CHAPTER 3

11 3 0
                                    

(Foto di mulmed adalah foto rumah sakit Yonsei Health System)

"Oppa kau tahu, baru sehari praktik di rumah sakit itu aku sudah dipercaya menjadi psikiatri pribadi putra tuan Oh. Ia teman baik salah satu pembimbingku yang ada disana" Ucap Riana dengan semangat kepada kekasihnya lewat sebuah aplikasi yang menyediakan fitur video call.

Jongin yang melihat kekasihnya bahagiapun tersenyum, "Kau sudah menemui pasienmu, dokter kim?" Goda Jongin pada Riana.

"Rencananya aku besok pagi bertemu dengannya, kata profesor Kim dia baru saja masuk rumah sakit dan belum ada tanda-tanda gila" jelas Riana. Ia mengubah posisinya yang semula duduk menjadi tidur tapi tetap melihat wajah sang kekasih walau hanya di layar smartphone nya.

"Depresi ditinggal kekasihnya?" Tebak Jongin. Riana mengendikkan bahunya acuh.

"Kalau dia tampan, kau tak akan beraling dariku kan?" Selidik Jongin.

Riana terbahak, "Tergantung, jika kau tak cepat melamarku dan menurutku ia tampan. Mungkin aku akan berusaha menyembuhkannya dan menikahinya. Ia juga kaya sepertinya" Ucap Riana.

"Ri, kita sudah membahas ini sebelumnya kan-" "Kau tidak siap untuk menikah bukan?" Perkataan Jongin terputus karena Riana memotongnya. Dari nada yang ia lontarkan, Jongin tahu bahwa kekasihnya ini kesal padanya.

Keheningan terjadi selama beberapa saat hingga Jongin memecah keheningan. "Sudahlah, aku tidakmau bertengkar denganmu. Lebih baik kau tidur agar besok bisa bekerja dengan maksimal. Good night sweetheart, aku mencintaimu"Ucap Jongin.

Riana mengangguk dan berkata, "Love you too". Lalu sambungan itu terputus dan Riana lekas tidur mengingat sudah pukul sebelas malam.

Sementara itu Jongin terdiam memikirkan permintaan kekasihnya. Ditatapnya sendu sebuah foto yang sudah usang dan sedikit robek pada sudut-sudut foto menandakan betapa lamanya foto itu diambil. Matanya bahkan hampir meneteskan air mata.

Ia rindu....

...

Keesokan paginya Riana bersiap-siap pergi ke Yonsei University Health System tempat ia praktik dan menjadi koas. Ia berangkat menggunakan taksi karena ia belum tahu tentang wilayah seoul. Tidak lucu bukan jika ia menaiki bus tapi ia tidak tahu berhenti dimana. Sebenarnya ia bisa saja membawa mobil tapi mobilnya baru sampai dua bulan lagi dengan Jongin yang membawanya. Sebelum itu, ia ingin pergi ke minimarket dekat apartemennya untuk membeli kimbab untuk sarapannya.

Saat akan memasuki lift, Riana merasa ada yang menepuk pundaknya dari belakang dan ternyata ia adalah tetangga baiknya.

"Oh, hai Kyungsoo! Mau berangkat kerja?" Tanya Riana untuk sekadar berbasa-basi. Kyungsoo menganggukkan kepalanya.

"Kau sendiri?" tanya Kyungsoo. Saat ini mereka berdua berada didalam lift menuju lobby apartemen mereka.

"Aku akan ke minimarket sebentar lalu ke rumah sakit" jawab Riana.

"Rumah sakit tempat praktikmu?" Tanya Kyungsoo. Riana mengangguk. Ia memang sudah berkenalan dengan Kyungsoo dan saling membicarakan profesi masing-masing.

"Eum" Jawab Riana.

"Butuh tumpangan? Kebetulan aku akan menjenguk atasanku di Yonsei" Tawar Kyungsoo.

"Benarkah? Aku mau! Tapi aku mau ke mini market terlebih dahulu, kau tak keberatan?" Kata Riana.

"Tentu saja tidak" Jawab Kyungsoo.

"Yeah, kau memang tetangga yang baik. Aku bisa menghemat uang untuk naik taksi hari ini" Ucap Riana sambil tertawa.

"Siapa bilang gratis? Tidak ada yang gratis di dunia ini" Ucap Kyungsoo. Saat ini mereka berdua berjalan menuju basement tempat mobil Kyungsoo terparkir.

Chained UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang