CHAPTER 5

5 3 0
                                    


Di dalam salah satu ruangan rumah sakit Yonsei Health System, Riana berdehem mencoba mencairkan keadaan yang semula canggung. Ia kembali disuruh seniornya untuk mengantar makan siang dan juga obat gadis kecil itu. Pria Byun yang duduk di tepi ranjang sang adik yang tertidur setelah menangis dan meminum obatnya itu. Mendengar Riana berdehem Baekhyun menoleh sekilas pada Riana lalu matanya kembali tertuju pada tablet ditangannya.

"Sampai kapan kau akan berdiam disitu? Apa kau salah satu dokter yang memakan gaji buta?" Ucap baekhyun sarkasme.

"Apa katamu? Kau bisa dituntut karena melecehkan profesi yang mulia?" Ucap Riana kesal pada pemuda ini.

Baekhyun mendengus, "Mulia? Tahu apa kau tentang hukum?"

Riana berdecak, "Mulutmu pedas sekali tuan kau tahu? Dasar pria cantik menyebalkan!" Seru Riana lalu keluar ruangan Nami.

Di dalam ruangan Baekhyun menganga, "AKU TIDAK CANTIK DASAR DOKTER TEMPRAMEN!" Baekhyun berseru meluapkan kekesalannya.

Sementara di depan ruangan, Riana melotot kesal kearah pintu. Saat ia mendengar seruan baekhyun, ia membuka kembali pintu ruangan Nami lalu mengacungkan jari tengahnya lalu segera berlari kembali ke ruang istirahatnya. Lebih baik ia tertidur daripada memikirkan pria cantik itu.

Baekhyun hanya menatap tak percaya gadis itu lalu menghembuskan nafas panjang mencoba meredam emosinya.

...

Baru saja Riana akan membaringkan tubuhnya, dering ponsel mengganggunya. Ada panggilan video grupnya dengan Jongin, Jessie, dan Willis. Dengan malas ia mengangkatnya. Terlihat di layar smartphone nya wajah Jessie dan Willis yang melototinya sedangkan Jongin tersenyum geli.

"Bagaimana bisa kau hanya mengabari kegiatanmu pada Jongin hah? Aku dari kemarin menunggu telepon darimu kau tahu?" Itu suara Jessie memarahi Riana yang diangguki oleh Willis.

Riana mendengus, "Kenapa kau tidak menelponku duluan kalau begitu?" Jawab Riana santai.

"Kami berdua kan tidak tahu kau sibuk atau tidak disana?" Kali ini Willis berbicara dengan nada kesal yang kentara.

"Ah..baiklah-baiklah kalau begitu aku minta maaf. Ada apa kalian menghubungiku?" Kata Riana.

"Kudengar dari Jongin kau sudah dipercaya menjadi psikiater pribadi pasien disana?" Jessie bertanya dengan antusias.

Riana mengangguk mengiyakan pertanyaan sahabatnya itu.

"Lalu bagaimana? Dia lelaki kan? Tampan atau tidak?" Tanya Jessie.

"Dear!" Tegur Willis pada sang kekasih.

"Dia sangat sulit ditangani kalian tahu? Dia bahkan dengan terang-terangan berkata kalau dia tak menyukaiku." ucap Riana kesal perlakuan pasien pertamanya itu.

"Kan sudah kubilang, kunci menjadi psikiater hebat adalah dengan sabar dalam menangani pasien depresi." kali ini Jongin membuka suaranya setelah tadi hanya menyimak ketiganya.

"Baik senior!" Ucap mereka bertiga dengan kompak lalu tertawa.

"Ehmm... setelah aku lihat-lihat wajah pasienku hampir menyerupai willis" Kata Riana setelahnya.

"Benarkah?" Ucap Willis antusias. Riana mengangguk.

"Aku ingin melihatnya." Ucap Jessie diangguki oleh kekasihnya.

"Dan ingin aku tidak lulus karena melanggar privasi pasien?" Ucap Riana sedangkan ketiganya tertawa.

"Dokter Ana, anda dipanggil professor Kim di ruangannya." Ucap salah satu suster, Han Yeri pada Riana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chained UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang