,"Tapi aku sudah bisa mengurusi diriku sendiri. Sangat berbeda dengan balita."
Krist membantah dengan sangat yakin dan percaya diri.Melihat anak-anak tuan Sangpotirat berseteru seperti itu Singto malah tampak sangat menikmati keributan kecil kakak beradik yang bukan lagi remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
another story (Random)
Fanfiction"kak" Seorang gadis cantik dengan rambut panjang memasuki kamar kakaknya. kakak sepupu tepatnya. "kakak sedang butuh tambahan uang saku kan?" seorang laki-laki muda yang diajak bicara oleh si gadis cantik itu mengangguk "kenapa? kamu mau membagi...