Part 5

354 37 8
                                    

"Jadi kali ini kalian akan dibagi dalam kelompok yang isinya 4 orang. Untuk mempermudah, maka saya putuskan kelompok kalian dimulai dari absen 1 sampai 4, lalu 5 sampai 8 dan seterusnya," ucap Bu Kintan membuat penduduk XI MIPA 4 mengeluh kesal.

"Males gue ketemu lo mulu," ucap Airin membuat Angkasa menoleh.

"Lo pikir gue hepi? Males juga gue ketemu sama lo," balas Angkasa santai.

Sementara mereka beradu cekcok, Bu Kintan selaku guru Prakarya melanjutkan perkataannya.

"Jadi di bab ini, kalian akan ibu perintahkan untuk mengolah bahan makanan mentah menjadi siap makan dan dapat menghasilkan nilai rupiah," ucap Bu Kintan. "Di sini kalian tidak hanya dituntut untuk kreatif, namun juga persuasif dengan bagaimana kalian menjual habis dagangan kalian dan mendapatkan laba."

Siswa-siswi mengangguk mengerti tentang apa yang baru saja Bu Kintan ucapkan.

"Baik, sekarang silahkan kalian duduk menurut kelompok kalian," ucap Bu Kintan membuat Adimas dan Abigail yang duduk di depan Angkasa dan Airin membalik kursinya.

"Yaelah, sekali-sekali milih kelompok atau acakan kelompok kek. Masa yang gue liat wajah kalian mulu?" kesal Adi membuat Abi menopang pipinya dengan tangan.

"Hm-m, gue bosen tahu," sahut Abi.

"Iya gue juga. Apalagi liat wajahnya Angkasa. Bikin gue bosen kuadrat tahu gak?" Airin ikut menopang pipinya.

Angkasa dengan santainya menyenderkan punggungnya di kursi sambil melipat kedua tangannya di dada. "Kalo lo semua bosen, gue apanya bosen?"

Mereka semua hening sejenak dalam kebosanan sebelum akhirnya Bu Kintan kembali berbicara.

"Untuk ketua kelompok, diharapkan maju ke depan untuk mengundi bahan mentah yang akan kalian olah." Bu Kintan mengaduk-aduk kotak berisi undian.

Tanpa disuruh siapapun, Angkasa langsung bangkit berdiri dan maju ke depan. Sudah kebiasaan.

Angkasa kembali ke meja dengan wajah santainya.

"Dapet apa kelompok kita?" tanya Abi.

Dengan cuek Angkasa meletakkan kertas yang diambilnya ke atas meja, membuat ketiga temannya langsung memajukan kepala untuk melihat.

LABU.

"Aduh geblek, mau kita olah jadi apaan itu labu? Udah kayak hallloween aja pake labu segala," kesal Adi melihat apa yang mereka dapat.

"Ya udah buat kolak aja gampang," sahut Airin.

"Yaelah Rin, lo kira mau jual takjil apa?" jawab Abi.

"Lah terus apaan? Angkasa geblek banget sih dapet labu. Yang lainnya aja bagus-bagus," ucap Airin begitu mendengar kelompok sebelahnya mendapat bahan dasar kentang.

"Gue gak maju salah, maju dapet labu salah juga. Emang ya, cewek selalu bener," balas Angkasa sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Gimana kalo kita buat donat aja?" saran Abi.

"Donat labu? Emangnya bisa, Bi?" tanya Adi.

"Kebetulan tante gue punya usaha donat labu. Lumayan laku loh. Rasanya enak juga," jawab Abi. "Nanti deh, gue tanyain lebih lanjut ke tante gue."

Semuanya mengangguk, lalu mulai menulis konsep mereka di kertas untuk dikumpulkan.

"Ya anak-anak, konsep masakan kalian bisa dikumpulkan sekarang. Minggu depan, makanan kalian dipresentasikan ke hadapan saya, dan kalian bisa mulai berjualan," ucap Bu Kintan sambil menutup bukunya.

"Karena saya ada tamu, saya tinggal terlebih dahulu, kalian bisa istirahat," ucap Bu Kintan yang langsung mendapat sorakan dari anak-anak.

••

Airin memainkan ponselnya dengan malas. Menggeser terus ke bawah, melihat update unggahan foto terbaru kawan-kawannya di instagram.

"Eh Rin, ngantin yuk!" Jeje menarik-narik tangan Airin.

"Belum bel, Je. Masa ke kantin sekarang?" tanya Airin.

"Yaelah Rin, 'kan tadi bu Kintan bilang sendiri kalau kita diizinkan ke kantin dulu," sahut Sindy yang berdiri di sebelah Jeje. "Lagian si Angkasa juga udah ngacir ke kantin dari tadi, Rin."

"Yah, elo bandingin gue sama Angkasa. Jelas beda lah!" balas Airin. "Kalau kalian mau ke kantin, duluan aja. Booking tempat biar entar kalo udah bel gue susul."

"Yaudah deh, kita ngantin duluan ya kalo gitu! Bye Airin!" Sindy menempelkan telapak tangannya di bibir, lalu melayangkan ciumannya pada Airin.

"Yaa sana sana." Airin lalu beralih membuka aplikasi wattpadnya untuk melanjutkan tulisannya.

Semua orang yang mengenalnya tidak pernah tahu bahwa Airin adalah penulis andal yang karyanya cukup terkenal di aplikasi wattpad.

Karyanya belum pernah dicetak secara fisik dengan alasan ia masih belum siap menghadapi kenyataan bahwa kedua orang tuanya menentang dirinya berhubungan dengan dunia seni. Sama sekali tidak.

Ia tersenyum pelan melihat beberapa komentar penyemangat yang ada di ceritanya. Ia terus menggeser ke bawah dengan senyum sumringahnya. Hal yang selalu dilakukannya secara rahasia.

"Kok senyum-senyum sendiri?" seseorang tiba-tiba muncul di hadapan Airin membuat Airin segera mematikan ponselnya karena terkejut.

"Ih! Apaan sih lo! Gangguin orang lagi bahagia aja deh," kesal Airin mendapati Angkasa dengan senyuman tengilnya sedang berdiri di hadapannya.

"Bahagia? Siapa cowok yang udah berani deketin cewek judes tingkat dewa macem lo?" tanya Angkasa sambil merogoh loker mejanya, mencari ponsel yang ia tinggalkan.

"Definisi bahagia itu nggak selalu tentang cowok, asal lo tahu," balas Airin dengan wajah sarkasnya.

"Ya ya ya, terserah elo deh. Gue balik ngantin lagi yah," ucap Angkasa sambil mengacak rambut Airin, seperti kebiasannya.

"DASAR!"

••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketua MPK // SURENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang