4

70 6 0
                                    

Typo berhamburan

Good Reading





" kau?? Tetangga sebelah bukan?? " tanya cora memastikan

"ah ya, aku kemari hanya ingin mengembalikan ini" ujar pria itu menyodorkan sebuah gelang dengan permata ungu.

"baiklah, kalau begitu sama sama" ujar cora sedikit bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"baiklah, kalau begitu sama sama" ujar cora sedikit bingung

"ah.. Ya trimakasih" ujar pria itu lebih bingung.

"kalau begitu aku akan pamit" lanjutnya

"oke. Sekali lagi sama sama" ujar cora mengulang kalimat itu lagi

"hahahha baiklah baiklah trimakasih" Pria itu tertawa renyah akan perkataan cora yang menurutnya sebuah candaan. Dan berlalu meninggalkan halaman rumah megah berwarna putih menghiasi dindingnya.

"siapa? " tanya mimi saat melihat cora telah kembali ke dapur

"pria itu, tetangga" ujarnya

"dia mengembalikan ini" lanjutnya menyodorkan benda yang di temukan pria itu

"ahh, bagaimana bisa bersamanya" mimi menyaut gelang itu dan buru buru memakainya

"jangan tanyakan padaku, bertanyalah Pada kecerobohanmu. Bagaimana bisa kau kembali ke kahyangan jika menyimpan benda seberharga itu saja kau tak mampu. Bagaimana jika pria itu tidak menemukannya?? Maka itu akan jadi masalah besar.  Karena benda itu satu satunya yang membuat kita masih terhubung dengan kahyangan" ceramah cora

"baiklah baiklah ini kesalahanku" ujar mimi mengerucutkan bibirnya seraya mengelus elus benda kesayangannya itu

"tunggu!!!  Sejak kapan kau berani setidak sopan itu terhadapku?? " ujar mimi tersadar atas ucapan cora yang berlebihan, memandangnya.

"astaga!!! " cora segera menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya.

"kenapa bisa begini??  Apa yang kulakukan??  Ini keluar begitu saja?? " suaranya yang berdengung akibat udara yang tidak keluar dari mulutnya yang tertutup

"hahahha lebih baik begitu, aku merasa nyaman, mungkin itu naluri manusiamu" mimi tersenyum sembari melanjutkan aktivitas nya.

"apa kau telah berterimakasih pada pemuda itu?? " tanya mimi

"trimakasih?? " cora mengernyitkan dahinya

"emhemm" dibalas dengan anggukan kecil dari mimi

"aku mengatakan sama sama" ujar cora dengan polosnya, membuat mimi terbahak seketika

"jika kau yang di tolong maka harusnya kau yang berterimakasih dan dia mengatakan sama sama. Bukan malah sebaliknya" tawa mimi pecah di akhir penjelasannya

"aku tidak mengingatnya, " cora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, semakin membuatnya terlihat bodoh namun terkesan lucu.

Setidaknya mimi tertawa dan sedikit melupakan masalahnya, pikir cora tersenyum lembut di balik punggung mimi.

-e) (o-

Mimi telah banyak belajar kehidupan  tentang dunia yang saat ini sedang di huninya. Seperti cara manusia umumnya berpakaian, melakukan pekerjaan hingga cara berbicara dengan bahasa di bumi.

Semua dia pelajari lewat benda tipis berbentuk persegi panjang namun mampu menampung bermiliar miliar ilmu di dalamnya. Tablet. (ini terinspirasi dari drakor legend of the blue sae *AnakDrakorLebihTau)

Tidak serumit perkiraannya, sejauh ini semua berjalan lancar dan terkendali. Bahkan dia merasa seperti sudah menjadi manusia seutuhnya. Meski tidak dapat dipungkiri jika dia merindukan tempat kelahirannya itu.

"aku akan membuangnya" ujar mimi kepada cora.

Seperti kegiatan pagi hari pada umumnya, mereka melakukan ritual bersih bersih yang sudah turun temurun dari jaman nenek moyang manusia.

Di langkahkan kakinya keluar dari gerbang megah yang melindungi tempat tinggal yang dihuninya dengan membawa dua kantong plastik hitam di kedua tangan.

"hai... "suara merdu itu kembali menggetarkan daun tingannya

"ah hai.. " ujar mimi tersenyum seraya meletakan kantong hitam tersebut.

"ku pikir kalian telah pindah. Sebab tidak ada tanda tanda kehidupan selama seminggu ini" guraunya mendekat pada mimi

"haha,  tentu saja tidak. Kami hanya sedang sibuk mengemasi rumah. Ya.... Kau taulah kesibukan macam apa yang akan melanda saat pertamakali pindah rumah" ujar mimi dengan ekspresi senetral mungkin

"kita ini tetangga, tapi bahkan untuk namamu saja aku tidak tau. Andika" ujarnya seraya menyodorkan tangan.

"Mimi" mimi meraih tangan itu, menjabatnya seperti adegan yang pernah dilihatnya dalam benda canggih segudang ilmu

"mimi??  Emmm unik" ujarnya dengan senyuman khasnya.

"Baiklah andika, aku akan masuk" ujar mimi dan segera masuk ke kandang megahnya itu.

"Andika?? " batin mimi yang tanpa disadari membuat bibirnya melebar 5 cm.


























So...
Ada apa antara andika dan mimi???
Simak kelanjutannya di eps 5

Thankyou for reading,  voting and coment 😇

Ketika Mimi Peri Jatuh Cinta (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang