Dream #2 : Aku Ingin Tetap Seperti Ini

98 4 0
                                    

"Heyyy! Ayo kemari aku membawa banyak kue coklat chip untuk kalian!" teriakku senang, dua toples kue coklat chip berada di tanganku, dan satunya lagi berada di Jack. Semua anak menyerbuku dan Jack. Meminta kue dengan serakah. Aku tertawa melihat mereka. Anak-anak kecil yang lugu dan polos. Suasana seperti ini sungguh membuat hatiku hangat. 

"Kue ini enak sekali! Tara pintar bikin kue ya!" Kata Sally dengan mulut penuh kue.  

"Ya! Dia cocok untuk jadi koki!" balas Charlie.  

' "Tidakkk! Dia cocok untuk menjadi seorang Ibu" Timpal Aaron sambil menunjukku.  

Emma mendekati kami dan memegang tanganku dan Jack. "Ah itu ide bagus Aaron! Tara bisa jadi Ibu dan Jack bisa jadi Ayah! Ayo kita main rumah-rumahan!" 

"AYO!!!!" teriak semua anak.  

"Apa? Masa aku jadi Ibu? Aku juga ingin jadi anak kecil!" kataku memonyongkan bibirku.  

Tiba-tiba tangan Jack mengusap lembut rambutku, dan mengacak-ngacaknya juga. "Ini saatnya bagimu untuk menjadi dewasa, Tara!" 

Aku menggembungkan pipiku dan masih memonyongkan bibirku sambil menatap Jack. "Tak apa! Kita akan melalui ini bersama Tara!" candanya dengan muka menjengkelkan.  

"Ayo Tara kau seharusnya memasak dan Jack harusnya sedang bekerja!" Ashley menarikku ke dapur khayalan mereka. Aku pun duduk di batu yang bidang seperti meja. "Lalu apa yang harus aku masak?" tanyaku sambil tertawa.  

"Jangan duduk disitu Ibu! Nanti pantat Ibu bisul!" kata Charlie menarik tanganku kasar.  

"Lho? Memangnya itu apa?" tanyaku heran, dan polos. Seperti orang bodoh.  

"Itu meja Ibu! Hahahahaha. Ayo sekarang kita buat sup jagung, makanan favorit Ayah!" kata Emma. Ya. Tentu sup jagung. Makanan favorit Jack. Makanan favoritku juga. 

Toktoktok. Aku memotong-motong sayuran khayalan dengan pisau mainan. Terdengar suara kompor buatan dinyalakan. Ella dan Xena sedang menyiapkan meja dengan perlengkapan makan mainan. Meskipun umurku sudah remaja, aku masih senang bermain dengan mereka. Karena bermain dengan mereka adalah satu-satunya cara yang bisa membuatku nyaman. Lagipula, Jack yang sudah dewasa turut menemani kami. 

"Ayah pulang! Blam!" Teriak jack dengan suara pintu buatannya.  

"Hore ayah pulang! Mana mainannya yah?" teriak Kyle antusias. Semua anak lelaki pun meminta mainan kepada Jack. Jack terlihat kebingungan.  

"Woooo. Tenanglah. Ayah tidak membelikan kalian mainan" katanya, seolah serius.  

Anak-anak pun mendesah kecewa. Seolah serius juga.  

"Tapi tenanglah, besok kita akan bermain ice skating sekeluarga. Setuju?" Anak-anak kembali ceria dan berteriak antusias. Sungguh lugunya kelakuan mereka.  

"Ayo ayah! Ayah harus bertemu Ibu dulu!" Kyle, Aaron dan yang lainnya menarik Jack ke dapur khayalan.  

"Hai Tara aku pulang!" ucap Jack sambil berpura-pura membuka mantel dan topinya serta menggantungnya di gantungan khayalan. "Diluar sangat dingin. Apa yang sedang kau buat, sayang?" 

A....Apa? Apa yang baru saja dia ucap? 

Sayang? 

Aku terlihat gugup dan mematung di tempatku berada. Aku tak akan menunjukan pipiku yang sudah berubah merah ini kepada Jack! Aku harus bagaimana?! Aku pun menjadi panik dalam diam. Hatiku berteriak-teriak sangat kencang dan jantungku, ya jantungku sudah copot.  

"Oh hai Jack! Bagaimana dengan kerjaanmu?" kataku dingin sambil tetap mematung.  

Semua anak berkacak pinggang melihat reaksiku. Aku berbalik dan berkata, "aku salah apa? Itu yang selalu semua ibu lakukan jika sedang sibuk memasak di dapur kan?" kataku berusaha menyembunyikan rasa Maluku dan meyakinkan anak-anak. Jack malah cekikikan melihat reaksiku.  

She's My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang