My Wishes

27 1 0
                                    

"Han! Pukul aku sekarang! Sekeras mungkin!" Teriakku pada sahabatku, Hana.

"Hah? Maksudmu?" Tanya Hana yang sedang duduk disampingku. Tak mengerti.

"Pukul aku sekarang sampai bangun! Sekarang aku sedang di dalam mimpi! Bantu aku untuk bangun! Pukul sekeres-kerasnya!" Pintaku histeris.

Dengan ragu Hana memukul kepalaku, keras sekali. Sangat sakit. Tapi aku belum juga terjaga dari mimpiku berkat pukulan itu.

"Tuh kan! Duh! Kok nggak juga bisa bangun bangun ya? biasanya sekali pukul bisa bangun!" Teriakku panik.

Aku mencari-cari cara agar bisa terbangun dari mimpi ini. Kuhentak kakiku ke lantai dengan keras, berharap dengan cara tersebut aku bisa terbangun dari mimpi ini. Tapi cara tersebut juga tak membuahkan hasil. Aku berlari kemeja guru dan merebahkan diriku disana. Kulihat semua pasang mata tertuju padaku. Terbengong karena tindakan gilaku. Tak terkecuali Bu Intan, guru matematika yang tengah duduk di kursinya. Ia melotot marah melihat sikap tak sopanku.

Ah! Masa bodoh! Yang penting aku harus berhasil bangun dari mimpiku ini. Setelah berhasil merebahkan diri, kugulingkan tubuhku dari atas meja guru dan ....... Bruk! Aku terjatuh kelantai dengan suara berdebum. Tempurung kepala dan punggungku terasa sakit sekali. Tapi aku masih berada disana. Belum juga berhasil terbangun. Ada apa ini? Apakah ini bukan mimpi?

Kudengar seluruh isi kelas tertawa terbahak melihat tingkah konyolku. Bu Intan langsung menghampiriku dengan mata melotot. Kemudian memukul punggungku dengan penggaris panjang. Rasanya Sakit sekali! Aku langsung terduduk. Terbangun dari mimpiku yang terasa sangat nyata tadi. Terbengong dengan wajah linglung. Aku mengusap wajahku yang basah oleh keringat. Kepalaku terasa pening dan punggungku terasa sakit sekali. Aku memperhatikan keadaan sekitar. Aku sedang berada dikamarku. Tidak ada tawa anak-anak satu kelasku. Juga tidak ada Bu Intan.

***

Lucid dream. Kata banyak orang, lucid dream adalah keadaan dimana kita sedang bermimpi tapi kita sadar betul bahwa sedang berada dalam mimpi tersebut. Aku sering mengalami hal itu dalam tidurku. Tapi yang terjadi padaku ini sedikit berbeda. Selain sepenuhnya sadar bahwa aku sedang bermimpi, aku juga merasa bahwa seluruh hal yang kurasakan di dalam mimpi akan terbawa hingga terbangun. Contohnya seperti mimpiku tadi. Rasa sakit yang dihasilkan dari aksiku berguling dari meja guru tadi terasa hingga aku terbangun. Begitu juga rasa pukulan Bu Intan. Sampai saat aku terbangun pun, rasa sakit itu masih tertinggal. Seolah hal itu benar-benar terjadi.

Aku sudah bertanya hampir kepada seluruh orang yang kukenal tentang apakah mereka mengalami hal yang sama. Sebagian dari mereka mengaku pernah mengalami lucid dream. Namun, tak satupun dari mereka mengatakan bahwa mereka mengalami hal yang sama denganku.

Pernah suatu saat aku bermimpi sedang berlari di sebuah padang yang luas dan aku sadar sepenuhnya bahwa aku sedang bermimpi. Saat itu, aku meloncat turun dari sebuah pohon yang tinggi, berharap dengan cara itu aku bisa merasa terkejut dan bangun dari mimpi tersebut. Setelahnya, aku memang berhasil terbangun. Tapi sialnya, setelah terbangun kakiku jadi terasa nyeri luar biasa hingga beberapa hari. Seolah aku memang benar-benar baru loncat turun dari sebatang pohon. Ketika kuceritakan hal ini pada orang-orang terdekatku, mereka malah menertawaiku. Menganggap itu omong kosong.

Pintu kamarku digedor keras dari luar. Gedoran rutin setiap pagi. Membangunkanku. Aku bangkit dari kasurku dengan malas. Gedoran terdengar makin nyaring diluar. Sepertinya Si penggedor mengiraku belum bangun. Aku mengambil kamus di atas meja dan melemparnya kepintu sekuat tenaga. Lemparan itu menghasilkan suara berdebum keras. Sontak gedoran diluar terhenti. Aku tersenyum puas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The DreamWhere stories live. Discover now