1

7.5K 238 5
                                    

"Bangun, Clar! Sudah pagi kan disana?"

Suara Daniel terdengar dari speaker handphone Claret. Si empunya handphone  masih meringkuk dibawah selimut. Kamarnya masih gelap dengan tirai tertutup dan lampu yang dia matikan tadi malam.

"Ini jam berapa?" tanya Claret dengan suara serak karena baru saja terbangun dari tidurnya.

"Jam tujuh."

"Oh." Claret menguap lalu membenarkan letak bantalnya sehingga menjadi lebih nyaman.

"Kamu masih di tempat tidur kan?"

"Hm," Claret menjawab dengan gumaman.

"Bangun, Claret."

"Hm."

"Aku ada didepan pintu kamar kamu."

Claret langsung terperanjat dan bangun dari tempat tidurnya. "Serius?"

Claret sudah akan membuka pintu kamarnya saat ia mendengar Daniel tertawa di ujung sana.

"Kamu bercanda ya?"

Daniel masih tertawa dan tidak menjawab. Sementara Claret berdecak kesal.

"Claret? Are you there?" tanya Daniel saat ia tidak mendengar suara Claret lagi setelah tawanya berhenti.

"Hm," sahut Claret.

"Yah, kamu marah?"

"Aku tidak suka kamu bercanda tentang hal itu, Daniel."

"Baiklah, baiklah, aku minta maaf."

Claret tidak merespon.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku cuma ingin membuatmu bangun."

Claret beranjak ke jendela kamarnya dan membuka tirai nya. Sinar matahari pagi masuk ke kamarnya, membuat mata Claret sedikit silau. Jam 7 pagi. Ia mempunyai janji mengajar piano jam 10. Masih ada cukup banyak waktu untuk bersiap-siap dan sarapan.

"Claret?" Suara Daniel terdengar lagi. "Claret ayolah. Aku cuma bercanda."

"Ya aku tahu," sahut Claret.

"Kamu tahu betapa aku merindukan kamu?"

Claret tersenyum tipis. Tidak ingin merespon pertanyaan Daniel, Claret malah bertanya, "kamu sedang apa?"

"Baru akan makan malam."

Benar juga, di Jakarta ini sudah jam 7 malam, gumam Claret dalam hati.

"Dengan siapa? Giga? Volvo?"

"Bukan," jawab Daniel. "Dengan Diar."

"Diar?" Claret mengerutkan keningnya. "Tumben kamu makan malam dengan Diar."

"Kami baru saja pulang dari sebuah meeting dan aku pikir tidak ada salahnya untuk mentraktir Diar makan malam."

Claret berdecak. "Rupanya the jerk boss sudah berubah menjadi bos yang sangat baik."

"Diar berkata aku berubah menjadi lelaki yang ramah dan menyenangkan. Haruskah aku menaikan gajinya karena dia mengatakan hal itu?"

"Diar memang pantas kamu perlakukan dengan sangat baik. Siapa lagi yang bisa bertahan menjadi sekretaris seorang Daniel selama bertahun-tahun?"

"Kamu mungkin mau," goda Daniel sambil terkekeh.

"Kalau aku sudah bosan dengan semua hal yang bisa aku lakukan, mungkin aku akan mau menjadi sekretaris kamu."

"Itu kemungkinannya satu banding satu milyar, Clar. Kalau memang tidak mau jadi sekretaris, kamu bisa jadi istri aku."

"Apa kamu bilang?"

The Best Jerk 2: StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang