2. Menolak Move On

6.3K 242 1
                                    

Hari terakhir UKK. Kirana duduk malas di bangku panjang depan kelas dengan buku paket penjas orkes di tangannya. Membaca materi tentang permainan bola voli yang sama sekali dia tidak paham. Dari SD sampai sekarang dia bego olahraga. Dia bisa lari tapi awut-awutan tidak jelas. Dia bisa main futsal tapi cuma asal tendang-tendang. Tidak mengerti sama sekali cara bermain yang benar.

Ariana ada disebelahnya. Lumayan jauh. Mendengarkan musik melalui headset sambil merem. Mengangguk angguk mengikuti irama lagu yang diputar. Katanya dia mau ngilangin stres. Mungkin stres karena soal-soal Bahasa Prancis yang membuat kepalanya nyut-nyutan. Tapi tenang, ini mapel terakhir. Setelah ini dia bakal bebas. Eh tidak, justru dia tidak akan bebas habis ini.

Dua koper kecil sudah Amira dan Alena siapkan di rumah Amira. Berisi baju-baju gamis dan jilbab. Seumur-umur, Kirana hanya memakai jilbab saat lebaran. Bulan puasa saja belum sudah prepare baju gamis dan jilbab.

"Hai Kirana.." laki-laki jangkung dengan ciri khas rambut di jambul itu duduk di samping Kirana. Merangkul pundak gadis itu sambil memainkan rambutnya.

Kirana risih. Sejak Alena dan Amira memberitaunya tentang Kazka dan foto-foto itu, Kirana menjaga jarak dari Kazka. Perlahan juga dia menjauh. Dan dalam seminggu Kirana menjauhi Kazka, baru sekarang Kazka mendekat.

Bahu Kirana bergerak memutar ke belakang. Mencoba menepis lengan Kazka dengan cara pelan.

"Kamu kenapa sih? Udah seminggu loh, seminggu kamu jauhin aku. Kenapa?" Kazka memperhatikan wajah Kirana yang fokus pada buku. Tidak biasanya Kirana begini. Kirana bukan tipe cewek kutu buku, dia tidak suka baca. Kirana juga tidak biasanya diam saat bertemu dengannya. Kata Raymon, Ariana juga sedang menjaga jarak dengannya. Ada apa ini? Dua perempuan itu berubah. Aneh.

Kirana menggeleng. Tega atau tidak, rela tidak rela dia memang harus pergi dari Kazka. Keinginan orang tuanya sudah tidak bisa ditolak lagi. Dia pasrah. Ariana juga tidak bisa apa-apa lagi. Kirana takut ayahnya marah. Kalau sampai ayahnya tau dan marah, bisa jadi Kirana di kirim ke London untuk ikut dengan Eyang disana. Tidak. Didikan eyang itu keras, bisa bisa mereka bertengkar setiap hari.

"Kirana, say something please!" Kazka bingung harus apa. Dia lebih mending melihat cewek marah-marah dari pada cewek diem.

"Kenapa baru cari aku sekarang?" tanya Kirana, lirih. Kepalanya terangkat membuat matanya bertatapan dengan bola mata abu-abu milik Kazka.

Kazka menghela napas lelah. "Aku pikir kamu butuh waktu sendiri. Tapi nyatanya kamu semakin jauh Kirana."

Senyum miring tercetak jelas di bibir mungil berlapis lipgloss itu. 'Bilang aja kamu butuh waktu sama perempuan itu!' ingin rasanya meneriaki Kazka dengan kata-kata itu. Tapi entahlah. Sejak melihat foto dari Amira, Kirana malas berdebat. Otaknya tiba-tiba penuh kalau mengingat kebohongan Kazka.

"Okay okay, aku minta maaf kalau aku salah. Dimaafin?" Kirana tidak jawab. Perempuan itu balik menatap buku paket membuat Kazka merebutnya. "Volley? I can help you for this. Let's play?"

Kirana mengangguk mengiyakan. Setelah itu Kazka mulai menjelaskan tentang bola voli. Membantu Kirana menghafal teknik-teknik permainan bola voli. Tidak hanya itu, Kazka juga memperagakan gerakan smash,passing dll. Itu yang Kirana suka dari Kazka. Kazka tau caranya membuat dia bahagia.

***

Sepulang sekolah, mobil warna merah milik Amira sudah terparkir manis di depan gerbang. Amira melepas kacamata hitamnya bersamaan dengan kaca mobil yang bergerak turun. Senyumnya langsung terbit melihat Ariana dan Kirana jalan bersisian menuju gerbang.

Assalamu' alaikum Dzaki... [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang