1. Masalah

18.8K 360 1
                                    

"Panggilan ditujukan untuk Ariana dan Kirana kelas X Alam 3 untuk segera menuju ke ruang BK sekarang juga. Sekali lagi panggilan..." suara speaker seantero sekolah mendadak berbunyi. Dua nama yang rutin disebut oleh guru kesiswaan. Yang mendengar juga bosan.

"Mampus Ri." cicit gadis berambut lurus sepunggung. Kirana. Penampilannya tidak bisa dikatakan rapi. Rok terlampau pendek diatas lutut, baju kekecilan tanpa dasi. Sepatu biru mencolok menyalahi aturan. Ini hari selasa, siswa-siswi masih diwajibkan memakai sepatu hitam. Tapi, Kirana justru memakai sepatu biru dengan kombinasi putih hiasan bintang-bintang warna emas.

Lawan bicaranya tetap santai. Mengunyah permen karet mint yang tadi dia beli di kantin. "Kayak baru pertama kali aja lo masuk BK. Kuy!" ucapnya seraya turun dari pohon taman belakang sekolah. Berjalan mantap memasuki area gedung sekolah yang bisa dikatakan mewah.

Kirana berdecak. "Bukan gitu Ri,gue ngerasa feeling gue enggak enak."

Pletak. Perempuan berambut keriting gantung yang ujungnya baru saja di semir warna tosca itu menjitak kepala Kirana. Sahabat seperjuangan dari TK sampai SMA seperti sekarang. Bosan juga. "Falang filing,bahasa lo udah kayak Roy Kiyoshi aja. Udah ayok,"

"Kebanyakan nonton karma lo."

Ariana dan Kirana sampai di ruang BK. Ruang menyeramkan bagi sebagian siswi atau siswa. Kecuali dua siswi bandel itu. Tidak pernah masuk sekolah,sekalinya masuk sekolah berakhir di ruang BK. Jarang masuk kelas,sekalinya masuk kelas cuma numpang tidur.

"Kalian lagi, apa tidak bosan kalian bertemu saya? Saya saja bosan lihat kalian." omel Pak Hardi, guru BK SMU Tunas Jaya.

Belum disuruh duduk,Kirana dan Ariana sudah lebih dulu menjatuhkan bokong di sofa depan Pak Hardiyanto. Menyandarkan punggung tampak santai seperti di rumah sendiri. "Terus, kita mau dihukum apa lagi?"

Pak Hardi melepas kacamatanya. Memijit pangkal hidung karena mendadak dia merasa pening. Siswi berandal. Mau dihukum sudah capek. Dikeluarkan tidak enak dengan orang tua mereka. Belum lagi Ariana yang merupakan cucu pemilik sekolah. Orang tua Kirana juga termasuk donatur terbesar yayasan ini. Lagian, mereka juga termasuk ke dalam golongan siswi berprestasi. Buktinya mereka berhasil menduduki peringkat paralel sepuluh besar di semester gasal kemarin.

"Bapak sudah putuskan Kirana,Ariana. Bapak akan mengembalikan kalian sementara kepada orang tua kalian."

Keduanya melotot. "Wahh enggak bisa gitu dong pak, salah kita apa pak."

"Masih bertanya salah kalian apa?"

***

Blak..

Amira membanting dua amplop putih besar di atas meja ruang tamu. Surat skorsing dari SMU Tunas Jaya. Atas nama Ariana Afshana dan Kirana Aszhima.

Alena juga turut ada disana,memandang putrinya -Kirana- dengan marah. Ini bukan kali pertama Kirana dan Ariana mendapat skorsing dari sekolah mereka. Alena yakin, andai suaminya bukan termasuk ke dalam jajaran donatur terbesar pasti pihak sekolah sudah mengeluarkan putrinya. Dan sekolah mana yang mau menerima murid drop out seperti mereka.

"Surat skorsing ke duabelas." marah, malu, lelah semuanya bercampur jadi satu di hati Amira. Alena juga tentunya. Mau mengatakan apa mereka ke keluarga besar mereka kalau sampai tau. Belum lagi suaminya,mau beralasan apa dia nanti ke suaminya.

Ariana tidak peduli. Matanya terus menerus melirik layar ponsel yang ada di atas meja. Spam chat dari Raymon -mantan pacarnya-. Bisa gagal acaranya jalan bareng mantan. 'Plis Ray,bentar gue lagi ada miting bareng nyokap.' batinnya.

"Mama harus bilang apa ke Opa sama Oma kamu Kirana, Mama malu." Alena mengelus dada menahan marah. Menghadapi makhluk macam anaknya ini emang harus sabar. Kasar tidak akan mempan.

Assalamu' alaikum Dzaki... [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang