3

92 7 0
                                    


Good reading







Mimi memandangi langit yang di penuhi kapas kapas putih berjalan mengikuti lantunan hembusan angin. Hatinya hancur ketika mengulang memori saat para saudarinya merencanakan sebuah siasat yang membuatnya harus berakhir pada dunia hijau ini.

Dipejamkan matanya yang bulat untuk menenangkan hatinya yang perih. butiran air yang telah mengantri di pelupuk mata akhirnya tumpah bersamaan dengan suara isaknya.

"bersabarlah peri" ujar seorang wanita sebayanya yang tak lain adalah seorang dayang yang ditugaskan untuk membantu mimi selama hidup di bumi. Cora, memang dikenal sebagai seorang dayang yang setia pada mimi. Teman Mimi Peri.

"Aku hanya tidak percaya dengan semua ini" ujar mimi memeluk cora

"semua akan segera berlalu" cora menepuk nepuk pelan punggung peri.

-e) (o-

Ini hari kedua mimi menjalani hidupnya di bumi. Semuanya terasa lelah sebab dia harus melakukan segalanya sebagai manusia, tanpa kekuatan, tanpa bantuan dayang selain cora. Tidak mungkin bukan jika mimi menumpahkan segalanya pada cora, bukannya membuatnya segera kembali kekayangan itu justru akan membuatnya semakin lama hidup didunia ini, karena tidak menjalankan hukumannya.

"biar aku saja yang membuangnya" ujar mimi mengambil kantong hitam berisikan sampah dari cora.

Dilangkahkan kakinya keluar rumah yang berada di sebuah komplek.

(jangan tanya bagaimana mimi mendapatkan rumah itu. Kembali lagi pada eps 2 dimana raja yang mungkin searching ke mbah google untuk mengetahui kegiatan dibumi *next)

"selesai" ujarnya saat meletakan kantong itu di depan gerbang rumahnya sembari mengepak ngepakan talapak tangannya.

"orang baru??  Baru pindah?? " suara merdu menggetarkan daun telinga mimi

Dilihanya seorang pria dengan mata sipitnya menunjuk dirinya heran.

"ah.. Aku?? Ya" ujar mimi dengan cepat tak kalah bingung.

"emm pantas saja aku terasa asing saat melihatmu" pria itu teraenyum mengangguk anggukan kepalanya dengan memasukan kedua tangan kedalam saku celana miliknya.

"aku akan masuk" Mimi membalas senyum itu dan segera berlalu.

-0-

Dipandangnya kedua telapak tangannya dengan tatapan gusar,
Kekuatan??  Ahh kenapa harus dihilangkan pikirnya melanjutkan pekerjaan yang belum kelar.

"semua keperluan peri disini telah terisi. Saya rasa tidak ada yang perlu di khawatirkan" cora membuka percakapan yang memang sedari tadi terasa sepi tidak ada kata yang keluar selain keributan yang disebabkan benda benda yang sedang ditata itu.

"bersikap biasa saja seperti layaknya manusia, panggil aku mimi. Jangan peri, itu hanya akan menimbulkan kecurigaan pada mahluk disini" ujarnya yang masih menggerakan tangannya menata makanan ke dalam kulkas

"ah baiklah" cora sedikit canggung.

"eemm mimi?? Bukankah kau telah melihat pria tampan yang tinggal di sebelah?? " cora mencoba menghibur mimi yang sedang sangat frustasi itu,  bagaimana tidak. Awalnya mimi adalah peri yang ceria namun sejak di tetapkannya hukuman dari ayahandanya mimi terlihat sangat murung.

"emmm" balas mimi mengiyakan tanpa mengalihkan pandangannya dari kulkas

"bukankah dia tampann?? Apa kau tidak merasa jatuh cinta sedikitpun saat melihanya??" celoteh cora

Mimi menghela nafas sejenak
"cora, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta, bagaimana aku tau kapan aku jatuh cinta pada seorang pria" kali ini mimi memandang cora serius

"ah benar,  aku pun demikian. Ini akan terasa lebih rumit" dumelnya dengan muka ditekuk

"itulah sebabnya aku sangat frustasi. Bagaimana aku tau kapan??  Diamana??  Pada siapa??  Aku jatuh cinta?? Rasanya saja pun aku belum pernah merasakannya?" suara mimi meninggi seraya menjambak rambutnya terduduk didepan kulkas, mungkin dia benar benar sedang masa frustasi.

"hukuman ini sangat berat,  jika hanya harus membawa seorang pangeran saja pasti aku telah melakukannya kemarin. Tapi ini??  Kenapa harus cinta??  Aku tidak tau rasanya seperti apa?? Rasanya aku ingin lenyap saja dari muka bumi" mimi bangkit mencari benda yang dapat membantu atas ucapan terakhirnya

"hey hey hey,  apa yang sedang coba kau lakukan" ujar cora panik, ketika mendapati mimi mengambil sebuah belati

"aku ingin..... "

TTTTAAAKKKK

"hyyaa!!!  Kau mengejutkanku" bentak cora yang terkejut saat mimi menghentakan belatinya kesebuah telenan.

"aku akan belajar memasak" ujarnya dengan enteng sembari menyeringai kearah cora menampakan jajaran giginya yang terhiasi sebuah gingsul.

Ting Tong.....
Ions rasa itu bunyi suara bel rumah mimi peri (Ions diambil dari kata "minions" panggilan untuk penulis yang sangat suka kartun dari amerika serikat ini *OffTentangPenulis)

"apa itu dari rumah kita?? "  Tanya mimi memandang cora

"aku rasa" jawabnya

"aku akan membukannya" lanjutnya dengan melangkahkan kakinya mendekati suara bel yang memanggilnya.

Cora membuka kenop pintu putih gang telah berdiri dihadapannya.
Dilihatnya pria dengan mata sipit itu telah berdiri di ambang pintu rumahnya.

"kau??  Tetangga sebelah bukan?? " tanya cora memastikan















Siapakah tetangga yang sedang berkunjung itu??
Baca kelanjutan ceritanya pada eps 4

Ketika Mimi Peri Jatuh Cinta (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang