Chapter 5

5.8K 614 113
                                    

Ryu dan Eve akhirnya memilih untuk meninggalkan pesta, Eve melihat kamar barunya yang terhias dengan begitu indah. Aroma mawar semerbak mengharumkan ruangan, Eve memilih duduk di depan meja rias. Ia melepaskan beberapa aksesoris yang melekat di kepalanya, sebelum Eve melakukannya Ryu sudah terlebih dahulu menarik tangan istrinya itu.

"Biar aku saja," kata Ryu dengan ekspresi datarnya.

"Lebih baik kau ganti dulu pakaianmu, aku bisa melakukannya sendiri," jawab Eve dan Ryu hanya melepaskan tangan Eve begitu saja.

Eve kembali melakukan aktivitasnya yang tertunda, memakai beberapa aksesoris di kepalanya benar-benar membuatnya sakit kepala. Terlebih lagi ia memikirkan sesuatu yang seharusnya ia tidak dipikirkan.

"Semua akan baik-baik saja," gumam Eve.

Ia kembali teringat apa yang diceritakan Xavier padanya, bagaimana Xavier mengetahui tentang hidupnya masihlah sebuah misteri.

"Kau adalah wanita yang baik, sayangnya kebaikanmu membuatmu tidak bahagia. Kau mengorbankan nyawamu demi mereka, demi mereka kembali melangsungkan kehidupan mereka setelah kau tiada."

"Apa kau pikir dengan dirimu yang mati setelah mengorbankan diri, mereka akan terus menangisimu? Tidak Eve, mereka melanjutkan hidup mereka dan berbahagia. Sedangkan dirimu? Kau hanya akan menjadi sebuah bangkai di dalam tanah."

"Sejak kecil kau tidak pernah bahagia, bagaimana Ayahmu yang selalu menyiksamu. Pria yang kau cinta telah mencintai kembaranmu. Dan saat kau mencintai orang lain, kau justru diharuskan mati. Saat kau mati, pria yang kau cintai hidup berbahagia bersama wanita lain beserta dengan Putrimu. Apa hidupmu sudah bahagia?"

"Aku akan baik-baik saja, semua akan baik-baik saja." Eve mencengkeram hiasan kepala yang begitu tajam di tangannya.

"Mengapa kau harus menderita?"

"Aku baik-baik saja, aku akan baik-baik saja."

"EVE!"

Bentakan Ryu membuat Eve kembali tersadar, entah apa yang terjadi Eve tidak mengerti. Darah mengalir dari pergelangan tangan kanan dan telapak tangan kirinya. Eve melepaskan hiasan rambut dari tangannya. Dengan cepat Ryu membalut tangan Eve dengan merobek yukata Eve. Eve masih tidak mengerti apa yang terjadi padanya, tubuhnya gemetar melihat darah yang membanjiri kedua tangannya.

"R-ryu."

Ryu tidak menjawab, ia terlalu panik dengan keadaan Eve. Setelah memastikan pendarahan di tangan Eve berhenti, Ryu langsung saja memeluk Eve.

"Ryu, apa aku melukaimu?" tanya Eve yang kini lebih khawatir dengan keadaan Ryu yang sebenarnya dirinya saja yang terluka.

"Semua akan baik-baik saja," jawab Ryu menenangkan.

Andai saja ia tidak meninggalkan Eve, hal seperti ini tidak akan terjadi. Sebelumnya Eve tidak pernah kambuh seperti sekarang, tetapi setelah melihat keluarganya, mengapa Eve kembali kambuh dengan penyakitnya itu?

Ryu mengangkat tubuh Eve dan merebahkan wanita itu di atas ranjang, semua hiasan di rambutnya telah ia lepaskan tanpa sepengetahuan Eve. Dan pakaian Eve yang masih dengan pakaian pengantin membuatnya merasa ingin menggantikannya.

Ryu bangkit lalu mengambil pakaian tidur di dalam almari miliknya, pria datar itu meletakkannya di samping Eve lalu mengambil ponsel miliknya. Mengetik beberapa angka dan Ryu langsung mendial nomor tersebut.

"Ada apa? Apa kau lupa cara bercinta sampai meneleponku?" tanya suara seseorang di seberang sana.

"Periksa Eve," jawab Ryu datar.

About Us [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang