~Happy Reading~
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤Kenzie sudah siap dengan seragam sekolahnya, seperti biasa saat ini ia hendak berangkat ke sekolah. Ia berniat akan sarapan bersama kedua orangtua nya. Tetapi, hal itu tak biasa terjadi.
"Loh mamah mau kemana?"tanya Kenzie dengan bingung. Saat ini mamahnya sedang berjalan sambil membawa koper besar. Mamahnya langsung menghampiri Kenzie.
"Zee kamu jaga diri baik-baik ya,"ucap Mamah sambil mengusap rambut Kenzie.
"Mamah mau kemana?"
"Hhm mungkin ini memang yang terbaik buat mamah, mamah harus pergi sayang, kamu disini jadi anak yang baik ya,"ucap mamah sambil menitikan air mata.Dan air mata Kenzie pun turun tanpa permisi. Hal yang sangat ditakutkan akhirnya terjadi juga.
"Tapi mah, aku mau tinggal disini sama mamah dan papah selayaknya keluarga,""Kita masih keluarga, mamah tetap mamahmu dan papah tetap papahmu, akan tetap seperti itu sampai kapanpun, mamah pergi dulu ya sayang,"ucap Mamah Kenzie sambil mengecup kening putrinya lalu pergi dengan menggeret koper besarnya.
Kenzie hanya berdiri mematung. Saat ini perasaannya remuk redam dan hancur berkeping-keping. Sungguh ini jauh lebih sakit dibandingkan dengan dipitusin pacar.
"Mereka memang egois, mereka hanya memikirkan keinginan mereka tanpa mempedulikan aku, ck memang orangtua yang tak bertanggung jawab, kalau mereka saja tak memperdulikan ku kenapa aku harus mempedulikannya?"ucap Kenzie membatin dalam hati.
Seusai sarapan papah Kenzie datang sambil membawa kunci mobil.
"Ayo Zee kita berangkat,"ajak papahnya. Memang biasanya Kenzie berangkat bareng dengan papahnya tapi saat ini Kenzie sedang tidak mood."Gak pah, aku berangkat sendiri aja naik angkutan umum,"
"Loh kok gitu?"
"Aku berangkat dulu pah,"ucap Kenzie lalu mencium tangan papahnya.Kenzie Pov
Kenapa sih diantara mereka gak ada yang peduli sama aku. Mereka hanya mementingkan perasaan mereka tanpa memikirkan perasaan aku sebagai anaknya.Padahalkan, mereka ini sudah dewasa tetapi, kenapa fikirannya masih persis seperti anak kecil? aah sudahlah Aku tak peduli dengan mereka. Kalau mereka saja tak peduli padaku, lantas mengapa aku harus mempedulikan mereka?
Percuma saja kalau banyak harta tetapi, miskin kasih sayang orangtua. Padahal yang aku butuhkan adalah perhatian dari mereka, bukan harta yang bergelimpungan ini.
Tak terasa rupanya aku sudah sampai di depan sekolahan ku.
Aku hanya berjalan dengan gontai. Aku merasa tidak semangat bersekolah sekarang ini. Tetapi, dari pada aku diam di rumah dan melihat papahku lebih baik aku sekolah.Suasana kelas tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang duduk di dalam kelas itu. Karena aku merasa bosan, aku mengeluarkan novelku yang belum selesai dibaca. Siapa tahu dengan membaca novel mood ku bisa membaik.
"Hoyy,"
"Eh lo Ken, tumben udah datang,"
"Lihat jam noh! ini tuh udah siang bego,"
Aku langsung melihat jam yang melingkar cantik di pergelangan tangan ku. Benar saja ini sudah siang. Rupanya aku keasyikan membaca novel hingga lupa waktu."Hehe iya sekarang udah siang,"
"Makanya jangan baca novel mulu!"
"Eh Ken, gue pengen cerita deh,"
"Cerita apa?"
"Hhmm biasalah, jadi gini...,"aku menjelaskan semuanya kepada Kenzo."Mungkin itu memang yang terbaik untuk mereka,"ucap Kenzo menanggapi.
"Yang terbaik buat mereka, tapi bukan yang terbaik buat gue,"
Jujur saja aku sangat kecewa dengan kedua orangtua ku itu."Sepertinya mereka sudah memikirkannya matang-matang Zee, sekarang lo tinggal sama siapa Zee?"
"Gue tinggal sama bokap gue, nyokap gue tadi pergi sambil bawa-bawa koper besar.""Yaudah lo bersikap seperti biasa aja sama bokap lo,"
"Mungkin nanti gue bisa bersikap biasa, tapi sekarang gue masih kesel sama oragtua gue,"
"Jangan dibiasain dendam sama orangtua sendiri, biar bagaimana pun mereka itu orangtua lo,""Hhm iya sih,"
Aku merasa lega setelah menceritakan semuanya kepada Kenzo. Memang dia itu sahabat terbaik yang gue punya. Dia selalu ngasih saran yang baik buat gue.Kebetulan gue duduk di depan Kenzo. Gue duduk sama Stella dan Kenzo duduk sama Reyhan. Sebenarnya gue itu gak begitu akrab sih sama Stella tetapi, karena dia itu baik jadi gue mau duduk sama dia.
Dan kebetulan Stella itu nerd dan pendiam gak banyak bacot kaya yang lain. Tapi kadang gue agak kesel juga sih sama dia, karena saat guru sedang menerangkan dan gue ngajak ngobrol Stella, dia suka gak nanggepin omongan gue. Kesel gak sih kalau ngomong gak ditanggapi?
Akhirnya guru masuk ke ruang kelas gue. Saat ini pelajaran sejarah, you know lah pelajaran sejarah itu sangat membosankan, dan gue gak suka itu. Dengan terpaksa gue mendengarkan apa yang diterangkan oleh guru sejarah itu.
Sebenarnya mata gue ini udah tinggal lima wat tetapi, karena guru sejarah ini guru killer jadi gue harus menahan untuk tidak tidur. Kalau gue sampai tidur dan terciduk bisa tamat riwayat gue.
Akhirnya pelajaran sejarah pun telah usai. Walaupun hanya dua jam tapi terasa berabad-abad. Dan materi yang tadi disampaikan oleh guru gak ada yang masuk ke otak gue, karena dari tadi gue sibuk menahan diri untuk tidak tidur bukan memperhatikan pelajaran.
Tak terasa bel istirahat pun telah berbunyi.
"Ken lo mau kemana?"
"Gue mau ke kantin, biasalah ngumpul sama teman-teman gue,"
"Gue ikut, boleh gak?""Gak, udah lo disini aja,"
"Huhh, kebiasaan deh kalau lo ngumpul sama teman-teman lo gue dilupain,"
"Yaudah lo diam aja disini, ngobrol sama Stella,"
"Huh,"gue hanya mendengus kesal.Yakali gue mau ngobrol sama Stella, orang yang notabene nya pendiam dan jarang ngomong.
"Eh Stel nama lo lucu deh,"kata gue membuka pembicaraan. Stella hanya melirik kepada ku.
"Nama lo tuh kaya merk pengharum ruangan,"kata gue sambil tertawa garing.Stella kembali fokus kepada bukunya dan mengabaikan perkataan gue tadi. Gila emang itu anak gak bisa di ajak bercanda apa? huft yaudah lah ya mendingan gue ke kelas Lily aja.
Lily adalah sahabat gue sejak SMP. Dia itu orangnya asik gak kaya Stella. Gue juga suka cerita ke Lily tapi, gak sedetail kaya gue nyeritain ke Kenzo.
Tiba-tiba ide jail gue muncul. Gue melihat Lily sedang asyik mengobrol dengan Jasmine teman sebangku nya. Gue berniat akan mengagetkan Lily.
"Hoy Ly,"kata gue sambil menepuk bahu Lily dari belakang. Tepat seperti yang gue bayangkan, Lily terlonjak kaget.
"Eh lo Zee, lo kebiasaan deh suka ngagetin gue,"
"Hai Lily, hai Jasmine,""Hai Kenzie, udah lama kamu gak ke sini,"ucap Jasmine.
"Ehehe, iya soalnya beberapa hari ini aku sibuk sama kegiatan OSIS,"
"Ooh iya ya, sekarang tuh OSIS lagi sibuk-sibuknya,"Yups gue adalah salah satu anggota OSIS, memang sih gue hanya anggota tapi tugasnya banyak banget. Sebenarnya gue gak betah sih di OSIS karena rata-rata anak OSIS itu famous dan sombong. Sedangkan gue? siapa sih yang gak kenal sama gue? banyak gak kehitung jumlahnya.
Gue emang anak yang gak famous. Padahalkan wajah gue juga lumayan cakep, yah satu tingkat lebih tinggi dari anak-anak yang famous. Dan satu lagi yang membuat gue gak betah di OSIS, kadang gue suka gak dianggap disana.
Mereka itu kaya gak nganggap gue ada, dan gue sih bodo amatlah dengan perlakuan mereka ke gue. Toh gue juga sadar diri gue kan hanya orang biasa, sedangkan mereka anak famous yang hampir semua orang di sekolah ini kenal dengan mereka.
Lily adalah satu-satunya teman gue di OSIS. Lily anak nya baik gak sombong kaya mereka. Walaupun sebenarnya dia juga termasuk anak yang famous.
Wajahnya pun lumayan cakep, yah satu tingkat di bawah gue lah kecakepannya. Sebenarnya sih di sekolah ini tuh yang paling cakep itu gue tapi, mereka gak pada mau ngakuin kecakepan gue.
Bodo amatlah yah, toh gue juga gak mau sombong. Famous-famous amatlah, apa gunanya coba jadi anak famous? jadi anak famous kok bangga, bangga itu bisa mengangkat nama baik sekolah dengan prestasi noh baru bangga.
.
.
.
Bersambung
Jangan lupa baca, vote dan coment ya guys.Salam manis dari penulis cantik💕
~Thanks For Reading~
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Friends
Teen FictionHanya sebuah cerita biasa tentang seorang gadis ceria dan seorang pria dingin bagaikan es di kutub utara. _________________________________ Kenzie Anatasya seorang gadis periang yang selalu tampak ceria tanpa ada beban dalam keadaan apapun. Tetapi...