"Dasinya dipake, sabuknya dibenerin, topinya yang bener," ucap seseorang, yang saat ini sedang mengatur barisan upacara.
Semua orang yang sudah berhadapan dengannya akan langsung terdiam dan menurut daripada mendapatkan celotehan yang panjang darinya.
Dia Airin. Ketua MPK di SMA Pelita Bangsa periode ini. Selama ia menjadi ketua MPK, belum ada yang berani menentangnya.
Bahkan kakak kelaspun memilih untuk menurut daripada mendapat ceramah panjang darinya.
Namun tidak dengan sang ketua OSIS yang kerap kali menyahuti celotehan Airin sehingga sering terlibat adu argumen dengannya.
Karena itulah dia. Airin Cevita. Si ketua MPK yang tegas dan disiplin.
"Heh lo, ketua OSIS kok malah diem aja. Masa ngebarisin upacara aja perlu campur tangan dari MPK?" tanya Airin.
Sesorang yang baru saja terkena celotehan maut dari sang ketua MPK hanya menarik napas panjang, "Iya ngapain MPK ikut-ikut kalo akhirnya nggak ikhlas kaya gini?"
"Lo dibantuin bukannya terima kasih malah marah-marah," ucap Airin, "Urusin tuh yang bandel-bandel, capek gue ngurusin mereka yang nggak sama jauh kayak lo."
Airin berjalan ke arah depan, memastikan apakah barisan sudah lurus atau masih membengkok.
Sang ketua OSIS, Angkasa menarik napas panjang, lalu keluar dari barisan, ikut serta membariskan siswa-siswa SMA Pelita Bangsa.
••
Setelah upacara selesai, biasanya di SMA Pelita Bangsa akan diberikan waktu kosong selama satu jam pelajaran karena guru-guru masih mengadakan rapat.
Disaat inilah siswa-siswi kelas XI MIPA 4 akan berlomba-lomba mencari contekan, mengingat jam pelajaran selanjutnya adalah fisika, yang tak pernah absen dari kata 'tugas'.
Semua berlomba-lomba memotret hasil kerjaan milik Angkasa yang merupakan siswa peringkat 1 pararel 2 semester saat kelas 10 kemarin.
Disaat yang lain sibuk menyalin dan memotret jawaban milik Angkasa, Airin hanya akan diam, dan terus menggelengkan kepala saat Angkasa memberikan jawabannya pada teman-temannya.
Kebetulan sekali, mereka duduk satu bangku karena di XI MIPA 4 ini diberlakukan duduk sesuai absennya.
Airin yang berabsen 3 pun bertemu dengan Angkasa yang berabsen 4.
"Gue tahu lo pinter, tapi kalo lo nyontekin jawaban ke temen-temen tuh sama aja sama lo ngajarin mereka bodoh," ucap Airin pada Angkasa yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas jaket.
Angkasa mengangkat kepalanya, "Biarin. Toh yang bodoh mereka, bukan gue."
Airin menggeram kesal.
"Oh ya satu lagi, gue nggak pernah pelit soal jawaban. Gak kayak lo," ucap Angkasa lalu kembali menelusupkan kepalanya di atas jaket.
Airin kembali dibuat kesal dengan ucapan Angkasa barusan.
"Eh asal lo tahu, bukannya gue pelit nggak ngasih jawaban ke mereka. Tapi ngasih jawaban ke mereka itu sama aja gue dosa. Iya kalo mereka mau nanggung dosa gue," celoteh Airin panjang lebar yang hanya dianggap angin lalu oleh Angkasa.
"Dasar nyebelin!" ucap Airin, lalu bangkit dari kursinya, dan menarik Sindy serta Jeje ke kantin.
"Eh, ehh bentarann, gue belum selesai nyalin jawabannya Angkasaa," ucap Sindy.
"Udahh, ntaran aja. Sekarang, temenin gue ke kantin. Gue butuh mendinginkan kepala gue," ucap Airin.
••
"Nyebelin gak sih?" tanya Airin sesudah mereka menjelaskan panjang lebar soal Angaksa yang tak pernah mau mendengarkannya.
"Masa ketua OSIS kayak gitu? Dimana-mana ketua OSIS itu berwibawa, tegas, disiplin. Ehhh, yang ini malah slengean, gak tegas, duhh, kayaknya kita salah pilih ketua OSIS!" lanjut Airin.
Sindy mengaduk es jeruknya, "Yaa gitulah anak cowok. Masa nggak ngerti gimana sikapnya anak cowok?"
Jeje mengangguk, "Iya. Tapi gue tetep seneng kok liat wajahnya Angkasa." tersenyumlah Jeje.
Airin mendengus, "Haduh Je, Angkasa itu keren dari mananya sihh? Kok lo sampe kegilaan gitu sama dia."
"Airinn, coba deh elo liat lagi wajah temen sebangku lo. Dia itu ganteng bangeeettt.. Iya gak, Sin?" Jeje menyenggol sikut Sindy.
Sindy mengangguk, "Udah ganteng, pinter lagi. Calon suami idaman pokoknya."
Airin menggeleng hebat, "Aduhhh, udah setop. Tadi gue mau bahas kejelekan dia, kok kalian malah di kubu dia."
"Kejelekan siapa yang lo maksud?" Angkasa tiba-tiba datang di belakang Airin membuat kedua temannya terkejut.
Airin membalik badannya, lalu mendongah menatap wajah Angakasa.
"Ya lo lah!" Airin bangkit dari duduknya, menyejajarkan tingginya dengan Angakasa, "Lo kan jelek."
"Yuk balik," ucap Airin sambil kembali menarik Sindy dan Jeje menuju kelas.
Sedangkan Angkasa tersenyum sebentar melihat kelakuan Airin barusan.
••
ENJOY!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua MPK // SURENE
FanfictionKetua MPK dan Ketua OSIS haruslah berjalan bersama agar tercipta lingkungan sekolah yang tentram, adil, dan aman. Namun bagaimana jika sang ketua MPK yang terlalu disiplin dipertemukan dengan ketua OSIS yang terlalu santai? Akankah mereka bisa berja...