Prolog

12.9K 358 19
                                    

Daniel Caprion Deksa memeluk tubuh Claret dengan erat sesaat setelah pihak penerbangan menginfokan bahwa pesawat pribadinya harus segera berangkat.

"Safe flight."

Suara Claret terdengar parau. Daniel bisa melihat mata Claret yang membengkak dari sewaktu ia memasuki area bandara tadi.

"Apa kamu menangis karena aku? Karena aku mau pergi?" Daniel bertanya dengan nada menggoda dan cengiran yang ia tampilkan di wajahnya.

Claret tidak menjawab, tapi ia mengulurkan tangannya untuk merapikan kerah kemeja yang dipakai oleh Daniel.

"Aku bertanya untuk yang terakhir kalinya, kamu tidak mau ikut ke Indonesia?"

Kali ini Daniel membuat nada bicaranya serius dan ia menatap Claret dengan sorot mata memohon.

Claret menghela nafas dengan berat. "I can't."

Daniel merasa kecewa dengan jawaban Claret. Akan tetapi ia bisa mengerti bahwa Claret masih belum siap kembali ke Indonesia. Ia sudah memulai hidup barunya di kota New York ini dan tidak mudah untuknya kembali ke Indonesia, kembali ke masa lalunya. Daniel sudah sangat berterima kasih karena Claret mau menerimanya lagi, bukan sebagai masa lalu tapi sebagai bagian dari kehidupannya yang baru. Daniel tidak ingin memaksa Claret untuk menghadapi kenangannya di Indonesia.

Daniel lalu tersenyum. Ia mengusap pipi kanan Claret dengan punggung jarinya. "Aku akan terbang kesini sesering mungkin."

"Butuh sekitar 10 sampai 20 jam, Niel."

"Itu tidak sebanding dengan perasaan senangnya aku waktu bertemu dengan kamu lagi."

Perkataan Daniel membuat Claret tersenyum dengan pipi memerah.

"I'll call you every hour," kata Daniel lagi.

"Kamu harus fokus bekerja, Niel. Tidak mungkin meneleponku setiap jam."

" Video call every two hour, then."

Claret tambah dibuat tertawa. "Daniel, jangan mengatakan sesuatu yang pada akhirnya tidak bisa kamu lakukan. Aku yakin kamu pasti akan sangat sibuk."

"Baiklah, aku akan chat kamu setiap kali aku ada waktu luang dan video call kamu setiap hari. Deal?"

Claret mengangguk dengan senyuman yang menampilkan lesung di pipinya.

"Boleh aku peluk kamu sekali lagi?" pinta Daniel. Ia tahu Claret tidak suka sentuhan yang berlebihan di tempat umum. Ia juga masih sering gemetaran ketika berada ditengah-tengah orang banyak meskipun dia sudah melakukan beberapa konser besar di kota ini.

Claret mengangguk pelan, yang langsung membuat Daniel memeluknya dengan erat. Ia kemudian mencium puncak kepala Claret sambil memejamkan matanya.

"I'll miss you, a lot."

Claret membiarkan Daniel melakukan hal itu untuk beberapa saat. Ia menikmati kebersamaan mereka sebelum mereka berdua akan dipisahkan oleh jarak.

"Jarak tidak akan menjadi masalah dalam hubungan kita, bukan?" bisik Claret masih dalam pelukan Daniel.

"Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan hubungan kita rusak hanya karena jarak, atau karena apapun."

Claret akhirnya harus melambaikan tangannya untuk membiarkan Daniel pergi.

Tidak apa-apa, Claret berkata dalam hati. Aku tidak akan kemana-mana. Kita akan baik-baik saja.

***

Gimana, gimana? Lanjut?

The Best Jerk 2: StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang