3. Rekor Hidup

5K 214 0
                                    

Sore harinya, Kirana dan Ariana diajak jalan-jalan mengelilingi pondok pesantren. Mereka tidak sendiri, ada Anisa teman baru mereka yang menemani.

Yang Ariana tau sampai saat ini,Anisa itu mudah akrab. Baik sudah pasti. Cantik? Ariana akui memang cantik, tapi masih cantikan Ariana. Dan satu hal yang Ariana tidak punya dari Anisa, lemah lembut dan sopan santunnya. Boro-boro lemah lembut, jadi kalem sebentar saja Ariana tidak bisa.

Ada dua gedung disini, satu gedung pondok pesantren putra dan satu lagi untuk putri. Dibatasi ruangan guru-guru yang mengajar disini. Rumah Abuya ada di ujung, tempat yang lumayan sepi dan nyaman pastinya.

"Al kafi itu apaan si?" Kirana memperhatikan tulisan besar yang ada di depan pesantren. Mirip tulisan SMU Tunas Jaya di gerbang sekolahannya. Bedanya yang ini lebih sederhana.

Anisa tersenyum sampai dekik di pipi kanannya terlihat. "Kalau dalam al-qur'an, Al-Kahfi itu artinya penghuni-penghuni gua. Rasulullah SAW pernah bersembunyi di dalam gua hira dulu. Ibaratnya kita sedang bersembunyi di dalam gua untuk mencari ilmu."

Kirana serta Ariana manggut-manggut antara paham dan tidak paham. Sepertinya tidak paham lebih mendominasi.

"Assalamu'alaikum Dzaki..." sapa Anisa kepada seorang laki-laki bersarung yang lewat. Sepertinya mereka berdua sudah sangat akrab.

"Wa'alaikumsalam." laki-laki yang tadi Anisa panggil Dzaki itu menunduk. Anisa juga menunduk. Seperti tidak mau memandang wajah satu sama lain. Berbanding terbalik dengan Ariana dan Kirana yang selalu menatap mata lawan bicaranya. Apalagi Kirana yang memang terobsesi dengan bola mata abu-abu milik Kazka.

"Sampean bade nyang ndi toh, Ki?" ucap Anisa dengan nada bertanya. Ariana sendiri tidak tau sama sekali artinya. Padahal eyangnya asli orang Jogja tapi dia tidak mengerti bahasa jawa.

"Mesjid." jawab laki-laki itu masih menunduk. Setelah mengucapkan sesuatu yang Ariana tidak paham juga, laki-laki berpeci itu pergi. Sebelumnya menunduk dengan sopan membuat Ariana sedikit speechles. Baru kali ini dia melihat laki-laki yang begitu menghormati perempuan.

"Ngomong apa lo?"

"Nanya, Dzaki mau kemana." jelas Anisa.

Ariana manggut-manggut. Kali ini lumayan ngerti. "Namanya Zaki?"

"Iya."

"Ganteng Ki." bisik Ariana di telinga Kirana. Anisa sudah berjalan lumayan jauh di depan mereka. Bisa dipastikan perempuan itu tidak mendengar apa yang mereka katakan.

Jauh dari ekspetasi. Ekspresi Kirana datar. Berkesan tidak peduli dan biasa aja. "Paansi. Gantengan juga Kazka."

"Paan Kazka." sahut Ariana, kesal. Kirana jika sudah menemukan satu cowok, dia akan bersikukuh membela cowok itu. Mau Ariana datangkan Shawn Mendes pun kalau memang Kirana masih mau Kazka, apalah daya. "You wish."

***

Seumur-umur hidup Ariana, ini adalah rekor paling luar biasa yang berhasil dia pecahkan. Nyantri. Puasa. Ngaji. Baru kali ini juga Ariana sholat lima waktu dan hampir puasa penuh satu hari. Entahlah sampai atau tidak.

Amira dan Alena sudah kembali ke Jakarta kemarin. Dan sekarang tinggal Ariana dan Kirana beserta para santri Ponpes Al-Kahfi.

Masih jam tiga. Ariana kembali duduk menghadap jendela yang terbuka. Menikmati angin sore sepoi-sepoi meniup helaian jilbabnya. Waktu asar' masih lumayan lama. Jadi mereka masih punya waktu istirahat.

"Ariana Afshana? Nama panjang kamu Ariana Afshana?" Ariana menoleh sebentar lalu mengangguk membiarkan Anisa dan Rahma teman satu kamarnya melihat surat dan kartu identitas dari pesantren ini. Kirana juga satu kamar dengannya, tapi dia sedang pergi bersama Aisyah. Anak MTs yang sekelas dengan mereka saat pelajaran. Ada empat tingkatan kelas,dan Ariana masuk ke kelas dua. Yang rata-rata penguninya anak-anak MTs atau SMP sederajat. Anisa dan Rahma ada di kelas tiga. Satu tingkat diatasnya.

Assalamu' alaikum Dzaki... [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang