Smile like Watermelon

213 2 2
                                    

Seperti biasa, aku membuka jendela kamarku setiap sore. Ada dua alasan mengapa aku selalu membuka jendela kamarku setiap sore, pertama karena pemandangannya yang selalu indah dan yang kedua itu adalah saran Ronny, calon pacarku yang tertunda. Cahaya jingga menyeruak masuk ke dalam kamarku sehingga tembok kamarku menjadi berwarna jingga. "Hmmm .. darimana aku harus memulainya ya ?" gumamku sambil membuka-buka buku referensi yang harus aku ringkas untuk tugas paperku, ku teruskan membuka halaman demi halaman dan tidak ada satupun ide yang 'nyantol' ke dalam pikiranku, "ah, aku rasa ini gak akan berguna jika aku hanya berdiam diri dan gak nyari inspirasi" aku masih aja bergumam dan menggerutu. Aku tinggalkan aktivitasku dan bergegas keluar rumah. "Nan, mau kemana kamu ? sore-sore gini .. hampir maghrib lho" kata mamaku yang sedang menonton acara gossip di TV, "aku cuma mau cari inspirasi ma, tugas paperku ini bikin aku gila" dan mamaku hanya menggelengkan kepala. Mungkin mamaku tahu bahwa anak perempuan satu-satunya ini butuh penyegaran, seperti pergi ke bukit belakang kampus ataupun ke cafe yang ada di dekat kampus. "Nan, tunggu" aku berhenti dan menghampiri mama, agak aneh juga mamaku ini, tiba-tiba mamaku mengeluarkan uang Rp 200.000,00  "ini .. jaga-jaga kalo kamu ketiduran di tempat semedimu itu" aku menerimanya dengan tersenyum "makasih ya maa, sayang deh sama mama" sebuah kecupan mendarat di kening mama "kalo dikasih uang aja terus baik" aku mengambil sepedaku dan pergi.

Oh ya, aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Keenan Novenia, biasa dipanggil Keenan oleh keluarga dan teman-temanku. Aku tinggal di Jogjakarta, bersama mamaku. Papaku bekerja di luar kota, bekerja sebagai arsitek. Mamaku membuka usaha chatering, usaha chatering ini tercipta atas keluarnya mamaku dari sebuah restoran ternama di Jogjakarta. Mamaku mempekerjakan tetangga-tetanggaku yang masih menganggur atau sudah pensiun. Aku memiliki seorang kakak laki-laki, namanya Yoga Adi Permana, sering ku panggil Mas Yoga, seperti kebanyakan orang Jawa memanggil sebutan kepada pemuda, atau kakak laki-laki pada umumnya. Mas Yoga ini adalah 'permata' di keluargaku bahkan lebih tepatnya 'platina', Mengapa demikian ? karena kakakku ini mempunyai otak cemerlang, tubuh ideal yang terkesan seksi dan wajah yang tampan. Aku sendiri sewaktu SMP pernah 'menembak' kakakku dan ia menjawab "diajeng, kamu ini adik kandungku yang aku sayangi, kamu boleh sayang sama mas, tapi sebagai kakak .. bukan sebagai pacar" akhirnya tanpa patah hati ataupun galau 3 hari 3 malam, aku menyayangi kakakku dengan semestinya. Mas Yoga saat ini sudah punya pacar, dan pacarnya sangat cantik. Namanya Stefani Angelica. Ia menjadi pacar Mas Yoga saat kakakku itu masih magang di agensi model. Dia menjadi fotografer dibawah naungan fotografer kondang di Ibukota. Mereka berdua terlibat cinta lokasi dan kakakku ini dengan berani menembak perempuan cantik ini. Berbeda dengan Mas Yoga, cerita cintaku tidak semulus kakakku, aku lebih sering menyukai seseorang yang tidak menyukaiku atau nama kerennya "cinta bertepuk sebelah tangan". Sewaktu SMA, aku dekat dengan kakak kelasku, namanya Ronny Dharmawan Putra, musuh sejak kecil. Entah mengapa, hampir 2 tahun kami PDKT dan dia tidak menembakku sama sekali. Sewaktu kelulusannya, dia berkata akan kuliah di UNS, salah satu PTN di Solo. Memahami ke-LDR-an itu aku memaklumi. Namun, seiring berjalannya waktu, dia tak ada kabar dan sewaktu aku membuka Facebook, dia sudah memasang status berpacaran dengan Kirena Anindita. Sampai sekarang aku masih sering berhubungan baik dengannya walau masih sedikit sakit hati. Itu sedikit tentang keluargaku dan aku.

Sesampainya disana, aku menyetandarkan sepedaku dan berjalan perlahan. "Sepi ya .. iyalah udah sore .." gumamku sambil merebahkan tubuhku di sebuah pohon besar. Ku ambil buku gambar dan pensil, pemandangan kota sore itu benar-benar indah. Arsiran demi arsiran ku goreskan di atas buku gambar itu. Dengan tambahan burung yang terbang bersama kelompoknya, membentuk sebuah formasi V dan mengaitkannya dengan kehidupan sosial, aku mendapat inspirasi untuk mengerjakan tugas paperku yang sialan itu. Ya, aku adalah anak jurusan Sosiologi, mungkin saat itu aku sedang 'merem', tapi ya ah sudahlah. Aku kuliah di universitas swasta di Jogjakarta. Saat aku sedang mengarsir langit, azan maghrib berkumandang, itu artinya aku harus segera pergi dari bukit itu, tempat semediku. Aku menuruni bukit itu dengan hati-hati, menuntun sepeda miniku dengan mengerem sedikit demi sedikit. "oh iya, tadi mama ngasih uang lumayan gedhe, mampir cafe ah .." gumamku. Aku memilih untuk duduk di luar, agar bisa melihat pemandangan orang yang kelelahan setelah bekerja, atau sebuah keluarga yang masuk ke cafe dengan wajah berseri-seri. "permisi Mbak Keenan, mau pesan apa? " tiba-tiba waitress membuyarkan lamunanku "eng anu mas, aku pesen coffee de latte sama kamar bola ya" "oke mbak, siap" kata waitress itu sambil membalikkan badannya. Sambil menunggu pesananku datang, aku membuka lagi buku gambarku dan mengambil pensil di dalam tempat pensilku. Aku memperbaiki lagi gambar yang menurutku masih kurang bagus.

Smile like WatermelonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang