Bab 3

20 4 5
                                    



Being close to you is a daydream

Being with you is such a fantasy

But being separated to each other is a disaster


Ya, dekat dengannya mungkin hanya mimpi di siang bolong bagiku. Sebab aku hanya perempuan yang bahkan mungkin jauh dibawah rata-rata. Sebab dia mungkin terlalu sempurna untuk perempuan sederhana sepertiku. Kau tahu film Beauty and The Beast? Anggaplah aku The Beast dan dia Beauty-nya haha.

Aku tahu, mungkin kalian merasa bahwa aku terlalu meninggikannya. Memang seperti itu, bukan? Jika kau kagum dengan seseorang namun belum mengenalnya lebih dalam, maka yang akan kau lihat hanya kesempurnaan dan keindahannya saja. Lain halnya jika kau telah mengenalnya nanti. Tapi aku tak peduli, untuk saat ini dia sempurna.

Hari ini hari Jumat. Entah karena sebentar lagi akan UAS atau apa, dosenku memutuskan untuk meniadakan kelas. Hal itulah yang membuatku, Dera, Nida, dan Rasya hang out ke salah satu mall di dekat kampus. Ternyata Nida juga mengajak Adian. Ya sudah, aku akhirnya mengajak Hanif dan Willi. Mereka adalah teman dekatku dari jurusan Teknik. Entah bagaimana jadinya kita bisa berteman baik.

Kami banyak berbincang, menertawakan banyak hal sambil menyantap fried chicken murah ala anak kuliahan yang dijual di supermarket mall tersebut. Letak supermarket ini memang berada satu lantai dari lobby, seperti basement. Hal tersebut membuat beberapa ponsel temanku kehilangan sinyal. Hanya ponselku yang masih mendapatkan sedikit sinyal.

Adian meminjam ponselku untuk membuka Instagram. Aku bukan tipe orang yang merahasiakan ponsel jadi aku membebaskan teman-temanku untuk meminjamnya. "Din, gue numpang chat ke Rama ya," ucap Adian tanpa aba-aba. "Ngapain?" tanyaku bingung. "Hari ini harusnya gue sama yang lain nongky bareng dia, tapi gue engga bisa ngabarin. Engga ada sinyal," katanya.

Aku berpikir sejenak lalu mengiyakannya. Sebenarnya aku agak takut tapi ya sudah, toh Adian memang benar butuh, bukan aku yang mengada-ngada. Sepertinya Rama sedang agak sibuk. Ia tak membalas pesan dari Adian sampai kami memutuskan untuk pulang.

Aku pulang bersama Rasya naik kereta sambil berbincang banyak hal. Saat itulah Rama membalas pesan Adian. "Yah, sorry gue udah cabut jam segitu, Di," dan "By the way, masih sama Adian engga, Din?" katanya. Aku tersenyum membaca pesannya. Astaga, Tuhan. Padahal pesan ini untuk Adian! Aku hanya membalas, "baru banget balik tadi, tapi dia udah dapet sinyal sih sekarang kayaknya".

Lalu ia membalas, "oh gitu, okay makasih yaa. Sorry gue late reply". Aku hanya menjawab ucapan terima kasihnya dan ia mengakhiri chat dengan berkata, "okay, sip sip." Aku tak membalasnya lagi. Bukan karena tidak mau, melainkan karena bingung. Aku tak mau terkesan agresif karena terlalu ketara mencari topik. You know, girls.

Sampai dirumah aku masih senyum-senyum sendiri. Sampai mamaku bertanya, "kenapa kak senyum-senyum mulu?" dan aku hanya menjawab, "gapapa mam". Aku menceritakan hal ini pada Nida, pastinya. Hanya pada Nida. Ohiya, juga Rasya karena ia ada bersamaku saat Rama membalas pesan. Ah, senang rasanya orang yang kau kagumi akhirnya mengetahui keberadaanmu di dunia ini. Kalian pasti tahu rasanya, bukan? Aku harap begitu, karena rasanya luar biasa happy!

Keesokkannya, ya aku libur. Aku menghabiskan pagiku dengan menyapu, mengepel, dan mencuci baju. Ayahku bekerja pada hari Sabtu. Mama pergi ke rumah saudaraku di Jakarta Barat. Adikku, Via pergi ke tempat les nya. Aku? Inilah waktu santaiku. Aku mengambil beberapa snack dan streaming netflix dari laptopku. Kau tahu sendirilah betapa santainya 'netflix and chill' sendirian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Larut Aku dalam KetidakpastianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang