Teruntuk diriku,
jangan berpura-pura tidak tau dan tidak mau tau, jelas-jelas tidak ada yang baik-baik saja dari kita. Ketika sudah mulai terasing, tidak peduli, dan saling melupa, apa itu masih bisa dibilang baik-baik saja?
Aku mohon, Berhentilah menghindar dalam kegelapan, meskipun itu sesuatu yang sangat beralasan.
Berhentilah menangis di dalam keheningan, meronta ronta seolah dirimu lah manusia yang tidak berguna.
Berhentilah melamun dalam di keramaian, atau menutup mata di sela cahaya datang, karena bisa saja cahaya itu yang menuntun mu ke suatu tempat yang beraromakan keteduhan.
Bisakah dirimu mulai menapaki setiap langkah kehidupan? Untuk memahami semua yang terjadi?
Jika waktu saja bisa terus berputar tanpa merasa bersalah, akan kah dirimu tetap diam di titik yang sama seolah engkau manusia paling hina?
Tidak, kau tidak boleh terus jatuh lalu terpuruk,
Sedikit bangkit lalu berjalan pelan-pelan pun tak apa, toh kamu tidak sedang mengikuti lomba lari bukan?Ayolah, kau bukan lagi seorang gadis kecil yang sering menggoreskan sebuah potongan kaca di pergelangan tangan mu!
Jika Moomy saja pernah menyuruh mu untuk bermimpi setinggi langit, lalu apa alasan mu untuk ambruk sebelum kau menggapai rerumputan?
Sudahlah, jangan tutup matamu, warna warni cat saja sudah siap mengisi kertas kehidupan mu, untuk apa kamu masih memilih tinta hitam sebagai warna dasarnya?
Yang dulu biarlah kau simpan di sebuah album kehidupan, yang berbingkai kelam dengan isi kenangan abu-abu, atau kau simpan dalam sebuah kaset usang yang berisikan melodi dari simfoni hitam.
Dari aku 2015, untuk diriku 2020.
Awqueenla Rayasha
Milan, 14 Februari, 2015.
👑
Aku tersenyum melihat tulisan tangan ku lima tahun silam, ketika aku masih bersekolah di Milan, Italy. Aku menulisnya ketika kelas enam sekolah dasar mungkin, ah aku tidak ingat, aku tidak pandai mengingat masa lalu.
Ya seperti itulah aku dulu, gadis kecil yang sangat tempramen, yang emosinya sewaktu-waktu bisa meledak tanpa aba-aba.
Aku melirik arloji di tangan kiri ku, waktu keberangkatan tinggal lima belas menit, aku harus segera menaiki pesawat yang akan membawa ku ke sebuah negri yang cukup aku rindukan.
Suasana di dalam pesawat cukup nyaman, aku duduk di samping jendela. Melihat Milan untuk terakhir kalinya, sebelum seorang pramugari cantik menginstruksikan banyak hal yang harus dan jangan di lakukan saat berada di dalam pesawat.
Aku lupa, kita belum berkenalan bukan? Ya, nama ku Awqueenla Rayasha. Bersekolah di negeri orang sejak kelas tiga sekolah dasar sampai sekarang, kelas 1 SMA. Ada sebuah alasan kenapa aku pindah sekolah ke Milan, akan ku ceritakan lain waktu. Mungkin esok atau lusa.
Kecuali jika kalian memberiku sebuah permen atau coklat, mungkin bisa aku ceritakan hari ini.
Lupakan, kini aku akan kembali ke Indonesia, dan mulai bersekolah disana kembali. Menginjak kelas 2 SMA. Senang rasanya bisa kembali, namun aku harus bertaruh; melupakan banyak kejadian pahit yang terjadi di masa lalu. Dan ingat, aku tidak pandai mengingat masa lalu, kecuali yang menurut ku berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise Where | COMPLETED
Teen FictionSebagian cerita di privat, Follow dulu biar gak ribet kedepannya💕 Aku sempat berjanji pada diri sendiri agar tidak menaruh hati. Namun tepat pada pukul delapan malam itu, kita tertawa terlalu keras. Kamu terlalu sayang untuk aku abaikan, kamu terla...