Kisah 25 Nabi
Nabi Yaqub A.S
KelahiranYa'qub dan Ishau dilahirkan oleh Rifqah, ketika nabi Ishaq berusia 60 tahun di tanah Palestina. Kedua anak kembar ini terlahir dengan tubuh Ishau sebagai yang pertama kali keluar diikuti tubuh Ya'qub dalam keadaan tangan menggenggam tumit kakaknya. Ishaq sangat menyayangi Ishau sebab Ishaq menganggap bahwa Ishau sebagai putra sulung akan menerima anugerah waris dari ayahnya. Sementara itu, Ya'qub merupakan cucu kesayangan nabi Ibrahim sebab Ya'qub senang tinggal di rumah untuk berada dekat serta belajar dari dirinya. Ya'qub juga menjadi anak kesayangan ibunya, Rifqah, sebab si putra bungsu gemar membantu serta rajin mengurus rumah untuk meringankan pekerjaan orang tua.
Ya'qub dan Ishau
Dua cucu nabi Ibrahim ini pada awalnya memiliki kesamaan satu sama lain, keduanya belajar ilmu kepada sang kakek di masa tuanya. Ishau mengagumi sang kakek karena harta kekayaan berlimpah beserta kedudukan duniawi terhormat yang disegani oleh banyak orang, sedangkan Ya'qub memuji Allah yang menganugerahkan banyak karunia untuk sang kakek sehingga ia berdoa kiranya Allah berbuat hal yang sama untuk dirinya. Seiring waktu berlalu, Ya'qub menjadi semakin tekun untuk beribadah kepada Allah, sesuai yang diajarkan oleh Ibrahim. Di sisi lain, Ishau beranggapan bahwa untuk mengikuti kesuksesan sang kakek, ia harus meninggalkan rumah lalu berangkat mengembara seorang diri namun tetap berbakti terhadap orang tua sebagaimana perjalanan Ibrahim menuju negeri Palestina. Akan tetapi Ishau memiliki tujuan berbeda, Ibrahim meninggalkan tanah leluhur untuk melaksanakan perintah Allah, sedangkan Ishau berniat mendapat banyak harta serta kemewahan duniawi. Sebagai bukti sikap berbakti terhadap orang tua, khususnya sang ayah, Ishau memburu banyak hewan untuk diberikan kepada Ishaq, yang gemar makan daging. Sikap Ishau ini menambah rasa keyakinan pada diri Ishaq bahwa ia akan menyerahkan anugerah waris untuk Ishau.
Ketika kematian sang kakek mendekat, Ishau merasa heran dan tidak percaya bahwa orang sehebat Ibrahim harus menghadapi kematian yang mengakhiri segala pencapaian di dunia. Ishau memutuskan pergi jauh untuk melupakan kepedihan ini. Ishau menduga ada orang yang menggunakan sihir untuk menyakiti sang kakek, maka ia bertekad membunuh orang yang dikenal pernah ingin membunuh Ibrahim, yakni Namrudz. Ishau pergi berbekal pedang sambil mencari tempat dimana Namrudz berada. Ketika mendapati Namrudz sedang berburu di padang rumput, Ishau seketika menikam tubuh Namrudz dari belakang kemudian Namrudz membalas hantaman keras ke tubuh Ishau. Ia terkejut melihat Ishau, yang mengingatkan dirinya tentang Ibrahim. Ishau mengutuki Namrudz seraya menyatakan diri sebagai seorang keturunan Ibrahim yang melakukan pembalasan atas yang pernah diperbuat terhadap sang kakek. Meskipun mendapat serangan keras di tubuhnya, Ishau berhasil membunuh Namrudz, kemudian Ishau melarikan diri terhadap bala tentara Namrudz yang datang dan mengejar dirinya.
Sementara Ishau memutuskan pergi, Ya'qub tetap berada di rumah dan ia ditanyai oleh Ibrahim tentang sebab keberadaannya ini. Ya'qub menjawab bahwa ia percaya bahwa Allah selalu menyertai sang kakek sehingga Ya'qub ingin berada dekat dengannya. Mendengar ucapan ini, Ibrahim memberkati sang cucu, seraya menyatakan bahwa ia akan mewarisi berkat anugerah dari Ishaq, berkat anugerah tersebut merupakan berkat langka dari Allah untuk Ibrahim, yang kemudian diwariskan kepada Ishaq. Ya'qub merasa terkejut mendengar hal ini, sebab ia bukan anak sulung yang memiliki kelebihan di mata sang ayah. Namun Ibrahim menenangkan cucunya dengan berkata bahwa anugerah itu berasal dari sisi Allah, terlebih lagi Allah yang menyampaikan perjanjian bahwa Ya'qub telah lama ditetapkan sebagai pewaris keluarga Ibrahim, sehingga Ya'qub ditakdirkan memperoleh anugerah istimewa di dunia dan di akhirat. Ya'qub juga turut bersaksi bersama putra-putra Ibrahim tentang wasiat agama waris dari Allah.Ketika Ishau pulang, ia merasa sekarat serta kelelahan akibat pertarungan melawan Namrudz, kemudian ia menjumpai Ya'qub sedang memasak sup kacang merah untuk menjamu para tamu yang berkabung atas Ibrahim yang telah meninggal dunia. Ishau yang kelaparan mendesak seraya berteriak meminta makanan kepada Ya'qub bahkan Ishau menyatakan bahwa ia bersedia memberikan apapun untuk nyawanya. Ya'qub bersedia memberi makanan apabila Ishau bersedia menjual hak anak sulung kepada dirinya sebagai ganti makanan tersebut,kemudian Ishau menyetujui persyaratan ini lantaran Ishau belum memahami keistimewaan hak anak sulung. Setelah menghabiskan makanan, Ishau merasa terlahir kembali dan bersuka cita, sejak saat itu Ishau menamakan diri sebagai Edom (si merah).
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirah 25 Nabi Dan Rasul [COMPLETED]
SpiritualKisah 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW