Inlander

624 83 18
                                    

dulu sekali, veteran perang kita pernah mandi darah dan airmata. mereka makan bonggol jagung dan kulit pisang untuk bisa tetap hidup sementara sawah-sawah padi mereka dibom sampai gagal panen. rumah-rumah mereka direbut untuk dijadikan singgahan noni-noni kecil yang gaunnya lebar dan mahal.

mereka rela dicambuk, dicabut kuku kakinya, dan jadi budak di lahan milik sendiri. kamu mungkin enggak akan beruntung kalau jadi gadis cantik di masa itu sebab orang-orang pirang-biru-kemerahan itu paling suka sama anak pribumi seperti kamu; dan ada kemungkinan kamu bakal dikurung di gudang, digilir tiap malam. nenek-kakek kita ngasah bambu sampai runcing untuk ngelawan ranjau darat. tetap saja ranjau menang, tapi mereka enggak nyerah sedikit pun.

demi apa?

ngusirin penjajah dan ngerebut balik tanah kita.

sudah didapat dan dimerdekakan, anak mudanya malah doyan ngobat, cursing, mentereng pakai brand imporan. katanya biar trendi. boro-boro itu, tiap jadwal upacara doyan lupa sarapan biar bisa ngalibi pergi ke uks. pokoknya senin hari horor. stasiun tivi bukannya jadi tempat edukasi tapi malah sibuk lomba siapa bisa lebih banyak nayangin ftv yang isinya pacar-pacaran, tapi aktornya masih underage.

lalu kamu pasti jadi mikir,






dan di saat-saat kamu lagi mikir itu, dari salah satu kuburan orang walanda, kedengeran suara:

kepengin ich suruh rodi lagi ya, inlander inlander bodoh ini?

nama yang tertulis di atas nisan itu:
h. w. daendels

















weh bacanya serius amat, mbak.
tapi, bab ini emang sengaja isinya humor satir. yang lupa sama daendels enggak bakal nyambung mah:(

walanda itu istilah orang kita dulu nyebut belanda--selain kumpeni, inlander itu istilah belanda untuk manggil pribumi indonesia. ich itu saya--dan diplesetin sama banci jadi eke, karena pronousasinya ik.

[✔] DERP MemeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang