2

5.1K 173 5
                                    

Dua bulan.

Sudah dua bulan Daniel berhasil menjalani hari-hari beratnya tanpa bertemu dengan Claret. Awalnya Daniel mengira hal ini akan mudah, toh selama ini dia tidak pernah pusing memikirkan wanita manapun dan tetap dapat fokus bekerja. Akan tetapi untuk wanita yang satu ini, Daniel tidak bisa menghentikan pikirannya dari pertanyaan-pertanyaan tentang dia: apakah Claret sudah makan, apakah dia sedang sakit? Apakah dia tidur dengan nyenyak atau malah tidak tidur? Apakah dia mengalami masalah? Apakah dia merindukan Daniel?

Aneh. Daniel kira dia tidak akan pernah merasakan perasaan takut kehilangan seorang wanita, akan tetapi dia justru gelisah takut sewaktu-waktu Claret lelah dengannya dan malah bersama dengan pria lain.

Daniel merindukan wanita itu. Sangat merindukannya sampai-sampai ia ingin sekali melakukan penerbangan 15-20 jam ke New York dan kembali ke Jakarta di hari berikutnya. Akan tetapi, bahkan untuk pergi 1 hari menemui Claret pun tidak bisa ia lakukan. Dua bulan ini Daniel benar-benar sibuk, bahkan beberapa kali ia harus pulang dari kantor atau dari sebuah meeting di restoran larut malam.

Hal yang menjadi penghiburannya satu-satunya adalah ketika Claret mengiriminya pesan.

Been practicing for 2 hours. Wish u're here to bring me choco drink.

Daniel tersenyum sangat lebar ketika membaca pesan dari Claret lewat What's App. Senyuman Daniel ditengah perbincangan mengenai kontrak tender kontraktor membuat Diar mengerutkan keningnya.

"Mereka meminta penambahan waktu finishing, apakah ini sesuatu yang membuat Anda tersenyum, pak? Saya pikir ini akan membuat anda marah," bisik Diar di telinga Daniel yang duduk disebelahnya.

"Hh?" Daniel mengalihkan pandangannya dari layar handphone ke wajah Diar yang sedang menatapnya dengan wajah bingung.

"Mereka meminta perpanjangan waktu untuk menyelesaikan pembangunan apartment ini dari satu tahun ke dua tahun. Mereka juga meminta pemilihan tim arsitektural diserahkan kepada mereka sebagai tender utama. Kenapa anda tersenyum menanggapinya?"

"What?" Daniel baru tersadar akan apa yang sedang mereka bicarakan.

Dia segera menatap kelima orang di depannya dan senyumnya menghilang. "Apakah tender ini sebuah permainan bagi anda? Tidakkah anda sudah mengerti bagaimana cara Deik Group bekerja? Saya tidak suka berkompromi."

"Kami mengerti, pak. Tetapi ... "

"Kirim finalisasi timeline besok pagi ke kantor saya. We've done here."

Daniel segera bergegas keluar dari ruang rapat, diikuti oleh Diar. Diar berusaha mengimbangi langkah Daniel yang tergesa-gesa melewati lorong.

Diar mencoba berbicara ditengah usahanya menyamai langkah Daniel. "Pak, saya rasa anda memang perlu memikirkan jangka waktu pembangunan karena ..."

"Hey, babe," Daniel bersuara dengan handphone di telinganya, benar-benar mengabaikan perkataan Diar.

"Sudah makan malam?" Daniel menyadari di New York ini pasti sudah malam.

"...."

"Tidak, belum. Aku tidak biasa sarapan, you know that."

"...."

" Ya... Ya... Aku akan makan siang nanti. Aku baru selesai meeting."

"Diar?"

Daniel melirik sekretarisnya yang sedang berjalan disebelahnya dengan muka masam. "Dia ada disebelahku sekarang. Ada apa?"

"Aku memperlakukannya dengan baik. Dia sangat menikmati pekerjaannya, kau tahu? Tentu saja aku bos yang baik."

Daniel mendengar Diar berkata, "bos yang baik katamu? Dasar sombong." Tapi Daniel tidak menggubrisnya.

The Best Jerk 2: StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang