Part 3

1.2K 29 0
                                    

Aku dan Kath berjalan mendahului Liam menuju mobil. Di sisi lain, tampak seorang laki laki hang tengah tersenyum kemenangan. "Tanpa ku caripun kau sudah mendekat. Tak akan ku biarkan kamu pergi." kata laki laki itu

• • • • • • • • • • • • • • • •

Makan siang berjalan lancar, mendengarkan cerita dari Alle. Sedangkan Alexa merasa risih duduk di depan Liam, yang secara terang terangan menatapnya tanpa berkedip. Tanpa disadarinya Liam menaikkan sudut bibirnya ketika Alexa merasa gelisah dari tadi dan mencoba tidak menghiraukan tatapan dari Liam.

"Alle, aunty pulang dulu ya? Aunty tidak enak badan, aunty ingin istirahat." kata Alexa tidak enak. Raut wajah Alle berubah jadi khawatir "Aunty kenapa? Apanya yang sakit? Tenggorokan aunty sakit ya? Makanya jangan teriak teriak terus, ini minum dulu aunty biar nggak sakit."  kata Alle panjang lebar sambil memberi air minum untuk Alexa. Alexa menerima gelas itu dengan menahan malu dan kesal. Liam dan Kath menatap Alle takjub, karena Alle tidak pernah berbicara panjang lebar seperti itu kepada orang yang baru ia kenal dan begitu perhatian kepada Alexa.

Kath mengelus kepala Alle, "Sayang biarin aunty pulang ya? Kapan kapan kita main lagi." kata Kath. Alle hanya mengangguk lesu "Aunty janji ya, abis ini istirahat terus minum obat biar kuat, makan sayur sayuran jangan teriak teriak kaya tadi." kata Alle polos. "E..eeh. I..iya Alle aunty janji." kata Alexa nyengir menahan malu. Kath dan Liam hanya geleng geleng menahan ketawa melihat kelakuan Alle yang menasehati Alexa.

William p.o.v

Aku hanya terkekeh mengingat kejadian tentang Alexa tadi siang. Dia berbeda dari wanita yang lain, entah magnet apa yang dia gunakan untuk menarik perhatianku.

Ku merasa ada yang memeluk lenganku, "Pasti jalang lagi" pikirku. Aku hanya mengabaikan wanita itu, membiarkan dia menempelkan belahan dadanya di lenganku. Ku biarkan saja wanita itu dan menikmati wine yang ada di gelasku. Tampaknya wanita itu belum puas, tangannya meraba dadaku yang terbalut kemeja dan membuka kancing kemejaku. Ku tepis tangannya, dia awalnya kaget lalu tersenyum dan mencium rahangku. Entah kenapa aku merasa risih dengan kelakuannya, wanita itu mulai mengendus rahangku dan mencium bibirku. Aku menengok ke arah lain untuk menghindari serangannya. Tapi aku melihat Alexa yang tengah meminum wine bersama teman temannya.

Hanya melihatnya dari jauh membuatku bergairah. Dia hanya menggunakan dress warna hitam di atas lutut tanpa lengan membuat paha dan lengan mulusnya terpampang jelas, apalagi rambutnya yang di cepol asal membuat beberapa helaian rambutnya jatuh di samping telinga dan tengkuknya. Leher jenjangnya membuatku bergairah.  Banyak lelaki berhidung belang menatap Alexa seolah olah dia adalah mangsa yang lezat. Aku merasa kesal dan mulai menghampiri Alexa. Membiarkan wanita yang tadi menciumku berteriak kesal.

Ku lihat dia berjalan meninggalkan gerombolan teman temannya, ku ikuti dia sampai di atas gedung. Dia menganggakat ponselnya dan menelfon seseorang, setelah itu ia duduk bersender di salah satu bangku dan menyandarkan kepalanya. Ku lihat nafasnya tidak teratur, dadanya naik turun membuat tenggorokanku kering. Di tambah matanya yang tertutup dan bibirnya yang sedikit terbuka, cahaya yang temeram membuatnya semakin cantik. Rasanya aku ingin melepaskan gairahku disini.

Ponsel dalam celanaku bergetar, segera ku angkat dari Chris rupanya. "Liam aku sudah mengetahui identitas gadismu, sudah ku kirim berkasnya ke apartementmu. Gadismu sangat menarik tapi sayang aku sudah memiliki...".
"Tutt..tutt...tutt." Liam mematikan telfonnya, lalu menatap Alexa lagi.
"Dia pingsan atau tidur? Di tempat seperti ini dengan pakaian seperti itu, dasar gadis bodoh!" geram Liam.

Alexa p.o.v

Dering ponsel mengusik tidur nyenyakku, "Alexa, buka pintunya!! Kenapa kamu mengganti password apartementmu!! Kel.." tutt...tutt..tutt. Ku matikan telfonnya, lalu beranjak menuju pintu sebelum nenek toak itu teriak teriak di kamar ku dan mengacak acak apartementku. Tidak akan ku biarkan.

"Kau!! Lama sekali buka pintunya!" kata dia ngeloyor masuk tanpa di suruh. "Aneh." kataku pelan.
"Kau tidak melakukan hal bodoh seperti wanita lain kan?" tanya dia penuh selidik. Aku menyerit heran "Paulina apa yang kamu bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti. Lebih kamu keluar!! Aku mau pergi." kataku frustasi. "Kau putus dengan Samuel kenapa tidak cerita padaku." tanya Lina mengintrogasi.
"Ah..mmm..a.. oh itu. A...aku bisa jelasin. Kau bisa menungguku di club biasa." kataku gugup. "Kita jalan bareng, aku yang bawa mobil. Aku juga yang akan mengantarmu kalau perlu kau menginap di apartementku." Aku hanya memutar bola mataku mendengar ocehan dari mulutnya.
"Kau pikir aku sebodoh itu Lina. Putus dari pacar mabok mabokan bawa mobil ugal ugalan nabrak pohon terus masuk rumah sakit. Hhh konyol sekali." kataku remeh.
"Bagus kalau kau mengerti" kata Lina tersenyum miring.

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

2 jam telah berlalu, aku sudah tidak merasa apa apa lagi, tubuhku terasa berat.Ponselku bergetar,  panggilan dari Sam. Mau apa lagi dia  gumamku. Aku langsung ke roft top club,  Syam menelfonku lagi. "Aku tidak mau berurusan lagi denganmu." kataku penuh penekanan lalu ku matikan ponselku. Tubuhku terasa berat, aku bersandar pada bangku yang ada. Rasanya begitu nyaman bisa menyandarkan kepala dan menikmati malam dengan aroma khas perkotaan dan bau musk.

Bukankah aku kesini sendiri, atau ada orang selain aku pikirku heran. Segera ku buka mata dan mencari siapa bau musk itu,  rasanya aroma ini tidak begitu asing bagiku  gumamku.

Ada sosok laki laki yang berdiri membelakangiku. Perlahan aku mendekat ke arahnya, dia memutar badannya "Kau."  Suami Kath, untuk apa dia ada disini  pikirku   bingung. Awalnya dia terkejut lalu tersenyum "Alexa. Senang bertemu denganmu." sapa Liam basa basi. "Kau kesini dengan siapa? Apa Kath tidak..." seketika Liam terkekeh "Apa kau mengira aku suami Kath? Dia kakakku Alexa."
Dia mendekat ke telingaku "Dan kau boleh melakukan apapun denganku." kata Liam dengan nada rendah,  deru nafasnya membuat bulu kudukku merinding. "Berarti Alle adalah keponakannya William. Kenapa aku merasa senang mendengar perkataan William barusan, aneh" gumamku merasa aneh.

Belum sempat aku menjawab, dia menarik  tengkukku lalu mencium bibirku.  Mataku melotot, aku mencoba menghindar ciuman Liam. Ku pukul dadanya, nafasku sudah naik turun kehabisan nafas, dia mulai melumat bibirku pelan hangat dan penuh nafsu. Kakiku lemas seperti jelly dan semuanya gelap...

TO BE CONTINUED

• • • • • • • • • • • • •

Taraaaa!!! Ketemu lagi sama IRMA hahaha. Aku rindu kalian 😚😚. Tenaaaang sebagai rasa cintaku pada kalian. Malam ini aku update 2 part. Tepuk tangan yang meriah dooong buat author yang comel ini. Jangan lupa vote and comment yaah. Daaaan kalau mau chat aku di instagram @irma_5802.

Terimakasih.

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang