Cinta Sejati

56 0 0
                                    


“Hai sayang, bagaimana keadaanmu di sana? apakah kamu nyaman dengan rumahmu yang baru?”.
Ini adalah hari kedua dimana aku menjalani hidupku tanpanya, tanpa senyuman yang dulunya selalu membuatku ikut tersenyum. Tingkahnya yang sangat perhatian, menyayangiku dengan sepenuh hati kini seakan menghilang dan tak aku rasakan lagi..
Setiap saat dia menyapaku dengan kata sayang, mengingatkanku tentang sesuatu yang terkadang aku lupa, hingga aku berfikir telah benar-benar menggantungkan hidupku kepadanya..
Sepanjang hari aku dengannya terus bersama-sama, hingga aku merasa sulit berpisah walau hanya sebentar saja, karena berada di dekatnya adalah saat-saat dimana segala keluhan dan kesedihanku hilang seketika, mungkin karena itulah hubunganku dan dia berjalan sangat lama.

Setelah enam tahun aku bersamanya, dia seakan berubah. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan kepadaku. Terkadang hanya muncul 2 hari dalam seminggu untuk melihatku dan mengatakan bahwa dia sangat merindukanku, kemudian pergi dan tak muncul lagi untuk beberapa hari…
Aku pun merasa aneh, kenapa tiba-tiba dia seperti ini?

Tiga minggu ku biarkan dia bersikap seperti itu kepadaku, menjauhiku seolah takut aku akan mengetahui sesuatu tentangnya…
Aku penasaran, hingga pada akhirnya aku berkunjung ke rumahnya untuk melihat sekaligus menyapa keluarganya. Sesampai di rumahnya, seluruh keluarganya kaget melihatku kedatanganku, dalam benakku “ada apa ini? mereka melihatku seperti aku adalah seseorang yang baru pertama kali datang ke rumah ini”.

Tak lama kemudian aku berjalan masuk ke dalam kamar kekasihku, aku terkejut melihat kondisinya yang tak sama seperti biasanya. Tubuh kurus, wajah pucat dan tak terukir senyum lagi di wajahnya…
Di saat aku menghampirinya, meneteslah air mataku, tak kuasa menerima keadaannya yang seperti ini. Dengan suara yang teramat lemah dia kembali mengatakan hal yang sama terhadapku “apa kabar sayang, aku sangat merindukanmu…”. Air mataku terus mengalir ketika ia mengatakan hal itu kepadaku, kemudian aku menjawab “mengapa kau seperti ini? kenapa tak bicara kepadaku bahwa kau sakit?”
Dengan senyum yang lemah ia berkata “tak apa sayang, aku bahkan lebih sakit jika aku melihat wajah cantikmu bersedih hanya karena diriku…”, sambil menghapus air mata yang tengah berlinang di wajahku.

Fisiknya yang lemah tak menjadi alasan mengapa ia tak tersenyum kepadaku. Senyuman yang ia berikan bahkan lebih indah dibandingkan dengan snyuman orang-orang yang sehat..
Entah mengapa aku merasa seperti akan kehilangannya, perasaan khawatir selalu muncul dalam benakku, hingga pada malam hari dimana ia terbangun dari tidurnya, menggenggam tanganku dan berbicara kepadaku “sayang, yuk foto bareng. Kangen banget nih sama kamu, cukup lama kan kita gak foto-foto lagi” sambil tersenyum kepadaku, aku tak berkata apa-apa kemudian mengambil hanpone kamera yang terletak tidak jauh dari tempat dudukku..
“Bagus ya sayang, bersih.. nanti kita cuci yah trus kita pasang di dompet, supaya kamu ingat terus sama muka aku..” aku menangis lalu berkata “kamu kok ngomong gitu sih, walau gak ada fotomu aku akan selalu ingat muka kamu kok kita akan sama-sama terus kan…”
Ia kemudian terbangun, dan bersandar di tepian tempat tidur “sayang, sini deh.. pengen meluk kamu bentar aja..” aku menjawab “gak mau, besok aja yaa”, dia kemudian mengeluh dan berkata “besok aku gak mau lagi meluk kamu” dengan muka yang sedikit ngambek.
Aku kemudian bergerak memeluknya, ia tersenyum “sayang, bahagia terus yaa, aku gak mau liat kamu sedih sedikit pun. Walaupun aku gak ingetin kamu, kamu jangan lupa makan sesibuk apapun itu, yaa…” aku menjawab “gak mau, pokoknya kamu harus terus ingetin aku”.
Ia tertawa, kemudian menggenggam tanganku dengan sangat erat “sayang, taukah kamu, hanya kamulah wanita yang mampu membuat hidupku terasa sempurna, Cuma kamu sayang, inget ya, dimanapun aku berada, aku akan selalu cinta dan sayang sama kamu…”
Tak terasa air mataku jatuh ketika mendengar perkataannya. Tak lama kemudian genggaman tangannya mulai terlepas dari tanganku..
“sayang, kamu kenapa?”
“gak sayang, aku ngantuk aja..”
“ya sudah kamu istirahat yaaa…”
“tapi jangan pergi, tetaplah di sini…”
Ia selalu menggenggam tanganku hingga ia terlelap dan tak kunjung membuka mata lagi…

7 jam kemudian, seluruh keluarga pun menangisi kepergiannya, termasuk aku…
Ia benar-benar telah pergi tanpa membawa diriku bersamanya. Aku tak menyangka foto yang ia minta bersamaku waktu itu menjadi foto terakhirku bersamanya. Kata-kata yang sangat indah yang ia lantunkan kepadaku, menjadi kata-kata terakhir darinya, mengapa tuhan, kau pisahkan kami seperti ini, jika memang tak jodoh, pisahkanlah kami dalam dunia yang sama, jangan kau pisahkan kami dalam keadaan seperti ini.

Di saat kami benar-benar memiliki tujuan hidup, kau seolah mematahkannya dan tak kau tumbuhkan kembali. Seluruh keindahan dan sumber dari segala kebahagiaanku adalah dirinya, namun dia pun telah kau bawa pergi.
Sungguh sulit menerima kenyataan yang sampai saat ini aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan ketika ku terbangun dia masih berada di sisiku…

Cerita Anak RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang