💻. Chapter 4

136 6 5
                                    

Seperti pada kasus penangkapan Will Walt yang belum lama ini terjadi, 'A' kembali memberikan petunjuk, bukti, dan lokasi Laden Zelyn -tersangka pembunuhan berantai yang membunuh 53 orang di wilayah kota Roma secara acak dalam sebulan ini- pada kepolisian Roma.

Tentu saja, polisi langsung senang dan bersemangat saat mereka mendapatkan sebuah petunjuk akan tangkapan besar yang mereka cari selama sebulan ini. Hampir seluruh polisi di Roma langsung di kerahkan ke lokasi yang telah diberikan kepada mereka. Suara sirine mobil polisi berdengung di jalan raya di kota Roma pada hari itu.

~~~~~~~

Di sebuah ruangan interogasi, terlihat dua orang pria yang duduk saling berhadapan. Mereka saling menatap tajam satu sama lain dalam diam. Hal itu telah berlangsung selama satu jam.

"Hei. Jawab pertanyaanku!" Bentak salah satu polisi sembari menggebrak meja dengan tatapan tajam dan marah pada pria yang tengah duduk di hadapannya.

"Siapa yang yang menyuruhmu!" Sambungnya akan pertanyaan yang entah ke berapa kali di ucapkannya.

Pria itu masih bungkam. Ia dengan santai menatap sinis disertai senyuman mengejek di bibirnya.

Polisi itu menghembuskan napas berat. Ia lalu berjalan menuju pintu.

"Silahkan saja kau terus gunakan hak diammu. Pada akhirnya kita akan lihat sejauh mana kau akan tetap membungkam mulutmu itu." Ucapnya sebelum keluar lalu beranjak dari ruangan tersebut dan menuju ke ruang yang ada di sebelah, ruang pemantau interogasi.

Pria itu menyeringai, "Peranku akan segera berakhir." Gumam pria itu

Polisi itu menghela napas berat di depan atasannya itu dengan kepala tertunduk.

"Dia tidak mau mengatakan apapun sir." Ucap polisi yang bernama lengkap Firdho Mythly. Ia mengangkat sedikit wajahnya untuk menatap wajah atasannya itu.

Segera di tundukan kepalanya lagi saat tatapannya bertubrukan dengan atasannya yang terlihat sedang menahan marah.

"Aku tidak mau tahu. Bagaimanapun caranya kita harus dapatkan informasi darinya. Mengerti?!" Laurentz, kepala kepolisian Roma itu langsung saja meninggalkan ruangan itu.

Polisi itu menatap punggung atasannya dengan wajah gusar dan di alihkan wajahnya ke arah ruang interogasi. Lalu ia berjalan meninggalkan ruangan pemantau interogasi.

Baru dua puluh menit kepergian Firdho dari ruang pemantau interogasi dan tiba-tiba saja semua penerangan yang ada di kantor kepolisian Roma itu padam. Seluruh polisi segera bergegas menuju ruang interogasi dalam keadaan gelap.

Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk kembali menyalakan seluruh penerangan yang ada di kantor tersebut.

Ketika seluruh polisi tiba di ruang itu, mereka sudah terlambat. Sesuatu telah terjadi. Tersangka telah mati dengan keadaan mengenaskan di ruangan interogasi. Laden Zelyn -tersangka kasus pembunuhan berantai- telah mati dengan beberapa pisau yang menancap di tubuhnya.

.

.

.

"Apa yang baru anda katakan?!" Tanya pria bertopi itu ketika mendengar kabar dari kepala kepolisian Roma.

Dengan wajah menyesal Laurentz kembali berkata, "Laden Zelyn -tersangka pembunuhan berantai- tadi siang di temukan tewas terbunuh di ruang interogasi timur. Dari luka-luka yang ada pada korban, dapat di simpulkan bahwa seseorang membunuhnya dengan cara menyusup ke dalam kantor kepolisian ini."

The Mysterious DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang