#1. Masa Orientasi Mahasiswa

18 1 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB. Setelah menahan rasa kantuk demi sahur, ia memutuskan untuk cepat-cepat minum susu, gosok gigi, lalu melanjutkan tidur. Pintu ditutup tanpa dikunci, ia tahu, nenek pasti akan marah kalau sampai pintu kamarnya ditutup. Belum ada 5 menit menutup mata, pintu kamar terbuka. Wanita tua datang dengan mukenah dan sajadah di tangannya.

"Ca, nenek mau jama'ah subuh ke masjid. Pintunya jangan dikunci. Kamu juga jangan tidur loh, habis ini adzan subuh. Sholat subuh dulu sana. Tidurnya nanti saja kalau sudah sholat."

Rencana tidur pun gagal. Sebenarnya ia sangat kesal jika ada orang yang membangunkan tidurnya. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus menuruti perintah nenek karena ia tidak ingin menjadi cucu yang durhaka.

Adzan subuh sudah berumandang. Ia memutuskan untuk mengambil air wudhu dan mendirikan shalat subuh. Selesai shalat ia lanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an. Belum lama tadarus al-qur'an, rasa kantuk mulai menyerang. Berulang kali ia menguap sampai akhirnya ia menghentikan bacaan tadarusnya.

"Astaghfirullah. Ini kan bulan puasa. Kan kalau bulan puasa itu syetan, jin, iblis pada dipenjara sama Allah biar nggak gangguin ibadahnya manusia. Nah ini kok aku masih ngantuk sih. Apa emang akunya yang malas? Ah sudahlah. Yang penting, aku sudah nurut sama nenek untuk sholat subuh. Berarti aku boleh dong tidur lagi."

Ia menutup Al-Qur'an yang digunakan untuk tadarus, juga melepaskan mukenah yang ia gunakan untuk sholat lalu menggantungkannya di gantungan pakaian.

Kasur memang tempat paling nyaman untuk melampiaskan rasa lelah perkara urusan dunia. Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB. Setelah membaca doa akan tidur, ia membentangkan selimut dan menutupkannya ke seluruh tubuh. Rencana tidur setelah sholat subuh pun gagal untuk yang kedua kali. Tak lama memejamkan mata, ia mendengar ada yang mengetuk pintu rumah. Setengah sadar, ia membuka selimutnya hingga terlihat bagian kepala.

"Haduh, siapa sih ketuk-ketuk pintu subuh gini. Lagian, tadi kan nggak dikunci sama nenek. Ah sudahlah, orang ngantuk juga."

Setelah bergumam tidak jelas, ia menutup lagi kepalanya dengan selimut. Lagi-lagi pintu diketuk dan kali ini lebih keras. Karena terusik dengan suara ketukan, dengan malasnya ia bangun dari tempat tidur dan berjalan malas ke arah ruang tamu.

"Kok lama buka pintunya? Nenek sudah kebelet pengen pipis ini."

"Ya Allah, Nek. Ini pintu kan ndak dikunci. Tadi kan nenek sendiri yang pesan buat nggak kunci pintu."

Tanpa menghiraukan jawaban dari neneknya, ia kembali ke kamar dengan perasaan kesal karena tidak bisa tidur dengan tenang. Ketika ia sudah kembali ke tempat tidur dan baru saja merebahkan badannya ke tempat tidur, tiba-tiba ponsel yang ada di atas meja belajarnya berdering. Satu panggilan dari teman SMAnya, Oliv. Dengan rasa malas, dia mengambil telfon dan mengangkat panggilan dari temannya.

"Assalamu'alaikum. Halo, Ca. Kamu kemana saja sih? Dihubungi dari tadi juga."

Suara oliv memang tidak ada bedanya, mau bicara langsung atau melalui handphone, suaranya tetap nyaring dan tidak bisa santai.

"Wa'alaikumsalam. Ya aku di rumah lah. Mau kemana emang anak perempuan subuh-subuh keluar rumah." Sahutnya dengan nada lemas.

"Ya enggak gitu , Ca. Maksudku itu.." Belum selesai bicara, ia memotong pembicaraan Oliv.

"Udah ah, aku ngantuk. Telfonnya nanti saja. Atau kalau nggak, nanti SMS-an saja." Dari nada bicaranya, ia ingin segera mengakhiri percakapan dengan Oliv.

"Eh. Ca, dengerin aku dulu. Aku itu telfon kamu subuh-subuh ini mau kasih tau kamu sesuatu, Ca. Penting banget ini."

"Yaudah buruan ngomong, aku dengerin."

Wanita di Atas PusaraWhere stories live. Discover now